15. SISI DARI MEREKA

2.2K 242 2
                                    

RAMEINN!!! SELAMAT MEMBACAA

OKE! BISMILLAH, SEMOGA SUKA
AAMIIN.


Semua anak itu jenius bagi para orang tua yang mau menghargai.

-Arka


***

Arka mematikan ponselnya usai mengirimi beberapa pesan kepada adiknya, yang tidak takut sama sekali untuk pergi ke arena balap tanpa berpamitan dengannya terlebih dahulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Arka mematikan ponselnya usai mengirimi beberapa pesan kepada adiknya, yang tidak takut sama sekali untuk pergi ke arena balap tanpa berpamitan dengannya terlebih dahulu. Dia selalu tahu, karena Aurey hanya akan tidak berpamitan kepadanya ketika pergi ke suatu tempat yang ia larang. Tangannya sedikit mengepal, Arka tidak memperdulikan ponselnya yang terus berbunyi karena notifikasi kiriman pesan dari adiknya yang sedang membujuknya agar tidak marah.

Di teras rumah. Arka menunggu kepulangan adik perempuannya yang tak kunjung pulang itu, sudah sekitar dua puluh menit lamanya. Meskipun fokusnya hanya kepada ponsel, tetapi Arka cukup betah untuk menetap di sana.

Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, tepat di mana Aurey memasuki gerbang rumahnya bersama motornya. Cewek itu terlihat berpenampilan serba hitam malam ini. Usai memakirkan motornya, Aurey segera menghampiri Arka dengan menjulurkan tangannya untuk salim "Bang Ka!"

Tidak ada respon sama sekali dari Arka. Cowok itu menatap adiknya sekilas, kemudian beranjak berdiri sembari mendorong Aurey dengan mengangkat kerah belakang jaket miliknya untuk masuk ke dalam rumah. Perbuatannya itu mengundang atensi orangtuanya lantaran Aurey memberontak keras. "Bang Ka!  Apa-apaan sih lo! Bangggg!"

"Ada apa ini? Arka, lepasin adik kamu!" Perintah Bara agar meredakan teriakan Aurey. Lantas Arka mendorong adiknya itu yang langsung berlari memeluk sang papa sembari mengadu layaknya anak kecil.

"Pah! Bang Ka ngeselin banget! Rey cuman main, nggak macem-macem. Gitu aja marah!" Aurey terus menggerutu sembari memeluk papanya. Jelas saja ia tidak berani menatap tatapan tajam dari kakaknya yang terus diam dengan rahang menegas.

Bara yang mendengar itu menatap Arka dengan tatapan bertanya. Membuat Arka mengalihkan pandangannya kesal sendiri dengan kelakuan adiknya yang sangat keras kepala. "Bandel, ke Arena." Setelah mengatakan itu, Arka melenggang pergi menuju kamarnya tanpa mau melirik ke arah adiknya sekalipun.

Bara melepas pelukannya dan mengajak putri satu-satunya itu untuk duduk di sofa. Sang Ayah itu menatap Aurey mengintimidasi, seolah ingin meminta penjelasan yang jelas dan jujur. "Abang kamu marah, terus gimana?"

"Bang Ka juga biasanya ke tempat itu,"

"Bedaa, Aurey,"

"Sekarang gimana?" Bara kembali bertanya untuk meminta kepastian dari putri bungsunya yang memang memiliki watak cukup bandel melebihi kakaknya. Keras kepalanya itu membuat keluarganya sangat pusing untuk menasihati Aurey berkali-kali.

ALGARKAWhere stories live. Discover now