BAB 56 : SADAR

85.3K 11.9K 11.3K
                                    

"Kesarakahan ini menenggelamkan akal sehat. Lalu ambisi berlebihan inipun menghacurkan banyak hati. Ya Allah maafkan hamba"

Ruangan sidang kasus perceraian antara Sadam dan Nabila nampak tegang.

Tahap perceraian merekapun berlangsung dengan alot. Kedua pihak Nabila sebagai penggugat dan pihak Sadam sebagai tergugat tidak dapat didamaikan oleh hakim agung, maka sidang diputuskan berlangsung selesai dan akan dilakukan di sidang selanjutnya.

Sadam dan keempat pengacaranya nampak tersenyum puas.

Sidang selanjutnya, Sadam berharap Nabila akan datang karena ia benar-benar merindukan istrinya itu.

Sadam yakin umrah istrinya itu sudah selesai untuk sidang selanjutnya.

Sedangkan Rizky nampak menatap tajam punggung kakak iparnya dengan tangan mengepal. Kakak iparnya itu terus berusaha mempersulit perceraian.

Gugatan cerai yang diajukan kakaknya sempat akan dibatalkan karena ketidakhadiran sang kakak dalam proses mediasi dan sidang pertama. Hakim agung berpikir bahwa penggugat yang mana kakaknya dianggap tidak serius dan hanya main-main.

Rizky yang hadir sebagai saksi perceraian kedua belah pihakpun mengelak. Ia mengungkapkan bahwa sang kakak kini tinggal di luar negri bersama kedua anak kembarnya yang masih bayi.

Mereka juga sudah menghadirkan dua pengacara sebagai wakil dari penggugat. Papi Hary dan Daddy Rafael pun terus mengatakkan ketidaksetujuan dari pihak mereka untuk berdamai saat diberikan waktu berbicara oleh hakim agung.

"Kamu tenang saja, Rizky. Papi dan Rafael akan terus mengeluarkan bukti-bukti kesalahan Sadam yang akan membantu kita dipersidangan selanjutnya."

Rizky mengangguk lalu mereka keluar dari gedung pengadilan agama tersebut.

♥♥♥

"Terimakasih untuk hari, Pak. Saya harap sidang selanjutnya bisa menjadi sidang terakhir perceraian saya dan saya harap anda bisa membuat perceraian kami ditolak oleh hakim agung."

"Baik, pak Sadam. Kamipun akan berdoa untuk kebaikan rumah tangga bapak. Dan kami akan berusaha semaksimal mungkin agar perceraian bapak dengan istri bapak tidak terjadi."

"Terima kasih, Pak. Setelah ini saya masih ada urusan lain. Saya harus menjenguk istri saya dipenjara. Mari pak, Wassalamu'alaikum."

"Silahkan, pak. Wa'alaikum salam."

Di dalam mobil yang disetiri oleh Hikam yang sejak tadi diam, Sadam terus berusaha menghubungi sang istri yang sama sekali tidak bisa dihubungi.

Akhirnya Sadam mengirimkan email kepada istrinya itu, berharap akan segera mendapatkan balasan karena ia yakin Nabila sering mengecek emailnya.

"Kenapa arahnya beda? Ini arah ke kantor, Hikam. Lu denger kan tadi gue bilang apa? Gue mau ke lapas tempat istri kedua gue ditahan." kesal Sadam.

Hikam menghiraukan protesan sahabat sekaligus bosnya itu. Ia terus melajukan mobil yang mereka naiki menuju perusahaan Adnan Grup.

Sadam mengumpat keras. Sahabatnya ini benar-benar mempermainkan emosinya disaat yang tidak tepat.

"Gue ngga mau bercanda, Hikam! Puter balik ke arah lapas Indira sekarang!"

Hikam masih diam.

"Sialan, Hikam! Mau lu apaan sih?"

"Mau gue?" Hikam menjawab pelan.

"Ngga usah main-main disaat pikiran gue lagi runyam kaya gini!"

"Elu yang buat semuanya runyam sialan!" maki Hikam akhirnya setelah memberhentikan mobilnya di pinggir jalan.

Perjanjian Dua Surga (END | LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang