Bagian XXI Kesalahannya

8 5 3
                                    

".. Iya aku salah"~~Arfan

__________________________________________________
Pagi hari sangat lah tepat untuk menikmati suasana pagi yang begitu cerah, kicauan-kicauan burung yang bertebrangan menjauh dari rumah keluarga Said.

"Hmm... Kak, lihat lah keatas. Burung burung bertebrangan menjauh dari rumah kita, itu menandakan bahwa suara kaka sangat laaaah..... Keras" Ucap Arkhan sambil melihat ke arah luar yang membelakangi Shafira yang sedang marah dengan nya.

Mendengar respon adik nya seperti itu, tidak seperti yang di harapkan dengan Shafira yang dimana Arkhan akan meminta maaf berkali kali, namun ia malah menilai suara Shafira,bahkan sambil membelakangi Shafira.

Arfan datang menghampiri mereka yang di mana Arkhan sedang kena omel oleh istrinya sendiri, sambil menggendong Bashirah di tangan nya.

"Sayang sudah kesian Arkhan belum sarap-"
"Mana tanggung jawab kamu? Hanya sekedar berbicara 'jigi biyi Irkhin slili bisi bing tining siji' mana tanggung jawab nya Arkhan! Apa kamu benar benar tidak tahu tentang bayi?"
"Sayang, sud-"
" Astagfirullah, kamu juga Harun. Lain kali jangan teriak teriak lagi di dekat Bashirah ngerti?! "
"Ngerti ummi, maafin Harun, Harun salah ummi"

Shafira menyuruh anak laki laki nya itu untuk segera ke meja makan, namun Arkhan tidak sama sekali di ijinkan ke sana bahkan ia malah kena omel lagi oleh shafira.

Arfan melihat istrinya makin menjadi jadi ia segera memeluk dari belakang dengan tangan kirinya "sudah jangan marah marah lagi sayang, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda,
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ
Jangan kamu marah, maka kamu akan Masuk surga. Jadi sudah ya marahin arkhan nya kesian dia belum sarapan, aku tau kok dia buat salah tapi kan yang penting dia sudah mengakui kesalahan nya, lagi pula niat dia juga baik loh mau ngenalin Bashirah dengan dunia luar"
"... Huft, yasudah ayo ke meja mak-"

Belum selesai shafira mengucapkan kata katanya, kini Arkhan sudah berada di meja makan sambil menyendokan nasi kepada piringnya yang dengan lumayan banyak.
"Kapan kau... Tadi bukan nya di sini? Bagaimana bisa? " Ucao shafira bingung.

"Bisa dong kan aku Chuck si kuning yang sangat cepat! Haha"
"Astagfirullah, apa kau sebenarnya burung? Lalu kenapa kau ada di sini? "
"Hoho soal itu aku ke sini hanya untuk numpang makan abis itu juga akan segera keluar untuk bertemu dengan teman temanku haha"
"Owhhh, titip salam ku kepada Matilda ya"
"Asyapp! "

Arfan hanya terkekeh melihat istrinya yang akur lagi dengan Arkhan. Arfan duduk samping Shafira "Chana, mirip banget sama aku tau" Ucapnya sambil melihat bayi nya yang sedang di gendong itu.

"Lebih mirip sama aku ituuu, lihat pipi nya, maa syaa allah"
"Tapi hidung nya mancung itu sama seperti ku"
"Hmm... Mata nya sama dengan ku"
"... Hahah istriku, warna mata bayi nya Chana itu hanya sementara perlu membutuhkan waktu kurang lebih 6 bulan buat tau mata sebenarnya"
"Jadi kemungkinan warna mata nya bisa sama seperti ku dong, coklat"
"Ya bisa jadi, tapi kali takdir Allah berkata bahwa ia berwarna biru"

Percakapan mereka berdua hanya di simak oleh Arkhan dan Harun. "Om, apa saat aku masih sebesar Bashirah, ummi dan abi seperti ini juga? " Bisik nya kepada Arkhan yang berada di sebelah nya.

"Iya, namun saat kau lahir mereka lebih berisik hingga kau nangis dan perbincangan mereka berhenti. Suara kau memang sangat keras dari dulu Harun" Ucap Arkhan tanpa melihat kearah Harun.

"... Kalo suara ku paling keras, berarti aku bisa hentikan pembicaraan mereka? " Arkhan hanya mengangguk sambil menyuap nasi kedalam mulutnya.

Harun mengangguk-anggukan kepalanya secara perlahan berulang-ulang kali hingga bibirnya tersenyum dengan mata yang sedikit tertutup, Arfan dan juga Shafira masih saja berbincang seperti merebutkan Bashirah.

ARKHAN (TAMAT) Where stories live. Discover now