08. KELAM DAN KEJAM

2.7K 258 13
                                    

SELAMAT MEMBACA. PELAN-PELAN YAA, SEMOGA SELALU SUKA!

****

Katanya, senang itu tidak lengkap jika tidak ada rasa sakit.


+62************* : I'm comeback brother. Murderer!

"BERENGSEK!"

Arka dengan keras mengumpat sembari memukul meja kantin hingga menimbulkan suara yang cukup berisik, membuat beberapa temannya terkejut bukan main di tengah nikmatnya menikmati makan siang di kantin sekolah. Cowok itu menghempaskan ponselnya begitu saja dengan perasaan kesal dan marah. Sudah jelas ia mudah terpancing amarah meskipun hanya beberapa kalimat pendek saja yang menyinggung dirinya.

"Kenapa nying?! Kalah game, lo?" Gertak Satya tidak terima. Gara-gara pukulan meja Arka, satu butir baksonya tertelan begitu saja tanpa sempat dikunyah sama sekali. Cowok itu menatap sahabatnya yang mengepalkan tangannya marah. "Kenapa?"

Arka memilih tidak menjawab. Dia kembali duduk dengan rahang yang menegas marah. Giginya bergemelutuk begitu merasa kesal. Satu pesan dari nomor yang tidak asing itu membuatnya ingin menghancurkan apapun yang berada di sekitarnya.

Leo yang merasa bahwa tidak ada yang beres dengan sahabatnya itu, lantas menghentikan aktifitasnya yang sedang bermain game. Ia menatap Arka dengan sorot serius, "kenapa lo?"

"Di tolak kali, sama cewe," tebak Algan dengan cengirannya.

"Bacot!" Leo memutar bola matanya malas. Tidak ingin mendengar jawaban Algan yang masih saja berani bercanda.

"Halah! Hidup lo terlalu beku buat di ajak bercanda!" Lanjut Ardo menimpali.

Arka memilih beranjak berdiri dan meninggalkan kantin begitu saja tanpa mau mengucapkan sesuatu. Untungnya saja teman-temannya mengerti, kalau ketuanya itu butuh waktu sendiri untuk meredam amarahnya yang cowok itu tahan agar tidak berbuat yang di luar batas. Ciri khas dari Arka, cowok itu akan bercerita tentang semuanya kalau memang sudah waktunya tiba.

"Ambil hp-nya!" Perintah Leo dengan gerakan dagu, meminta tolong kepada Bryan untuk mengambil ponsel Arka yang barusan dibanting oleh pemiliknya.

Sayangnya ponsel sahabatnya itu sudah retak dengan tampilan layar yang buram tetapi masih berkedip-kedip. Leo berdecak, dari kecil Arka selalu saja tidak berpikir panjang terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu untuk melampiaskan segala amarahnya.

"Retak gini, kenapa sih tuh anak?" Tanya Bryan seraya mengecek ponsel sahabatnya yang kemungkinan sudah tidak layak pakai.

Ardo tampak berpikir, mencoba menebak hal apa yang bisa membuat ketuanya itu marah besar seperti tadi. "Musuh, mungkin?

"Siapa?" Leo bertanya. Kemungkinan besar memang musuh, tetapi musuh yang mana?

"Kalau musuhnya geng motor, Arka pasti bilang sama kita. Jadi mungkin kali ini, satu orang musuh," argumen Satya mengimbuhi pertanyaan yang ada dibenak mereka masing-masing.

Mereka berlima sontak diam. Mencoba memikirkan siapa seseorang yang mengirimi pesan Arka hingga membuatnya marah seperti tadi. Karena Arka tidak biasanya seperti itu ketika diancam oleh musuh-musuhnya. Kali ini, sepertinya memang sangat berpengaruh.

"Di sini nggak ada yang tahu musuh Arka siapa aja?" Tanya Algan usai ia memikirkan penyebab kemarahan sahabatnya.

"Bukan musuh, tapi musuhan." Timpal Leo sembari menatap ke arah sahabat-sahabatnya dengan serius. Membuat mereka melontarkan pertanyaan ingin tahu kepada wakil ketua itu.

ALGARKAWhere stories live. Discover now