BAB 12 : TINDAKAN NABILA

72.6K 8.2K 772
                                    

"Wanita seperti apa yang tidak bisa mengerti perasaan wanita lain?"

Nabila terbangun sendirian di dalam ruangan VVIP kamar rawatnya.

Tidak ada suaminya yang semalam telah berjanji untuk menemaninya disini. Nabila tahu kemana sang suami kini berada, karena ia mendengar semua obrolan mas Sadam dengan orang disebrang telepon beberapa jam yang lalu.

Jangan remehkan insting seorang istri, apalagi jika ia telah di sakiti. Kewaspadaan nya akan lebih tinggi dari tentara penjaga di perbatasan sana.

Kini Nabila tahu bahwa prioritas suaminya sudah terbagi. Apakah dirinya harus bersedih meratapi nasib buruk nya ini? Atau dirinya harus bersyukur memiliki suami yang bisa adil dengan istrinya yang lain?

Nabila ngga bisa. Demi Allah dia tidak bisa! Hatinya tidak sekuat itu.

Ingin rasanya ia berteriak mengeluarkan semua rasa sesak di hatinya. Kenapa ia harus bangkit dari koma jika hanya disuguhi pernikahannya yang sudah terbagi?

"Kenapa ya Allah? Kenapa kau uji hamba dengan cobaan ini... Nabila ngga kuat, Nabila ngga kuat!!!" ia terus memukuli dada nya dengan keras agar rasa sakit di hati nya menghilang.

Menghiraukan selang infusnya yang sudah terlepas begitu perih karena mengeluarkan sedikit darahnya.

"Apa dosa hamba terlalu besar sehingga Engkau timpakan hamba kesakitan ini terus-menerus, Ya Allah?" air mata kembali mengalir tak terbendung.

Demi Allah mata teduh itu masih bengkak karena semalaman menangis tapi, pagi ini bahkan air matanya tetap ingin keluar.

"Ampuni hamba. Ampuni hamba jika dosa hamba begitu besar untuk bisa diampuni ya Allah. Tapi tolong..." suara itu bahkan nyaris menghilang. Nabila begitu sesak jika harus merasakan ini.

Dia tidak akan sanggup jika kesakitan ini akan ia rasakan seumur hidupnya mengarungi bahtera rumah tangga ini. Apa yang harus ia lakukan? Nabila tidak tahu!!! Ia tidak tahu!

"Tolong jangan uji pernikahan hamba dengan orang ketiga. Tolong ya Allah... Tolong buat ini semua hanya mimpi Nabila.. Tolong bangunkan Nabila jika mas Sadam tidak benar-benar menikahi wanita lain di saat dirinya koma,- ngga! Bahkan saat hamba bangun dari koma, hamba tidak akan mengijinkannya ya Allah, Tolong ya Allah, tolong Nabila," isakannya begitu menyakitkan siapa pun yang mendengarnya dengan tubuh rapuh terbaring meringkuk menyedihkan.

Ceklek

"Oh May God! Apa yang anda lakukan?! Kenapa ada banyak bercak darah di laintai bawah brankar dan baju pasien anda?" panik dokter jaga yang memiliki jadwal cek pasien-pasiennya subuh ini sebelum pergantian shift.

"Pasien Nabila? Apa anda mencoba menarik paksa selang infus ini? Apa anda tidak ingin cepat sembuh dan kembali kerumah berkumpul bersama keluarga yang sudah menanti anda?" tanya dokter jaga itu sambil memasang kembali semua selalang infus di tangan pasiennya itu.

Kalimat pertanyaan itu justru malah makin membuat isakan itu lebih terdengar menyakitkan.

Keluarga menunggu dirumah? Tapi suaminya bahkan sudah memiliki istri dan anaknya yang lain,- batin Nabila meneriaki disusul oleh tangisannya yang memilukan.

Mencari-cari bagian tangan yang tidak bengkak untuk kembali ia suntikan infus. Dan selesai.

"Are you okay?" tanya sang dokter hati-hati.

Perjanjian Dua Surga (END | LENGKAP)Where stories live. Discover now