Target Operasi

21 4 2
                                    

Bagaimana jika aku harus mengikuti kehendak sang pencipta? Atau kau yang hanya seonggok manusia lemah tak berdaya disuguhkan dengan berita ini? Tak ada satu orang pun yang berharap bahwa Jaina mampu melakukannya, seorang pembunuh amatir, dan aku harus mengikutinya setiap hari hingga Ulrich mati. Apa yang Ia inginkan dengan siksaan ini? Tak bisakah memberiku penderita kanker atau kakek berumur seratus tahun?

Ah sudahlah, jika satu tugas selesai, akan muncul seribu. Sekarang di mana kau Jaina? Apakah aku harus mengikutimu ke sana? Sepertinya begitu, well dalam sekejap mata, kota di mana bertemunya kesenjangan abadi antara kaya dan miskin, Kanaan!

Tidak begitu berubah untuk saat ini, masih tetap dipenuhi pedagang dan manusia-manusia lain wara-wiri menggunakan sorban serta kain lain yang menutupi. Tidakkah mereka lucu? Berkegiatan seperti itu tanpa sadar bahwa kematian mengawasi dari dekat. Yah, bagaimana menjelaskannya, mereka hanya makhluk sosial yang diciptakan oleh-Nya.

Sebagian dari mereka hidup hanya untuk berfoya-foya, sebagian lainnya merasa cukup dan bahagia dengan apa yang didapat setiap hari. Mereka sama-sama tersenyum bahagia, namun aku merasa lebih simpati terhadap para manusia yang merasa cukup. Seperti mengetahui bahwa hidup ini hanya sementara, tak perlu mengejar harta dan sebagainya. Tapi mungkin, Bos ku merasa tak cukup memberikan satu nafsu kepada mereka.

Oke, sampai mana kita tadi? Jaina, kemana kau pergi hai wanita muda. Pasar, pemukiman, tempat ibadah, kastil raja, apa yang kulewatkan? Oh benar! Penginapan mewah di samping alun-alun. Wow! Sudah lama tak kulihat air mancur, masih saja dialiri air jernih dengan aksen biru tua. Berapa lama aku tak kembali ke masa ini? Ah sudahlah tak perlu dipikirkan lagi.

Baiklah nona muda, perlihatkan wajahmu kepadaku sekarang. Bartender dan pelayan, terlalu biasa. Sudut itu terlihat menarik sepertinya, benar-benar unik tak dapat ku identifikasi. Topi lebar, tapi rambutnya dikepang panjang terkulai lemas, warna kecoklatan. Sepertinya benar dugaanku, mukanya memang menarik tapi pelayan disini juga memiliki paras yang sama menurutku.

Akhirnya dia beranjak dari kursi, memang aku utusan yang handal. Jaina kemana kau pergi sekarang, akan kuikuti. Namun ingat perkataan si pemegang kontrak, kuharap kau paham, bunuh saat orang lain tak melihat. Simpel dan tepat sasaran, kau seharusnya melakukannya tanpa diketahui khalayak, jangan ragu Jaina!

Sekarang menuju ke tempat operasi, aku sudah tak sabar ingin melihat bagaimana kau beraksi. Wahai wanita muda, segeralah berjalan mengitari pohon palem itu. Cepat dan tepat, hanya itu yang kuinginkan agar tugas kita selesai, kau mendapatkan imbalan harta, dan aku mendapatkan imbalan 'keluar dari siksaan'. Kuharap kau setuju, ini kesepakatan yang cocok bukan?

Kau dan aku menjadi rekan satu tim, mungkin bisa terjadi saat kau mati nanti. Apa yang kupikirkan, waktu itu relatif, mungkin kau sudah mati dan menjadi teman sejawatku? Bisa saja, mereka menghapus ingatan makhluk hidup setelah mati, sepertinya aku pernah melihatnya pada sebuah film di masa lain.

Ah, khayalanku selalu bepergian tak tentu arah. Kembali ke kau Jaina, Ulrich adalah salah satu orang yang gampang dicari, aku percaya kau bisa mengidentifikasi raut mukanya dengan sekali pandang. Tidak begitu sulit, jika ia adalah pemimpin serikat dagang Kanaan?

Tepat seperti dugaanku, ya betul seperti itu. Bidik dari jauh, tembak tepat saat dia kencing, oh jangan, terlalu kacau, mungkin saat ia sendirian mengagumi dirinya di depan kaca? Orang bodoh mana yang memesan kamar dengan balkon luas tanpa atap, dan kebetulan di sana ada kaca besar.

Betul, di situ saja dan terus ikuti. Sebentar lagi ia akan berdiam diri, membanggakan jubah emas pemberian raja di teras kamar. Nah, seperti dugaanku, memang cocok ditugaskan untuk orang sepertimu Ulrich. Stabil, terus amati, tarik nafas Jaina, perlahan dan hitung arah angin dengan alatmu.

Dor! Tepat sasaran! Wahai wanita muda, satu skor untukmu dan aku. Selamat tinggal Ulrich, oh salah, seharusnya selamat datang ke dalam kotak besiku. Ya, terperangkap di sini hingga alam semesta berakhir. Namun ingat, waktu itu relatif, mungkin seratus tahun atau semilyar tahun hingga kau menerima hukuman setimpal. Hanya Dia yang tahu bagaimana dan kapan kau akan keluar dari sini.

Untuk sekarang, aku akan kembali ke markas di mana mereka memberiku tugas baru. Selamat tinggal Kanaan, sampai bertemu di lain waktu. Semoga saat kita berjumpa, aku melihat layout lain, suasana abad pertengahan ini membuatku jenuh. Tapi aku senang melihat Dia mengkombinasikan beberapa penemuan masa depan dengan masa lalu. Tak bisa kutahan lagi kesenangan baru ini, selalu memberikanku dunia baru yang tak pernah kuduga.

Sampai bertemu lagi di lain waktu, salam hangat dari malaikat pencabut nyawamu.

-- If you like the story, don't forget to vote! --

Kilasan FantasiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt