Bagian XXIX Perpisahan(selesai)

31 5 8
                                    

"...Ga ada yang bisa pisahkan kita, kecuali... Kematian"~~Reyhan

__________________________________________________
Selesai sholat mereka lanjutkan dengan istirahat, Herman memutuskan untuk tidur sebentar sebelum menjelang subuh, sementara Arkhan dan Reyhan masih berada di lingkaran api unggun yang mereka buat tadi.

Reyhan mengambil ponselnya yang ia bawa dan mengangkat nya ke atas "wahh beneran ga ada sinyal dong" Ucapnya sambil melihat ke arah ponselnya.

"Kan di atas Rey, yaa sekali nya ada pasti juga ga setinggi ini, paling di pos 3 masih ada, mungkin"
"Hmmm, gabut banget dong, ngapain menurut antum? Kalo kata brader Bryan, malem malem gini tuuh, apa lagi pancaran dengan sinar bulan, kata nya orang bakal jujur, sejujurnya"
"Terus? "
"Yaa, gimana kalo kita memandang masa depan"
"... Dengan cara? "

Dengan mengangkat kedua telapak tangan nya membentuk pelangi sambil berkata"Imajinasi"
"... Ke kenal tuh, ngopy paste kartun yang ada di TV ye? "
"Hahah iyee, btw kenapa jadi logat betawi neh?"
"Hahah, asik aja pake logat entuh"
"Haha, nanti insyaa Allah di masa depan Ana jadi pengusaha sukses seperti bang Arfan"
"Sukses dunia akhirat lebih bagus"
"Wah, hahaha,"

"Kalo ana, insyaa Allah bakal jadi guru ngaji"
"Impian antum sejak dulu ye? Ana do'ain supaya terkabul"
"Aamiin"
"Kalo perempuan, antum suka nya yang jenis apa? "
"... Jenis anabul ada? Kalo ngomongin pasangan tuh harus betul betul mateng rey, kalo sekarang belum bisa nentuin, nikah sama anabul boleh ga sih? "
"Astagfirullah, antum ada-ada aja, nikah sama anabul beda jenis Khan, cewek masih banyak looh"

"Bercanda Rey, emang ant-"
"Insyaa Allah Ana ngelamar Natasha kalo ana sudah matang ilmu nya"
"... Na-natasha? Antum beneran suka dengan nya Rey?"
"Hahah, gak suka, hanya kagum dengan nya"
"... Allah ga larang kita buat kagum sama orang si, tapi jangan berlebihan kalo ternyata bukan jodohnya antum sakit hati"

"Iyaa, ana udh mempersiapkan diri buat menghadapi masa depan hahah, ya mental lelaki tidak boleh patah hanya dengan penolakan dari cinta perempuan, contohnya Rasulullah pernah melamar perempuan namun di tolak lalu di lamar untuk ke dua kali nyaa namun tetep di tolak, tapi Rasulullah kagak nangis tiga hari tiga malam, mindset nya tuh harus gini 'kalo dia bukan lauhul mahfudz ente, ya berarti itu takdir Allah, kita harus Ridho dengan takdir allah' bukan begitu sodara Arkhan? "

"Hahaha iya benar-benar, nah sekarang ana pengen nanya, siapa wanita yang menolak lamaran Rasulullah? "
"Fakhitah binti Abi Thalib ,sodara kandungnya Sayyidina ali berarti ya? "
"Iyaa"

Mereka berbincang bincang hal hal random, hingga tak terasa tibalah waktu subuh, Reyhan segera membangunkan Herman yang tertidur di tenda tadi untuk bersiap siap melaksakan sholat secara berjamaah dengan di pimpin oleh Arkhan kali ini.

Selesai sholat Herman mengusulkan untuk lanjut mendaki menuju puncak dan meninggalkan barang barang mereka di sini saja supaya tidak terlalu berat untuk mendaki menuju puncak nya gunung tersebut.

Dalam perjalanan menuju puncak Reyhan sangat tidak sabar untuk segera sampai di atas dan melihat pemandangan mentari yang sangat indah, "pelan pelan Rey, nanti kau kesandung sesuatu, matahari nya juga belum muncul" Ucap Herman memperingati Reyhan.

"Dia emang seperti anak kecil yang baru di belikan mainan yang sangat keren, om"
"Hahaha, bener bener"
"... Ana sudah besar, buktinya aja bisa lebih cepat dari kalian berti-..berdua huh! "
"Hoho, kau ingin mengadu kecepatan dengan om, Rey? "
"A-aaa hehe becanda om, "

Reyhan pun sedikit memperlambat jalan nya dari pada sebelum nya yang sedikit lebih cepat, langit pun sudah mulai terang, mereka pun sudah hampir sampai dimana puncak gunung tersebut berada. Dimana mereka akan melihat mentari yang begitu indah.

Hingga sampai di puncak gunung tersebut Reyhan langsung saja berlari kecil dan memandang mentari yang sudah mulai terbit, ia bertolak pinggang sambil menatap mentari itu dengan tatapan senang, layaknya anak kecil yang habis di beri mainan baru.

"Alhamdulillah sampai, nah selamat datang di puncak, Reyhan, dan juga Arkhan. Kalo sudah sampai puncak kalian mau ngapain? "
"Kalo aku loncat om"
"Waaah udah ga demen idup ente Rey?"
"Becanda khan hahaha, Ana mau teriak sekencang-kencangnya'
" Tenggorakan mu sakit itu ntar Rey"
"Oh! Tenang om! Ga bakal sakit kok udh biasa teriakin dua anak kecil di rumah, hahaha"

Herman dan Arkhan memilih untuk duduk sambil menikmati terbitnya mentari yang sangat indah, Arkhan tidak henti hentinya mengatakan "Maa Syaa Allah " Ia sangat kagum dengan keagungan Tuhan nya yang menciptakan pemandangan alam itu.

Arkhan tersenyum kepada langit, pikiran nya di penuhi oleh kenyamanan di puncak tesebut, hingga kenyamanannya hilang dengan suara teriakan yang berasal dari Reyhan, 'subhanallah, dia beneran teriak? Ganggu orang lagi menikmati kenyamanan aja' batin Arkhan berkata.

"ARGGGGGHHH ANA BEBAAAAS DARI UJIAN UJIAN, YANG SLALU MEMBUAT ANA PUSING, SLALU MEMBUAT ANA TEGANG, DAN SLALU NYUSAHIN ANA! ARGGGGGH LEGA BANGET YA ALLAH! AAAAAAARRRRRRRGGH" Teriak Reyhan dengan mengeluarkan semua suara nya yang dan mengeluarkan unek unek yang ada di dalam hatinya.

"Jadi ini alasanmu ingin mendaki? Hanya ingin. Teriak-teriak? "
"TAPI INI SANGAT SERU ARKHAN! KALO KAU TIDAK PERCAYA COBA SAJA TERIAK KE GINI, ABIS ITU KELUARIN UNEK-UNEK ANTUM! BEH! ENAK BENER! "
"... Subhanallah, telinga ana sakit dah. Oke ana coba...YA ALLAH, SEMOGA ANA, KELUARGA ANA, TEMEN ANA, ORANG YANG ANA KENAL, ATAU SELURUH UMAT MUSLIM, SEMOGA MEREKA SLALU ADA DI JALAN MU! KAGAK BELOK BELOK KAYAK ARAH JALAN PENGEN KE SEKOLAH, LURUUUUUS TERUS SEPERTI JALAN TOL! DAN SEMOGA ANA DAN REY-"
"SATU KAMPUS BERSAMA! TERUS TEMPAT KERJA NYA JUGA BERSAMA! KITA UDAH SEPERTI ABBAS DAN ADNAN YA RABB. GA BISA DI PISAHIN KECUALI... Kematian"
"Atau ajal aamiin, hahhahaha"
"Hahahaha, aamiin"

Mereka saling merangkul satu sama lain dan tertawa bersama-sama seperti waktu kecil dulu dimana mereka sama-sama melakukan kesalahan hingga berantem namun di akhiri dengan kata-kata yang Reyhan ucapan tadi.

"Jadi kau ingin kita tidak menjadi sahabat lagi?" Tanya Reyhan kecil sambil menuntun sepedanya "...tidak, namun iya. Ah sudah lah! Kenapa kau tidak pergi aja si!? " Ucap Arkhan kepada Reyhan dengan raut wajah marah.

"Okey! Aku minta maaf! Puas?!"
"Huh! Minta maaf apa itu!? Seperti tidak ikhlas saja, ini bukan yang pertama kalinya kau menginjak mobil remot ku! "
"Huh! Ya sudah, aku minta maaf sudah menginjak mobil remot mu , yang ke sekian kalinya, kita juga sudah janji persahabatan untuk slalu bersama. Bahkan SD kita pun sama hanya beda kelas saja"

"Kita kan sudah seperti sodara Rey, bahkan kata abi dan ayah kita seperti sodara kembar, dan juga waktu aku ingin pindah sekolah di karenakan aku terlalu nakal, kita berdua saling memberontak hahah, kau membantuku kan?! Hehe"
"Hahah benar! Bahkan air mata mu turun seperti hujan, hahaha. Ga ada yang bisa pisahkan kita, kecuali... Kematian"
"Atau ajal! Ahahhaa"
"Benar! Hahahaha"

Arkhan kecil dan Reyhan kecil pun saling merangkul satu sama lain dan berjanji untuk saling memaafkan satu sama lain dan tidak pernah berantem lagi seperti itu. Rangkulan itu kini mereka praktekan saat mereka besar.

Herman yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua sedikit iri dengan persahabatan mereka yang sangat erat itu, jarang sekali ada persahabatan antar lelaki yang sampai sekarang akur

"kalian tahu? Baru kali ini om melihat hubungan persahabatan antar lelaki yang begitu damai bahkan sudah bertahun-tahun. Biasanya nya pisah dengan cara tidak sengaja, entah itu perpisahan untuk menempuh pendidikan atau sebagainya. Jika sudah bertahun-tahun gini jangan sampe ada orang yang mecahin kalian, apa lagi masalah perempuan beehh ga baik itu"
"Hahah siap om! " "Hahah siap om! "

Entahlah,mungkin kami yang lebay, namun menurut aku dan Reyhan, kita sudah seperti sodara kembar ya rabb, kita benar benar harus bersama dalam hal suka, maupun duka. Bukankah itu arti sahabat sesungguhnya? Semoga kita slalu bersamaaa hingga nanti di akhirat kita masuk ke surga dengan bersama-sama, aamiin ya rabbal alamin.

ARKHAN (TAMAT) Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora