Part-44 Siapa yang salah?

Start from the beginning
                                    

"Alana," panggil Kenzo dengan suara rendah saat mereka berdua sudah berada di mobil miliknya.

"Hm?"

"Masih marah sama gue?"

"Hm."

Kenzo meraih tangan Alana untuk digenggamnya. Namun ditepis kasar oleh pemiliknya.

"Bisa gak sih fokus nyetir aja?"

"Oke."

Kenzo tak mau berdebat. Lebih baik ia menjalankan tugasnya sesuai arahan Alana. Alana hanya berbicara seperlunya saja. Kenzo merasa sangat kehilangan saat Alana benar-benar berubah.

"Na. Gak usah pura-pura. Gue tahu lo gak suka sama gue. Tapi bukan gini caranya,"

"Alana lakuin ini supaya kamu gak berharap lebih."

"Gue tahu itu. Tapi semua itu percuma. Perasaan gue sama lo gak bakal pernah berubah,"

"Dan asal Kenzo tahu. Apa yang kamu lakuin itu sia-sia. Perasaan Alana buat kak Gevan gak bakal pernah berubah." Alana membalikkan ucapan Kenzo. Membuat cowok itu seketika bungkam dengan tatapan penuh harap. Mengapa rasanya sesulit ini mendapatkan hati Alana?

"Lo bener-bener cinta sama cowok itu?" tanya Kenzo dengan suara berat nan serak.

"Gak usah ditanya lagi. Jelas, Alana cuman cinta sama kak Gevan. Kehadiran kamu cuman perusak." ucap Alana menusuk.

"Kenapa takdir sesulit ini? Gue juga pengen dicintai sama lo kaya cowok itu. Apa gue gak boleh rasain hal itu Na?"

"Kamu bisa rasain hal itu sama cewe lain. Tapi bukan sama Alana." ucap Alana tanpa sadar menyakiti perasaan Kenzo.

Kenzo tertawa sumbang dengan dada yang kian terasa sesak. Untuk kesekian kali Alana menolaknya dengan kata-kata yang begitu menyakitkan. Tapi sial. Perasaan Kenzo untuk Alana tak bisa hilang.

Saat Alana keluar dari mobil Kenzo, ia menjadi sorotan utama warga Cahya Bangsa. Banyak yang berbisik-bisik hal buruk tentangnya. Namun, semua terhenti saat mobil Azka memasuki area sekolah.

"Alana, Kenzo. Ikut daddy ke ruang kepala sekolah,"

"Iya Om."

Tiga orang itu masuk ke dalam sebuah ruangan yang terdapat Razan di dalamnya. Entah punya masalah apa sehingga Alana ikut dipanggil ke dalam.

"Alana. Apa kamu membuat taruhan dengan Vanya?"

Alana berfikir sebentar, kemudian mengangguk setelah mengingatnya. Saat itu, Alana dan Vanya membuat taruhan. Dan Alana lah yang menang, dengan begitu Vanya harus keluar dari sekolah ini.

"Alana, pendidikan bukan untuk main-main. Bukan karena kamu anak Azka, kamu bisa mengeluarkan Vanya dari sekolah karena taruhan konyol itu. Kamu tahu? Sekolah itu penting. Pihak sekolah tak dapat, mengeluarkan siswanya begitu saja."

"Kalo gitu keluarin Alana aja." balas Alana dengan wajah polos tak berdosa.

"Alana." geram Razan.

"Alana tidak sopan! Daddy menyekolahkan kamu di sini supaya kamu terdidik, dan menjadi pribadi yang lebih baik. Bukannya malah melawan."

"Alana mau pindah kelas." ucap Alana tanpa mempedulikan ucapan Azka.

"Buat Alana dan Kenzo sekelas," ucap Azka membuat Alana melototkan matanya lebar-lebar.

Alana [END]Where stories live. Discover now