Bab 1. Rumor

32K 1.7K 176
                                    

"Hei, kalian dengar tidak?"

"Apa? Apa?"

Suara-suara bisikan dari segerombolan orang di sudut kantin, bergerak merapat. Mendengarkan semburan kata-kata yang mengejutkan dan tak bisa dipercaya.

Orang-orang itu mendekatkan telinganya, mencerna rumor hangat yang beredar di sekolah mereka sejak setahun yang lalu.

"Kalian anak baru, pasti tidak tahu tentang ini."

Jaemin, anak laki-laki yang menyebarkan rumor kepada sekelompok orang ini, duduk di atas meja kantin, sementara orang-orang yang mendengarnya duduk di bawahnya. Dia menunduk sedikit, melanjutkan kalimatnya.

"Kalian tahu Mark Lee? Sekretaris osis yang baru dilantik kemarin saat penerimaan siswa baru?" Laki-laki itu bertanya pada junior-juniornya.

"Kenapa dengan Mark Sunbae?" tanya Junkyu.

Jaemin mencubit pipi juniornya. Mata bulat itu bertanya padanya, terlihat lucu.

"Sebenarnya, ini hanya rumor."

"Rumor apa, Sunbae? Sedari tadi hanya bicara, tapi tidak ke inti." Mashiho tidak dapat menahan diri. Dia telah menunggu dengan sabar berita yang akan diceritakan oleh seniornya ini, tapi seniornya ini malah menunda-nunda.

Jaemin memukul kepala Mashiho dengan geram. "Lihat, bocah ini. Yuta Sunbae, sepupumu sungguh tidak sabaran."

Yuta, orang yang paling tua diantara mereka hanya menarik sedikit bibirnya. Tertawa kecil. Dia pun ikut membalas, "Aku juga tidak sabar. Kau terus menunda ceritamu."

Jaemin berbalik, mengernyitkan dahinya. "Eh? Harusnya Sunbae yang paling tahu tentang rumor ini."

"Paling tahu apa? Dia seangkatan denganmu. Rumor itu ada juga sejak dia datang, bukan setelah aku datang."

Yuta menggeleng. Juniornya ini lebih suka berdebat dengannya daripada memberi air kepada orang lain untuk menghilangkan rasa haus.

"Baiklah, baik. Dengarkan baik-baik, bocah. Menjaga jarak demi kebaikan adalah hal yang baik, walaupun kau tidak tahu kebenarannya. Setidaknya hidupmu akan selamat."

Jaemin berbicara dengan wajah serius. Dia melihat satu-satu wajah juniornya.

"Jaemin, katakan saja. Berputar-putar tidak jelas."

Jeno menyela. Memberitahu Jaemin untuk segera bercerita. Dia bukanlah orang yang tidak sabaran, tapi mendengar Jaemin yang bertele-tele membuatnya kesal.

"Iya, Sunbae. Cepat katakan. Aku sudah tidak sabar." Chaerin, gadis cantik yang duduk di samping Jeno berkata dengan tidak sabaran.

"Iya, iya. Akan kulanjutkan—eh, Haechan! Jaehyun Sunbae! Kemari."

Jaemin memotong perkataannya sendiri ketika melihat teman dan seniornya berjalan bersama sambil membawa buku.

"Ada apa, Jaemin?"

"Haechan Sunbae!"

Dua gadis yang duduk bersama mereka segera berdiri dan menghampiri Haechan. Wajah mereka bersinar lebih cerah ketika bertemu dengan Haechan secara langsung.

"Baru juga dua hari, kau sudah disukai oleh para Hoobae." Jaemin berkata dengan cemburu, sedangkan Haechan hanya tersenyum dan menyapa dua junior di depannya.

"Haechan Sunbae sangat baik saat masa orientasi, berbeda dengan Sunbae yang centil dan suka menggoda semua Hoobae wanita." Sohee menjulurkan lidahnya pada Jaemin. Mengejek seniornya yang suka merayu sana-sini.

"Masa orientasi itu harusnya tegas dan membuat kalian menangis," sahut Haechan.

Junkyu menggeleng tidak setuju. "Tidak, Sunbae. Kau sangat baik pada semua Hoobae. Lihat, Haruto! Dia sangat pendiam, tapi ketika bersamamu dia jadi banyak bicara dan sangat sedih karena masa orientasi hanya berlangsung tiga hari."

The Real Obsession | MARKHYUCK (END)Where stories live. Discover now