Bagian IX Kedatangannya

21 7 4
                                    

Suasana Keramaian lebih di rindukan dari pada suasana sepi. Kedatangan nya membuat rumah ini menjadi ramai kembali. 
__________________________________________________
Siang menjelang sore lebih tepatnya jam 14.45, yang dimana seorang remaja lelaki sedang menjelajahi alam mimpinya. "Muhammad Arkhan Said! " Ucap seorang wanita berpakaian syar'i yang sedang membangunkan Arkhan yang berada di alam mimpi.

"Ya Allah, anak ini susah sekali di bangunin" Ucapnya dan segera mengambil air yang ada di meja, dan mencipratkan air tersebut mengunakan tangannya ke muka Arkhan.

Ia pun langsung sadar saat ada air yang menyiprat wajah nya tersebut, ia melihat siapa pelakunya "loh?! Eh?! Ah mimpi ya " Ucapnya tak percaya dan langsung memejamkan matanya lagi.

"Jika ini mimpi, aku mau bangun dengan cepat. Kau tau kenapa? Karna dia sangat bawel, heheh" Lanjut yang masih terbaring setengah sadar.

Dan, satu jitakan melayang pada kepala Arkhan yang membuat pemilik kepala tersebut bangun dari tidurnya sambil memegang kepalanya "ARGHH, BARU BANGUN UDAH DI JITAK,JAHAT BA.... Nget, eh kakak? Heheh ka-kakak ngapain disini? " Ucapnya menggaruk punggungnya yang tidak gatal itu.

"Shafira, ada apa? Apa itu suara Arkhan?" Ucap Fatimah dari bawah dengan sedikit mengeraskan suaranya. "Bukan apa apa, hanya seekor kecoa terbang umi" .

"Eh? Kecoa? Terbang?! Mana!? " Ucapnya histeris dan langsung berlindung di belakang  kaka nya yang bernama Shafira.

"Sudah ku buang"
"Alhamdulillah, huft wah kok bisa ada kecoa si? Wah harus bersih bersih nih"
"Haha iya. Tapi dek, kaka pengen nanya nihh"
"Apa tuh kak? "
"Jika ini mimpi, aku mau bangun dengan cepat. Kau tau kenapa? Karan dia sangat bawel, heheh' itu untuk siapa? "
"A-aa-anu, itu hmm"
"Anu? "
"..... Heheh"
"Khan. Mau bantu aku olahraga gak? "
"A-aa-ahhaha, tapi Arkhan sibuk nih heheh maaf kak"

Arkhan langsung saja keluar dari kamarnya berlari menuju bawah dan ia bersembunyi di balik lelaki berbadan tinggi "bang, Arkhan minjem badannya ya buat tameng, istri abang pengen ngamuk kaya nya" Ucap Arkhan bersembunyi di badan pria bertubuh tinggi itu.

"Hahah kamu ngapain lagi ke dia Arkhan "
"Arkhan cuman salah ngomong, karna belum ter-"
"Muhammad... Arkhan...Said, jangan kabur kamu! "
"Sstttt bang lindungi aku bang, "
"Astagfirullah, tap-"
"Muhammad.Arfan.Abizar, suamiku yang tercinta. Dimana adik kesayangan ku berada? "
"Maaf Khan abang ga bisa bohong sama istri"
"Tapi bang- HUAAHHHH UMIIIIII"

Arkhan langsung saja berlari saat Shafira sudah di sampingnya, kini ia berlindung pada sang ibunda yang sedang mengendong seorang anak kecil berbaju koko putih. "Astagfirullah, Arkhan! " Ucap Fatimah saat bahunya disentuh olehnya.

"Ada apa ini Arkhan? "
"Kaka berubah jadi kak ros mi"
"Firaa, "
"Dia bilang Fira bawel, padahal cuman bangunin dia. Kaka nya jauh jauh dari Jogjakarta malah di sambut 'Karna dia sangat bawel' bukannya pelukan atau apa kek. Dah gitu chat kaka di balasnya singkat banget, kaka ngetik panjang dia balas nya singkat banget. Kamu kira jarak jogja ke Bekasi deket apa? Astagfirullah, "
"Be-bener si kata Arkhan "
"Ya kan mi? Umi aja setuju, lagian dari bekasi ke Jogja cuman 8 jam doang"
"... Doang?! Kau kira duduk selama 8 jam itu nyaman? Ya Allah ya rabb"
"Sudah sudah sayang, ayo duduk minum air putih nih"

Arfan menuntunnya untuk duduk dan mengasih air putih "kamu dulu yang minum" Ucap Shafira sambil mendorong pelan dan di turuti oleh Arfan, setelah Arfan minum dengan mengucapkan basmalah dan di akhiri alhamdulillah ia langsung mengasih pada istrinya.

"Om Arkhan! Dikit lagi Harum jadi abang dong! " Ucap Anak kecil yang ada di gendongan Fatimah kepada Arkhan. "Haha sama dong , om juga jadi abang nan- EH?! HA-HAMIL?! EH?! KAK?" Tanya Arkhan tidak percaya. Shafira tersenyum kepada Arkhan dan ia mengangguk sebagai jawaban.

"Du-dua bayi?! Di rumah ini?! Allahhu akbar, makasih ya rabb. Makasih ya rabb. Makasih ya rabb" Ucapnya dalam sujud syukur nya.

Curhatannya kepada Allah setiap sepertiga malamnya , dia selalu bilang ia sangat suka dengan tawaannya dan tangisannya yang suka membangunkan orang rumah setiap malam.

Ia teringat masa masa di mana Harun masih bayi , yang dimana Arkhan terbangun karna kamar Shafira sebelahan dengan nya yang sangat terdengar jelas dari kamar Arkhan. Dan juga ia sering menggendong Harum saat masih bayi.

Berberapa menit kemudian adzan Ashar berkumandang, mereka bertiga Arkhan, Arfan, dan Harun berjalan menuju masjid. Saat sampai di sana adzan masih berkumandang, karna jarak dari rumah ke masjid sangat lah dekat.

"Adnan, itu Harun bukan? " Ucap Abbas dan ia langsung menengok ke belakang, mereka menghampiri nya dan itu juga di sadarai oleh Harun.

"Benar harum! "
"Iyaaa! Masih ingat tidak sama kami? Si kembar AA"
"AA? apa itu? "
"Abbas dan Adnan" "Abbas dan Adnan"
"Hahah, maa syaa Allah. Sudah sudah , di lanjut nanti saja kangen kangenan nya "

Abbas dan Adnan membawa Harun masuk kedalam dan mengenalkan kepada teman temannya, "sssttt, jawab adzan nak-" Ucap Ridwan kepada anak anak yang sedang menginterogasi harun.

Harun melihat orang bicara itu, ia seperti mengenal suara ini dan benar saja dugaannya, bahwa itu kakeknya. Ia menghampiri nya dan salim kepadanya laku duduk samping nya.

Selesai adzan Ridwan mengenalkan nya kepada aditya yang berada di sampingnya. "Assalamu'alaikum pak, namaku harum" Ucapnya lalu salim kepada Adit, "panggil ayah saja harum" Ucapnya sambil mengelus kepala harum , harum mengangguk dan tersenyum. __________________________________________________
"Si Fira ke rumah? "
"Iya, pas istriku mengabarkan bahwa ia hamil, dan kebetulan suaminya ngurus bisnis nya di sini,  alhamdulillah, rumah jadi seperti dulu ramai"
"Haha, iya ya. Kalau keluarga ngumpul jadi asik banget ya, tapi kau dengan Fatimah nikah pas umur berapa"
"Aku 22 dia 20"
"Wah, muda sekali kalian nikah. Hmm sekarang berarti sudah 42 tahun? "
"Umur ku? Sekarang umurku 45 dit,"
"Wah, tuaan kau dong haha aku 44"
"Hanya satu tahun "

Mereka tertawa bersama sama membicarakan umur mereka hingga masa masa di mana Ridwan dengan Fatimah menikah hingga Harun lahir.

Mereka pulang ke rumah masing masing. Ridwan mengucapkan salam dan memasuki rumah itu yang sangat ramai dengan canda tawa. Ridwan sangat kangen dengan suasana seperti ini, ia berharap semoga saat saat ini tidak berakhir dengan cepat.

Ya Allah, ya Tuhan ku, yang maha pengasih maha penyayang. Bagaimana caraku untuk berterima kasih kepada engkau yang mengasihku harta yang sangat berharap ini, walau ada beberapa ujian yang hampir aku tidak bisa lewati, namun kau selalu saja mengasih kunci jawaban itu. -Ridwan

ARKHAN (TAMAT) Where stories live. Discover now