23. PERIHAL TAKDIR YANG BERJALAN

2.1K 224 2
                                    


JANGAN LUPA VOTE NYA, YA? BIAR BERKAHHH

SEMOGA SUKA! AAMIIN.

SELAMAT MEMBACAAA
***

Hari ini jam olahraga dilaksanakan oleh semua kelas di SMA Garuda. Tidak terkecuali sama sekali, semua siswa meninggalkan kelas untuk ber olahraga di lapangan. Namun, tidak sedikit juga dari mereka yang hanya duduk di pinggir lapangan untuk menonton siswa yang sedang bertanding basket maupun pertandingan lainnya.

Perempuan dengan rambut panjang yang sengaja digelung asal, hanya menggunakan jam olahraganya untuk sekedar duduk di tepi lapangan. Ia sama sekali tidak berniat untuk bergerak dari posisinya saat ini. Dengan objek yang cukup ramai, ia hanya mengamati.

"Rey?" Panggil laki-laki dengan Headband hitam yang selalu melingkar dikepalanya.

Aurey mendongak melihat sosok dengan punggung tegap yang memberinya satu botol air mineral. Ia kembali bertanya dan duduk di samping Aurey. "Ngapain?"

"Duduk, bernapas, dan mengamati setiap gerak-gerik manusia yang bergerak seperti tidak memiliki beban sama sekali," Aurey meneguk air mineralnya hingga menyisakan setengah botol.

Arka diam beberapa detik. "Di masa beranjak dewasa, tidak menutup kemungkinan bahwa manusia tidak memiliki beban sama sekali. Semua itu punya, dan bersikap seolah tidak punya. Bahkan, balita yang belajar untuk berdiri pun, harus bisa menopang beban dari berat badannya."

"Maaf. Sikap abang pertama lo yang keterlaluan,"

Aurey hanya tersenyum simpul dan menoleh. "Nggak papa, bukannya gue emang orang baru?"

"Orang baru memang ada, Rey. Tapi nggak semuanya pantas dianggap orang baru, terlebihnya udah menjadi sebuah keluarga." Arka mengusap surai hitam adiknya. Usapan yang selama ini membuat Aurey tenang. Arka tahu, adiknya itu masih terbayang-bayang dengan ucapan Yasta semalam.

Gadis itu cukup lama menikmati usapan yang tulus. Tidak ada kata selain 'nyaman' yang bisa menilai usapan dari tangan laki-laki itu. Bahkan sudah menjadi candu tersendiri jika dirinya benar-benar dalam posisi yang jatuh. Sungguh, dia tidak ingin kehilangan usapan yang tulus dan penuh kasih sayang itu dari kakak keduanya. Seorang yang tangguh dan memiliki kasih sayang besar.

"Kalo lo kecewa, bilang sama gue. Semua orang pasti bisa sakit hati Rey, dan gue nggak suka, kalo adek kesayangan gue nggak bahagia pagi ini."

Aurey hanya mengangguk samar, mencoba lebih tenang. "Panjang umur ya, Bang? Bahagia terus sama gue,"

"Pasti." Entahlah, Arka hanya menjawab tanpa mengetahui takdir yang akan berjalan. Jika takdir itu sudah pasti, setiap insan pun tidak akan bisa menghindari.

"Bang?"

"Apa?"

"Kenapa lo nggak mau cari pacar?" Pertanyaan yang selama ini ada dibenak Aurey akhirnya terucap. Sebenarnya ua sedikit ragu, takut jika Arka akan marah apabila ia bertanya perihal hubungan.

Mendengar pertanyaan adiknya, cowok itu menggeleng pelan. "Gue nggak yakin, sedangkan masih ada dua malaikat yang perlu gue buat bahagia. Jadi buat apa?"

"Siapa?" Tanya Aurey penasaran.

"Aurey Arsania, dan sang ibu yang melahirkannya. Kalian, gue larang secara tegas buat nggak menangis dalam kesedihan!"

ALGARKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang