15. Kaya Biasa

495 66 5
                                    

"ABANG!" mata Jio sudah berkaca-kaca, rasanya ia ingin mendorong Jaka dengan sangat keras namun tidak bisa. Tenaga nya kalah jauh dengan Jaka. Abangnya yang itu sering sekali ke tempat gym.

Jio tidak merasa sakit namun tenaganya benar-benar hilang, ia bisa berdiri namun tidak bisa pergi dari halangan Jaka.

Dengan nekat ia mendorong abangnya lagi namun Jaka malah menggendong anak itu dan melemparkannya ke sofa berulang kali.

Jaki dan Jia yang tengah tidur pun mendengar teriakan tersebut dan langsung bergegas ke bawah.

Ketika di lihat ternyata Jio dan jaka sedang bertengkar, mereka tau, penyebab utamanya adalah Mama.

Jaki sebenernya gamau ketemu Mama juga, malas. Cuma dia ga ngelarang Jio buat ketemu Mama.

Dan menurut Jaki kembarannya benar-benar kaya iblis kalo ketemu Mama nya sendiri.

Jaki melihat wajah Adiknya sudah sangat merah dengan mata yang berkaca-kaca, ia pun tahu penyebabnya itu karna Jaka.

Dengan amarah Jaki langsung mendorong tubuh Jaka hinga terjatuh dan menyeretnya menjauh.

"LO GILA YA!" Teriaknya didepan wajah Jaka bersamaan dengan pukulan kencang ke wajah Jaka.



Jia langsung memeluk adiknya dan mengelus kepalanya dengan lembut, amun Jio malah lari ke belakang rak sepatu.

"Kamu cari apa?" Tanyanya begitu khawatir melihat Adiknya sangat gelisah.

"Kunci rumah kak." Jawab Jio yang sedang kesulitan untuk menggapai kunci rumah yang terselip di kolong.

Lalu Jia dengan tangannya yang panjang berhasil mengambilnya dan merangkul Jio ke pintu rumah.

Ia pun lihat adik kembarnya sedang berkelahi, biarlah, sudah biasa.

Tapi ternyata saat membuka pintu, Mama nya sudah tidak ada, lanjut membuka gerbang pun sudah tidak ada.

Dengan cepat Jio mengambil sendal dan menggunakannya, lalu berlari menuju gerbang perumahan disusul oleh Jia. Dengan penuh harapan Mama nya masih berada di sekitar perumahan.

Namun semua di patahkan oleh kenyataan pahit, mobil itu, mobil yang di gunakan Mamanya sudah tidak tampak lagi.

Ia bahkan sudah berdiri di depan pos satpam hanya dengan menggunakan kolor hitam dan kaos bergambar mickey mouse.

Mungkin jika ia berlari lebih jauh lagi akan menemukan mobil itu. Baru saja ia baru melangkah lari, Jia menangkap tangannya dan menahan sambil menggeleng pelan. Mengisyaratkan kalau tidak boleh.

Tentu Jia melihat wajah kecewa, sedih, dan runtuhnya harapan Jio. Namun Mama nya pasti sudah pergi jauh, tidak akan bisa dikejar dengan berlari.

Lagi dan lagi, yang ia berikan hanya pelukan hangat, dan merangkul adik nya berjalan sampai rumah.

Sampai rumah mereka berdua masih harus melewati si kembar yang masih bertengkar, entah sampai kapan.

"GUA UDAH BILANG JANGAN KAYA GITU JAKA! LO PASTI TAU ADEK KANGEN BANGET MAMAH KAN?" kata Jaki sambil memukuli kembarannya dengan menggebu-gebu.

"Brengsek!" kata Jaki lagi sambil memukul Jaka lagi.

Namun Jaka berhasil menangkap tangan Jaki dan berbicara dengan tatapan sadis.

"Dua minggu lagi Jio dua belas tahun Ki, Mama baru kasih kado buat umur yang ke sebelas."

"YA KARNA UDAH SEBELAS BULAN LALU MAKANYA JANGAN DI USIR LAGI, KITA GATAU DIA BAKAL DATENG BERAPA BULAN LAGI. Punya hati dikit kek lo jangan egois anjing."

Pukulan demi pukulan terus di hantamkan ke Jaka. Namun Jaka menepis tangan Jaki dan bergantian Jaka yang memukul Jaki.

"MAMAH TUH LO SURUH PUNYA HATI, LO PIKIR KITA APA HAH? DI DATENGIN CUMA BERBULAN-BULAN SEKALI? KITA ANAKNYA APA BUKAN?"

Kerah baju Jaki di pegang dengan kepalan tangan Jaka dan di sudutkan ketembok ruangan.

"Lo juga pasti tau lah Mamah kalo kesini juga sama bos nya, dan selalu Cuma setengah jam atau paling lama satu jam? Lo pikir orang tua kaya gitu peduli anaknya?" tanyanya dengan geram.

"GUA GA PEDULI KITA, GUA KASIAN SAMA JIO."

"Kasian kenapa sih? Banyak yang ngga ketemu orang tuanya bertahun-tahun, bahkan ada juga yang ga pernah ketemu dari kecil sampe sekarang, mereka biasa aja tuh."

"Gausah sama-samain Jak, hati orang beda-beda." Jaki kemudian menyentuh bagian hati Jaka dengan kencang dan pindah ke depan mata Jaka.

"Yaudah, hati gua milih ga ketemu Mamah, sampe dia beneran berubah, walau gua yakin banget dia ga bakal berubah." Cengkraman kuat tangan Jaka di kerah baju Jaki ia lepaskan dengan kasar.

Kemudian Jaka mengambil kunci motor dan ponsel nya lalu pergi meninggalkan rumah dengan motor kesayangannya.

"Dasar hati iblis!" Jaki pun berdiri sambil mengusap sedikit darah dari mulut dan jidat nya dengan kasar.

Lalu ia pergi ke wastafel dan mencuci darahnya disana.

Di lirik ada bingkisan kado cukup besar, lalu ia lihat di kartu ucapan dan bertulis untuk Jio dari Mama.

Kemudia ia bawa kado nya ke lantai dua, dia tahu pasti Jio sedang sedih.

Jaki mengintip sedikit pintu kamar yang terbuka, hati nya ikut sakit melihat adik kesayangannya sedang menangis sesegukan di pelukan Kakaknya.

Anak yang malang, Jio anak yang baik, dia sangat sayang Mamahnya. Ketika masih tinggal bersama Jio sering sekali di marahi Mamah karna anak itu tidak bisa diam dan berisik.

Namun jika di marahi Mamah pasti ia diam saja, tidak pernah marah juga. Setiap mamah nya suruh pasti selalu di kerjakan dengan cepat.

Hati Jio seperti malaikat, Jio satu-satunya yang masih sayang sama Mama, tidak peduli seberapa sering Mama nya menyakiti dia.

Sebenarnya Jaki tidak suka dengan sifat Jio yang itu, namun ia juga sangat tidak bisa memarahi Jio.

Adiknya itu terlalu imut, lucu, dan menggemaskan, dan terlalu tak berdosa untuk di marahi.

Pernah sekali ia menasihati, namun ia malah menyesal. Padahal Jio nya pun tidak masalah. Namun tetap saja Jaki merasa amat menyesal.

Ia terlalu sayang kepada adiknya, ia tidak mau menyakiti hatinya sedikit pun.

Ia pun mengetuk pintu kamar "Abang masuk ya?"

J Sibling'sWhere stories live. Discover now