04. MUSUH YANG KEMBALI

3.6K 332 11
                                    

HAI, MAKASIH UDAH LANJUTIN CERITANYA!

LANJUT SAMPAI AKHIR YA?

HAPPY READING🔥

Manusia memang kerap datang di waktu yang tidak tepat. Tapi, manusia yang datang hanya untuk menghancurkan tidak lebih dari keparat!

-Bryan Nicordano.

"Gue dapet info, tadi siang di persimpangan Jalan Kamboja, geng Erizor sama Ranstor War!" Beritahu Bryan disela-sela sibuknya bermain game bersama Algan. Beberapa orang di ruang tengah markas Venzaros itu bersama-sama menyimak ucapan Bryan. Dua musuh mereka saling bertarung, kemungkinan besar ada sebuah masalah yang tidak biasa seperti sebelum-sebelumnya.

"Lo tau penyebabnya?" Tanya Ardo.

"Nggak," jawab Bryan seadanya. Tetapi ia sempat mendengar ucapan dari Rio ketua geng Ranstor itu yang menyebut perkumpulannya. "Rio nyebut nama Venzaros, gue nggak tahu selanjutnya."

Ucapan Bryan memang membuat mereka penasaran. Nama Venzaros diucapkan oleh Rio, kemungkinan besar mereka yang sedang menjadi sasaran untuk saat ini oleh kedua geng yang juga saling bermusuhan itu. Sebenarnya ini sudah menjadi hal biasa untuk mereka, tetapi meskipun begitu, mereka harus tetap berjaga-jaga apabila terjadi penyerangan secara tiba-tiba.

Dari permasalahan singkat ini, Arka menarik senyumnya miring. Cowok itu menyenggol kaki Leo yang berselonjor di depannya. Membuat sang pemilik sorot mata tajam itu mengernyitkan keningnya bertanya. Namun, melihat gelagat Arka yang menunjukkan kepalan tangan, Leo sontak mengerti bahwa.. "mereka bakal nyerang kita," ucap Arka kepada semua anggotanya.

"Permasalahannya?" Satya bertanya penasaran.

"Gak sulit, kalah cepet taruhan sama Erizor!" Kini Leo yang membalas. Sebagai seorang wakil  ketua yang cukup jenius, tidak mungkin tebakannya salah. Lagipula alasan apalagi selain mereka bertengkar lantaran kalah cepat untuk memancing amarah Venzaros? Tidak semudah yang ada dipikiran mereka, karena Venzaros itu tenang. Perkumpulan mereka itu tidak akan bergerak tanpa mendapat perintah. Meskipun mereka semua tahu, ketuanya juga sulit untuk menahan amarah.

"Gue takut mereka demen sama Venzaros!" Pekik Satya.

"Muka gilee, kagak! Gue masih normal!"

Tawa mereka menggelegar ditengah-tengah pembahasan yang serius. Perkumpulan yang memang senang sekali menularkan tawa itu, tidak ingin terlalu memikirkan permasalahan dari para musuh-musuhnya. Mereka lebih senang membawanya dengan santai tetapi siap kala pertarungan itu datang.

"Dari sekian banyaknya musuh, gue heran sama mereka. Kenapa mereka rela lakuin apapun buat hancurin Venzaros? Ini masalahnya tiga-tiganya berselisih. Apa kabar nyawa kalo saling bunuh?" Algan tak habis pikir. Perselisihan di setiap perkumpulan itu selalu saja ada karena alasan tidak suka.

"Mereka kenal gue, mungkin penyebab dari semuanya karena gue 'kan?" Timpal Arka dengan ucapan tenangnya. Memang benar, Zero dan Rio hanya mengenalnya dan Leo lantaran mereka pernah satu sekolah menengah pertama di kelas tujuh sebelum akhirnya Arka dan Leo pindah karena bisnis orangtuanya.

"Nggak ada masalah apapun, cuman emang nggak pernah akur." Tambah Leo yang juga merasa kebencian musuh mereka terbangun hanya karenanya dan Arka.

"Masalah dulu sama sekarang sebenarnya juga beda. Udahlah gapapa, kita semua juga siap baku antam kapan aja, ya nggak?" Tanya Bryan.

ALGARKAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt