04 ♔︎ Aldi dan gengnya?

56 12 4
                                    

"Aku janji. Suatu saat nanti, aku akan sukses dan bikin Ibu bangga sama aku."

•••

Ailiee sudah siap dengan seragam sekolahnya, ia melirik jam yang berada di dinding. Pukul 06.30, tanpa berlama-lama lagi ia keluar dari kamar dengan tas yang menggantung di bahunya.

Kakinya menyusuri ruangan demi ruangan untuk sampai di pintu depan. Terdengar suara gesekan antara sendok dan piring dari arah ruang makan. Itu tandanya, entah Bang Aileen atau Papa yang sedang makan. Atau malah keduanya tengah makan bersama. Ailiee tak tahu.

Ia tak berniat menengok apalagi gabung ke sana. Lebih baik dirinya tak makan jika harus melihat wajah Hanum. Ailiee sempat bingung, biasanya pagi-pagi. Papa sudah menyuruhnya dan juga membuat luka di tubuhnya. Namun pagi ini tidak, Ailiee bersyukur atas itu.

Setelah keluar dari rumah, ia menghampiri kendaraan kesayangannya. Motor itu adalah saksi dirinya menahan luka dan bertahan atas kerapuhannya. Ailiee selalu membawa motor itu kemanapun dan di manapun. Karena motornya yang berwarna biru, maka Ailiee memberinya nama Cloudy. Yang artinya awan.

Entahlah, Ailiee hanya merasa jika dirinya menatap awan. Itu berhasil membuat ia tenang dan teduh.

"Hai Cloudy, ayo ke sekolah bareng."

Ailiee dengan exited-nya menaiki motor matic-nya itu. Ya, Ailiee mengklaim Cloudy adalah miliknya. Sebab dengan jerih payahnya sendiri Ailiee membeli itu. Bukan berarti tidak ada yang ingin membelikannya, ada Bang Aileen yang ingin membelikan Ailiee kendaraan.

Namun Ailiee tak setuju, ia justru bekerja paruh waktu dan membeli sendiri. Menurutnya, lebih bebas dan lebih enak membeli dengan duit sendiri.

Akhirnya Ailiee sampai di sekolah, ia melangkah menuju kelasnya. Tetapi baru sepuluh langkah, kakinya harus terhenti ketika melihat benda di depannya.

"Punya siapa sih? Dari kemaren ada aja barang yang berhenti di depan gue." Herannya melihat buku tulis tergeletak di tanah begitu saja.

Ia menyambar buku itu dengan kasar, kesal sekali. Ia membuka buku itu, lalu dibacanya tulisan lumayan bagus yang tertera disana. Dari situ Ailiee sudah tahu bahwa ini adalah buku catatan bahasa Inggris.

Ia beralih pada sampul buku ini, berniat melihat nama sang pemilik buku. Matanya seketika melotot lebar, orang yang sama seperti kemarin dan orang yang dirinya tolong kemarin.

"Kenapa dia terus sih? Ceroboh banget!" gumamnya ketus.

Karena bel sudah terdengar, Ailiee langsung berlari menuju kelas. Tanpa memikirkan buku itu, walau tak ayal dirinya tetap menyimpan buku catatan milik orang kemarin.

Sementara di sekolah yang sama namun berbeda kelas. Seorang pria tengah mengeluarkan buku-buku dari tasnya, jam pelajaran pertama adalah bahasa Inggris. Maka dirinya mengeluarkan buku yang menyangkut pelajaran itu.

Guru yang mengajar sudah masuk ke kelasnya. Tapi dirinya masih mengubek-ubek isi tas. Buku paketnya sudah ada di atas meja, namun buku catatannya malah tidak ada. Ia ingat betul bahwa dirinya sudah memasukkan buku pelajaran hari ini kedalam tas. Kenapa bisa tidak ada?

Ia beralih menatap temannya yang duduk di belakangnya. "Eh, catatan Inggris di kumpul ya?"

Temannya yang bernama -Beni- itu mengernyit heran. Dia menggeleng lalu mengangkat buku catatan Inggrisnya.

"Kok punya gue nggak ada?" Cowok itu kembali berujar. Membuat Beni hanya bisa mengedikkan bahunya tak tahu.

Instruksi dari guru di depan sana menyuruh mereka mencatat tulisannya di papan tulis. Cowok itu seketika panik, ia akhirnya mengambil asal buku catatan apapun yang ada di tasnya. Untuk sementara, dirinya mencatat menggunakan buku lain.

RAPUHWhere stories live. Discover now