Bab. 21 || Penculikan (2)

39.5K 8.4K 2.6K
                                    

Readers yang membagongkan🗿 baru bentar udah menuhin target aja. Di sogok pake apa sama Miya😑 but, I'M HAPPY🥰

-o0o-
Happy
Reading
-o0o-

Kini Miya berada di depan sebuah Club malam yang terkenal di kota itu. Sebelumnya, Miya berangkat dari rumah menggunakan ojek online yang dia pesan melalui ponsel pemberian Zeus yang sangat jarang dia pakai.

Sudah lama Miya tidak ke Club. Dulu, di kehidupan sebelumnya, Miya sering keluar masuk Club. Padahal saat itu usianya belum 17 tahun. Beruntungnya, dia mempunyai teman yang bisa memalsukan identitas hingga Miya bisa keluar masuk dengan bebas.

Tapi, Miya lupa satu hal. Saat ini, Miya berada di tubuh anak kecil. Meski memalsukan identitas pun semua orang akan tau bahwa ia anak di bawah umur. Bagaimana bisa di melewati penjaga di depan pintu?

"Heh, kamu ngapain di sini?!"

Miya tersentak saat mendengar suara pria berkepala plontos yang menjaga bar itu. Miya menatap dua orang pria itu dengan berkaca-kaca.

"Mama aku ada di dalem. Kalo Mama ngga pulang malem ini juga, Papa bakal cerain Mama. Jadi, aku kesini mau jemput Mama. Om bisa bantu aku?" Tanya Miya dengan polos.

Dua pria itu tertegun melihat betapa menggemaskan nya anak perempuan yang berada di hadapan mereka ini. Tapi, itu hanya sesaat ketika mereka kembali mengingat tugasnya.

"Maaf, tapi anak di bawah umur di larang masuk."

"Kalo Papa sama Mama aku cerai gimana? Om mau tanggung jawab?" Ucap Miya, berusaha mendesak kedua pria itu.

"Iya, nanti saya nikahin Mama kamu," celetuk salah seorang dari mereka.

Wajah Miya terlihat masam mendengar celetukan pria itu. Otaknya hampir hilang akal memikirkan cara bagaimana agar bisa masuk ke dalam.

Sial, awas saja jika Alarick tidak sungkem padanya setelah membuatnya kerepotan dengan kelakuan brengsek Alarick yang satu ini.

"Udah, mending kamu pergi. Ini bukan tempat buat anak kecil main-main."

Pria berkepala plontos itu mengangkat tangannya, hendak mendorong Miya. Tapi, belum sempat tangannya menyentuh Miya. Sebuah suara menghentikan pergerakan nya.

"Berani sentuh dia. Jangan harap kamu bisa pakek tangan itu lagi."

Miya menoleh, menatap seorang anak laki-laki yang memakai Hoodie hitam dan rambut acak-acakan.

"Lo lagi?!" Geram Miya kesal.

Anak laki-laki itu tersenyum sombong menatap Miya. Dia melepas masker hitam yang menutupi hidung dan mulutnya.

"Kita ketemu lagi, Reog."

"Tuan Muda kenal dengan anak ini?" Tanya pria itu membuat Miya kembali tersadar tujuan awalnya.

"Kenal ngga ya?" Gumamnya. Xavier menaruh jari telunjuknya di dagu seolah sedang berpikir.

Miya yang langsung menyadari situasi itupun segera bertindak. "Dia temen sekolah aku!" Ucap Miya.

Xavier tertawa dalam hati. Betapa mudahnya membuat Miya terpancing. "Oh, jadi kita cuma temen?" Tanya Xavier sambil mengerucutkan bibirnya.

Miya berdecak kesal. Jelas sekali anak laki-laki yang berada di sebelahnya ini berniat memancing emosinya.

"Kita sahabat," ucap Miya. Gadis kecil itu merangkul Xavier dengan erat. Saking eratnya hingga anak itu kesulitan bernapas.

"Kenapa ngga bilang kalau kamu temannya Tuan Muda," ucap para pria berkepala plontos itu dengan gugup.

Antagonis PapaOnde histórias criam vida. Descubra agora