Enam

22.5K 1.3K 66
                                    

Aku belum tentu kuat menjalani hidup seperti mu dan Kamu juga belum tentu bisa melewati hidup seperti diriku

Pround of Your Self
.
.
.

Lima menit yang lalu Mora sudah sampai di tempat tujuannya. Ia memandang bangunan di hadapannya dengan raut sumringah, dirinya bangga dengan kerja keras abangnya.

Di usianya yang baru menginjak 21 tahun, Argio Ditya Asagra kakak dari seorang Amora bisa mendirikan sebuah Cafe milenial yang sedang di gandrungi remaja. Bukan hanya Cafe, Gio juga mempunyai distro pakaian yang cukup besar dan sudah memiliki 2 tempat cabang.

Ia mempekerjakan sekitar 30 orang di Cafe yang rata-rata adalah teman-teman kuliahnya yang mencari pekerjaan part time. Untuk urusan distro dirinya sudah mempunyai tangan kanan untuk menghandle nya, ia memiliki masing-masing 1000 karyawan di tiap cabang distro nya.

"Hahhh", Mora menghela nafas. Ia berjalan memasuki Cafe beberapa karyawan menyapanya ramah.

"Lama gk ke sini Mor", tanya salah satu karyawan -Angga- yang merupakan teman kuliah abangnya.

"Hehe iya mas", cengir Mora
"Bang Gio ada kan mas", tanya Mora

"Ada tuh di ruangan", tunjuk Angga ke ruangan bos sekaligus temannya, owner Cafe tersebut

Mora mengangguk paham, "Mora ke abang dulu ya mas", Mora tersenyum sebelum meninggalkan Angga

"Yoi siapp Bu Bos",  Mora tertawa mendengarnya

Mora sudah terbiasa mendengar panggilan Bu Bos dari teman-teman abangnya yang bekerja di sini. Bukannya mau sok berkuasa tapi mereka sendiri yang memanggilnya seperti itu. Mora tak ambil pusing, toh mereka juga tidak serius memanggilnya Bos.

Langkah Mora berhenti di depan pintu bercat putih yang bertuliskan private room. Mora meraih gagang pintu tersebut dan langsung membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu.

Kretttt, Mora sedikit menyembulkan kepalanya memastikan apakah abangnya ada di dalam

Suara decitan pintu tersebut membuat seseorang yang ada di dalam sana mendongak melihat arah pintu. Matanya menyerit melihat siapa yang datang

Gio memasukkan handphone nya ke saku celana, "Ada apa kok nyusul abang", tanyanya

"Mau makan sama abang di sini", Mora berjalan menghampiri Gio yang duduk di sofa dan meletakkan totebag nya di meja.

"Tadi blm makan",

Mora menggeleng lemah di samping Gio, "Gk ada yg nemenin bang"

Mora menubruk dada bidang Gio, ia memeluknya mencari ketenangan di sana. Gio mengelus punggung adiknya lembut, dadanya terasa sesak saat melihat Mora seperti ini.

Gio tau perasaan Mora sekarang mungkin ia kangen kebersamaan dengan keluarga nya.

"Bawa apaan tuh", Gio melirik totebag yang di bawa Mora untuk mengalihkan arah pembicaraan Mora meskipun dirinya juga ikut merasa kangen dengan suasana keluarga nya yang utuh.

"Tumis kangkung sama ayam", Mora mengurai pelukannya dan mulai membuka satu per satu tupperware nya

"Jadi langsung laper", Gio menatap dengan penuh minat masakan yang di bawa adiknya.

PRAHEKSA Alpha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang