17. JALANAN KOTA DENGAN MEREKA

2.1K 222 2
                                    

SELAMAT MEMBACAAAA

"Kalau lo ada masalah, jangan sungkan-sungkan buat cerita. Gue bahkan dengan senang hati dengerin semua keluh kesah lo."

-Algan

***

***

Erinna terlihat duduk melamun di taman belakang rumahnya. Ditangannya, kini sudah ada album yang berisi foto-foto masa kecilnya yang begitu masih terawat. Gadis itu membuka halaman pertama yang menampilkan foto dirinya yang sedang berada di pantai. Sesekali tersenyum ketika mengingat kilas balik masa kecilnya yang begitu sangat bahagia tanpa ada beban sedikit pun.

"Masa kecil gue bahagia banget," gumamnya sembari tersenyum tipis. Ia menghela napas berat jika kembali teringat dengan permasalahan keluarganya yang terbilang sangat hancur. Mama dan papanya yang sangat sering bertengkar, membuatnya seakan muak untuk tetap tinggal bersama mereka. Dan semenjak itu, kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai dan memilih hidup masing-masing di luar Negeri.

"Mama sama papa kapan balik? Udah lama Erinna kangen dipeluk." Ucapnya lagi yang terdengar miris. Kedua orangtuanya sudah bertahun-tahun berada di luar negeri dengan alasan mencari uang untuk sekolah Erinna. Dan itu semua benar adanya, Erinna tidak jarang mendapat uang dari kedua orang tuanya. Tetapi yang dirinya harapkan bukan uang, melainkan kasih sayang mereka.

"Ck, apaan coba? Gue bukan cewek lemah, udah biasa kali, Na!" Erinna berkata kepada dirinya sendiri diiringi kekehan pelan.

******

Di tempat lain, di mana Arka yang sedang duduk santai pada tepi kolam renang yang ada di rumahnya. Dengan headband hitam yang selalu dia kenakan, cowok itu mulai berenang dengan gesitnya di waktu yang terbilang masih pagi. Ia sama sekali tidak merasa menggigil dengan dinginnya air kolam.

Merasa cukup puas, Arka duduk kembali di tepi kolam dengan handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Raut wajahnya terlihat begitu lelah, cowok itu bergeming kala mengingat dirinya yang terbangun ditengah malam karena terganggu dengan masalalunya.

"Kenapa, lo muncul lagi, Ra?" Batinnya berbicara. Dengan pergerakan cepat cowok itu meneguk satu butir obat dalam bentuk pil yang berwarna putih dengan bantuan air mineral yang sengaja disiapkan. Tanpa dirinya sadari, sosok dengan tubuh yang hampir mirip dengannya berjalan menghampirinya dengan tersenyum miring.

"Emang pantes gue benci sama adik gue sendiri. Selain pembunuh, lo juga pemakai!" Cetus Yasta tanpa beban dengan tangan yang dia masukan ke dalam saku celananya. Entah fakta yang sebenarnya atau bukan, namun pikirannya berkata demikian. Ia tidak pernah memiliki pikiran positif untuk adiknya sendiri.

"Nggak tau faktanya, nggak usah bacot!" Balas Arka yang masih terlihat santai. Meskipun dia sempat terkejut dengan kedatangan Yasta.

Yasta tertawa mendengar jawaban Arka yang begitu tenang. "Lo mau buat mama sama papa malu? Nggak tau diri banget lo sampai berani minum obat terlarang kayak gitu?"

"Lo tau kebenarannya?" Tanya Arka lagi. Ia beranjak berdiri dan berjalan menghampiri kakaknya seraya menyugar rambutnya yang basah. Kekehan pelan terdengar dari mulut cowok itu. "Atas dasar apa lo bilang gue pemakai?"

Yasta berdecih. "Nggak usah pura-pura bego lo, tinggal jawab jujur apa susahnya? Biasanya pembunuh perlu bantuan buat ngelancarin aksinya! Atau nggak, lo pengen mati secara perlahan sebagai pemakai?"

"Emang lo tau tentang gue? Nggak 'kan?"

"Udahlah, Ka. It's okay kalo nggak mau ngaku. Yang jelas, gue akan tau semua kebusukan lo!" Ujar Yasta dengan tertawa hambar.

ALGARKAМесто, где живут истории. Откройте их для себя