BAB 8 : KENYATAAN MENYAKITKAN

67.3K 7.6K 654
                                    

"Banyak pembelajaran dalam hidup. Salah satunya berhenti menggantungkan kebahagiaan kita pada manusia lain"

Setelah dirawat beberapa hari di rumah sakit paska melahirkan, hari ini Indira dan bayinya sudah di perbolehkan pulang.

Tetapi Bunda Tania meminta kepada dokter Ana untuk menugaskan salah satu suster dirumah sakit ini untuk bekerja dirumah mereka sebagai perawat cucu nya.

Daripada membayar untuk seorang baby sister yang belum tentu bisa amanah untuk menjaga cucu pertamanya itu, Tania lebih percaya dengan kinerja suster rumah sakit di sini apalagi sudah di pilih langsung oleh dokter Ana.

"Sadam mau nengok Nabila diruangannya dulu, Bun. Kalian telpon Sadam aja kalau sudah di mobil," ujar Sadam sambil menggendong putra kecilnya yang sudah di bedong oleh susternya.

"Kamu nengok Nabila sambil bawa cucu, Bunda?"

"Iya Bunda, kan dia bakalan jadi anak Nabila juga."

"Yaudah terserah kamu aja,"

Sedangkan Indira hanya membiarkan saja apa yang di lakukan oleh suaminya itu, toh Nabila juga masih tertidur koma.

Sampai di depan ruang rawat istri tercintanya, Sadam langsung membuka pintu itu karena memang tidak terlihat tanda-tanda keberadaan kedua mertuanya itu.

Sadam melangkah menuju brankar tempat istrinya yang masih tertidur damai.

"Assalamu'alaikum, Sayang. Maafin Mas yang udah lama ngga ngunjungin kamu di sini."

Sambil menggendong bayi laki-laki tampannya, Sadam meraih sebelah tangan istri tercintanya.

Mengecupnya sekilas sebelum melepaskan tangan itu lagi. "Maafkan . Mas, Sayang. Karena kini ada anak yang juga menjadi prioritas Mas selain kamu."

Sambil memandangi wajah bayi tampan yang tengah tertidur dalam gendongannya, kemudian memandangi wajah teduh cantik istri tercintanya.

Tiba-tiba saja suara panggilan Indira terdengar dari depan pintu ruangan.

"Mas Sadam, ayok Dira sama bunda udah mau jalan ke parkiran." teriak Indira saat membuka pintu dengan kursi roda yang di naikinya, juga suster yang bunda Tania sewa untuk membantu menjaga cucunya.

Sadam mengangguk.

"Mas pulang dulu, Sayang. Nanti Mas kesini lagi. Mas kangen kamu, Wassalamu'alaikum." bidadari surga nya Mas,- lanjut Sadam dalam hati agar tidak didengar oleh Indira. Sadam tidak ingin menyakiti salah satu dari mereka.

Kemudian Sadam mengecepu kening istri tercinya itu dengan penuh cinta dan kerinduan.

Tidak melihat tatapan cemburu dari mata Indira ketika memandanginya dari depan pintu bersama seorang suster dibelakangnya.

♥♥♥

"Mah, Pah. Itu kok kaya Bang Sadam. Iya bukan sih?" tunjuk salah satu dari pemuda berwajah kembar yang mirip dengan pemuda satunya lagi.

Kedua orang tua nya tidak menjawab, tapi mereka cukup kecewa dengan pemandangan yang mereka lihat didepannya itu.

Sedangkan pemuda kembar satunya memandang punggung lelaki yang menjadi suami kakak tercintanya itu dengan sorot mata tajam. Ia cukup melihat interaksi itu sejak objek yang dilihatnya keluar dari dalam ruang rawat sang kakak.

Tangannya terkepal kuat, cukup tahu apa yang dapat ia simpulkan.

"Kacang mahal. Ridho di kacangin," Ridho menyindir kedua orang tuanya yang hanya terdiam tanpa menjawab.

Perjanjian Dua Surga (END | LENGKAP)Where stories live. Discover now