BAB 57 : RESMI BERCERAI

95.5K 12.1K 7.8K
                                    

"Terimakasih untuk segalanya. Aku masih mencintaimu disini tapi segalanya memang harus berakhir"

Sidang kedua berlanjut dua minggu kemudian. Seperti biasa tanpa kehadiran Nabila sebagai penggugat. Hanya diwakilkan oleh saksi dan kuasa hukumnya, Papi Hary dan Daddy Rafael.

Kini Sadam duduk dihadapan hakim agung yang akan memutuskan perkara perceraiannya dengan Nabila.

Hari ini pun wajah Sadam nampak pucat. Wajahnya tidak terlalu bersemangat seperti sidang pertama.

Laki-laki itu tetap yakin ia akan memenangnkan kasus perceraiannya. Tetapi hatinya tetaplah was-was, gelisah dan merasa bersalah sejak mengetahui kenyataan yang bundanya beritahu ketika dirumah sakit dua hari yang lalu.

Ruangan kembali sepi karena dokter dan suster yang tadi memeriksa bunda Tania sudah keluar dari kamar rawat Bundanya.

Sadam yang tadinya duduk di sofa sampil mempuk-puk Shakeel, berjalan menuju Bundanya yang sedang menatap langit-langit seperti memikirkan banyak hal.

Atau mungkin bundanya masih belum bisa menerima keadaannya yang kini divonis lumpuh oleh dokter.

Setelah diperiksa pertama kali oleh dokter sang bunda baik-baik saja, sampai saat Sadam tinggal ke kamar kecil ia sudah melihat bundanya yang terjatuh dari hospital bednya dengan Shakeel yang menangis.

Sadam langsung memanggil dokter Anhar detik itu juga.

Setelah diperiksa, kemungkinan terburuk yang sebelumnya pernah dokter Anhar katakan pada Sadam terbukti. Bundanya mengalami kelumpuhan akibat cedera tulang belakang saat terjatuh dari tangga.

Bunda Tania langsung histeris mengetahui kenyataan itu. Ia meraung menolak kenyataan buruk yang menimpanya. Seolah ujian yang baru-baru ia alami belum cukup sampai ia harus menderita kelumpuhan.

Sampai setengah jam kemudian dokter Anhar baru bisa menenangkannya dibantu Sadam dan para suster sedangkan Shakeel yang tadi menangis kembali tertidur.

"Bunda... Minta maaf." ucap Bunda Tania begitua pelan. Wanita paruh baya itu sedang berusaha menahan isakannya agar tidak terdengar.

"Minta maaf sama kamu, sama Nabila dan keluarganya. Allah mungkin sedang menegur bunda untuk tidak lagi berjalan diatas muka bumi ini dengan penuh kesombongan dan egois."

Air mata Bunda Tania keluar dan Sadam langsung menghapus lembut dengan kedua ibu jarinya. "Bunda ngga pernah buat salah sama Sadam. Bunda tetap yang terbaik buat Sadam."

"Jangan pernah tinggalkan Sadam sendiri lagi yah, Bunda. Cukup ada di dekat Sadam, doakan Sadam dan hidup dengan baik. Sadam butuh Bunda, butuh Nabila. Sadam ngga bisa hidup bahagia tanpa kalian."

Bunda Tania semakin menangis mendengar itu. Kepingan memory saat ia terlalu sibuk dengan ambisinya dan melalaikan keluarga kecilnya sampai berakhir hancur pun muncul tiba-tiba seperti tayangan ulang.

Sadam dengan cepat memeluk Bundanya. Kenapa bundanya malah menangis? Apa ia salah mengatakan kalimat tadi?

"Jangan menangis, bunda! Sadam sedih liat bunda kaya gini. Hati Sadam ikut sakit ." mohon Sadam semakin mengeratkan pelukkannya pada sang bunda.

"Betapa buruk bunda dulu. Sampai begitu bodoh memasukkan orang baru kedalam bagian keluarga Adnan yang justru menjadi penyebab bunda celaka, Sadam." isak Bunda Tania dipelukkan putranya.

Demi Allah hamba menyesal memiliki sifat buruk ini ya Allah. Batin bunda Tania.

"Bunda, Sadam ngga ngerti Bunda bicara apa. Siapa yang bunda maksud mencelakakan bun,-" tiba-tiba satu nama terpikirkan oleh Sadam.

Perjanjian Dua Surga (END | LENGKAP)Where stories live. Discover now