16 ♔︎ Di balik senyuman.

27 6 0
                                    

Just started, come on.


•••

Waktu bergulir begitu cepat, sehingga hari ini adalah hari terakhir melaksanakan ujian di SMA bagi anak-anak kelas 12. Sebentar lagi, adalah penentuan sebenarnya.

Kini, Ailiee sedang berteduh di halte. Tepat setelah pulang sekolah, rintik hujan turun dan semakin deras. Di sampingnya, kosong. Tidak ada siapa-siapa. Ia duduk di sana sendirian sembari termenung. Jalanan seketika sepi, hanya mobil yang sering melintas. Itupun tak banyak.

Motornya? Berada di hadapannya terkena guyuran hujan. Ingatan tentang ucapan teman sekelasnya yang menanyakan tentang sesuatu membuat dia merasa sedih...

"Lie, gue mau nanya." ucap orang itu yang bernama Yala.

"Nanya apa?" Ailiee menaikkan pandangannya dari buku yang ia pinjam di perpustakaan. Mengernyit mendapati Yala─teman sekelasnya, berdiri di depan bangku miliknya.

"Maaf sebelumnya. Gue sering kepikiran ini dari awal gue kenal sama lo." kata Yala. Matanya memandang Ailiee ingin tahu.

Sementara Ailiee tetap diam, ia terus menunggu pertanyaan itu. Yala menarik nafas dalam-dalam, "Kenapa dari awal kelas 10, yang ngambil rapot lo selalu abang lo? Maaf banget, tapi..." Melirik takut-takut ke arah Ailiee yang masih terlihat tenang, Yala berucap lirih. "... Orang tua lo, ada, kan?"

Mendengar itu perasaan Ailiee kacau. Ia bingung harus menjawab apa, dan merespon bagaimana? Sungguh, ia kira tak ada yang akan peduli tentang siapa yang sering mengambil rapotnya. Tapi ini? Yala. Teman sekelasnya dari kelas 10 bahkan menanyai hal ini langsung.

Keterdiaman Ailiee mampu membuat Yala merasa bersalah. Awalnya, ia sama sekali tak curiga apapun, bahkan tak peduli. Tapi semakin lama, yang mengambil rapot Ailiee adalah abangnya terus. Setahunya, orangtua Ailiee masih ada. Untuk sekedar mengambil rapotnya sekali saja harusnya pernah, tapi selama tiga tahun pun sama sekali tak pernah.

Bukan apa-apa. Yala hanya merasa temannya ini selalu sedih ketika yang mengambil rapotnya selalu abangnya. Sebagai teman kelas yang baik, Yala tentu saja kasihan. Ia sangat mengenal Ailiee karena kebetulan selama bersekolah disini, ia di tempatkan untuk satu kelas dengan Ailiee terus-menerus.

Ailiee orang yang baik. Dia selalu membantu Yala kala kesusahan mengerjakan tugas, Ailiee dengan sabar mengajarinya sampai paham. Bahkan pengalaman yang tak pernah terlupakan oleh Yala ketika Ailiee rela menyelamatkannya dari amukan guru killer sekolahnya.

Waktu itu, Yala dengan sifat nakalnya yang kelewat batas, mampu membuat guru killer itu murka. Sampai Yala hendak di keluarkan dari sekolah karena perbuatannya, dan entah bagaimana Ailiee berhasil membuat guru killer itu memaafkan Yala dengan syarat tak akan mengulangi kesalahannya kembali.

Jasa-jasa Ailiee sebenarnya sangat banyak. Tak terhitung, mengingat mereka yang juga satu kelas terus-terusan. Dan Yala yang selalu sadar akan kesedihan Ailiee saat pengambilan rapot membuatnya ingin membantu Ailiee. Itung-itung balas budi walau Ailiee tak pernah memperhitungkannya.

Yala ingat masalah itu karena sebentar lagi mereka akan mengambil rapot. Keresahannya selama ini akan ia ungkapkan kepada si empunya langsung. Ailiee menggigit bibir, balas memandang Yala. "Kenapa lo tanyain ini?"

"Awalnya bahkan gue ngerasa bodoamat, Lie. Tapi kayaknya gue jahat banget, lo baik sama gue, rasa-rasanya pengen sekali aja bantuin lo. Minimal ngebuat lo seneng karena gue lah."

Perkataan perempuan yang di kenal karena ikut geng motor jalanan itu membuat Ailiee semakin bingung. Jujur atau tidak? Ia sama sekali tak ingin membebani orang lain hanya karena kisah hidupnya. Beda ketika bersama Pangeran, itu semua tak berarti. Entah kenapa.

RAPUHWhere stories live. Discover now