Chapter 39 || The Past

Start from the beginning
                                    

"Mrs. Syanah?" ucapnya dengan nada tertahan.

"Apa? Kaget kalau saya ada disini?"

"Kalian semua mau memperpanjang kasus ini? Oh, apa karena Anda yang terlibat jadi Anda tidak ingin orang ini mengakui semuanya?!" tegas Syanah sambil menatap nyalang seorang pengacara hebat dan terkenal.

"Jaksa bodoh!"

DOR!

Sebuah peluru tiba-tiba saja dilesatkan oleh orang tadi tepat mengenai dada Syanah. Syanah langsung memegang dadanya kuat kemudian menatap tajam kearah orang tadi.

"An—Anda pem—pembunuh, uhukk..." Syanah terbatuk-batuk hingga mengeluarkan darah dari mulutnya. Dan saat itu juga ia langsung tak sadarkan diri.

"Tinggalkan dia, bawa saksi mata. Dan kalian jangan ada yang memberitahukan masalah ini jika di selidiki," tegas orang itu yang membuat mereka langsung mematuhinya.

"Maaf, Syanah. Saya terpaksa harus melakukan ini," ucapnya kemudian melenggang pergi meninggalkan Syanah yang tergeletak tak bernyawa.

Di balik pohon tak jauh dari tempat kejadian, ternyata Vallen melihat semua kejadian tersebut. Dan saat Vallen ingin menghampiri Syanah tubuhnya langsung ditahan oleh seseorang.

"Shut... Jangan kesana dulu, masih bahaya," ucap orang tersebut.

"Tapi Mama, kak. Mama gimana?" ucap Vallen yang sesekali terisak.

"Sepertinya Mama kamu sudah meninggal. Orang tadi menembak tepat di dada dan mengenai jantung Mama kamu."

"Mama, hiks..."

"Kamu tenang saja, nanti kita balas," ucapnya sembari menenangkan Vallen.

Vallen mengangguk sambil menghapus air matanya. Kini matanya tidak hanya memancarkan kesedihan melainkan juga amarah yang terpendam karena orang yang ia sayang telah pergi meninggalkannya tanpa sepatah katapun.

Flasback Off

Vallen masih mengingat dengan jelas wajah pembunuh Mamanya tersebut. Ia tidak akan tinggal diam lagi sekarang. Ia harus segera bertindak secepatnya sebelum semua terlambat.

"Mama tunggu Vallen ya, Vallen akan berusaha mendapatkan keadilan untuk Mama." Mata Vallen berkaca-kaca sambil melihat langit biru yang tidak begitu terik karena matahari sedang bersembunyi dibalik awan.

"Vallen?" panggil seseorang dari arah belakang.

Vallen segera menghapus air matanya kemudian membalikkan badannya. "Ya? Kau butuh sesuatu, Ray?"

"Kau menangis?" tanya Raymond pada Vallen.

Vallen tertawa sumbang, "Aku menangis? Hey, kau ini ada-ada saja."

"Mulut bisa berbohong tapi mata tidak, Val. Itu yang biasanya kau ucapkan padaku."

"Bukan urusanmu.

"Kau mau keluar? Mungkin untuk menghapus kesedihanmu itu," ucap Raymond yang langsung membuat Vallen terdiam.

Vallen paham apa yang dimaksud Raymond, dan sepertinya Raymond kali ini tahu apa penyebab kesedihannya.

"Aku mungkin hanya akan melihat-lihat saja."

"Kau ini biasanya tidak konsisten dengan ucapan sendiri," ledek Raymond.

Vallen langsung saja berjalan mendahului Raymond menuju garasi tempat mobilnya disimpan. Raymond segera menyusul Vallen dan tidak lupa ia juga mengambil kunci mobil yang hendak ia pakai.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 18 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SECRET MURDERER Where stories live. Discover now