V I N G T : Dinner

304 19 0
                                    

Doux Petits Démons


"Tulang rusuk bagian kiri ada sedikit keretakan, dan sendi pergelangan tangan sebelah kiri pun juga mengalami pergeseran sedikit. Memang tidak perlu di gips, tapi nona harus mengurangi aktifitas berat seperti mengangkat barang ataupun bertumpu pada tangan kiri nona. Ini jadwal pemeriksaan rutin dan juga resep obat. Semoga lekas sembuh nona park."

Ucapan dokter pun membuat Jihan semakin kena omel oleh orang disekitarnya. Terutama Eomma Park dan juga Jihoon, ah entah kenapa beberapa waktu belakangan ini Jinhwan nampak sibuk hingga tidak bisa terus berada disekitar adik-adiknya.

Setelah beberapa minggu semenjak kejadian penculikan itu, aktivitas perkuliahan Jihan pun telah berjalan semestinya. Perempuan itu kini memilih untuk tidak terlalu aktif namun juga tidak terlalu pasif di kelas. Dia juga ikut disalah satu komunitas yang ada di universitas nya. Semua baik-baik saja dan berjalan normal, hingga beberapa hari belakangan ini, dirinya kerap di ganggu dengan acara yang di buat oleh "teman" kakaknya.

Seperti saat ini, Jihan berada dalam sebuah ruang yang ada di salah satu restoran mewah Gangnam. Pelakunya adalah Hanbin, setelah sekian lama tidak ada interaksi antara Jihan, lelaki itu mulai secara terang-terangan menghampirinya.

"Jihan, bagaimana kuliah mu sayang?" Tanya Hanbin yang duduk diseberang Jihan.

"Saya rasa anda tidak perlu tahu mengenai hal itu, tuan kim." Ucap Jihan setenang mungkin, walaupun jantungnya sudah berdegub tak karuan.

"Kenapa kamu kaku sekali jihan? Santai saja, aku hanya ingin makan steak untuk hari ini." Sahut Hanbin sambil memotong kecil-kecil daging steak yang ada didepannya. Sementara Jihan nampak enggan menyentuh makanan yang tersedia.

Hanbin pun menukar piring yang ada didepan Jihan dengan piring dengan steak yang sudah dia potong-potong tadi.

"Tidak perlu menunggu Jinhwan, dia ada keperluan mendesak dan sepertinya akan datang terlambat." Celetuk Hanbin. Jihan menatap lelaki itu sejenak, rasa kesal, marah, namun takut pun muncul secara bersamaan.

"Hey. Sudah kubilang bukan? Aku hanya ingin makan steak. Jadi cepat makan sebelum pikiranku berubah." Ucap Hanbin dengan tegas memperingati Jihan. Mau tidak mau Jihan pun memakan steak itu walaupun perutnya terasa mual.

"Jadi gimana kuliahmu? Seru?" Tanya Hanbin sekali lagi sambil kembali memotong steak.

"Seru." Sahut Jihan seadanya. Hanbin menatap Jihan dengan seksama dan memastikan gadis itu memakan makanannya.

"Arsitektur ya? Kenapa tidak bisnis saja? Kamu gak ada rencana kerja di perusahaan keluarga mu?" Tanya Hanbin datar.

'Justru gue pengen ngehindar dari lo bangsat, makanya gue ngambil arsi.' Pikir Jihan yang tidak memiliki niatan untuk menjawab pertanyaan Hanbin.

"Mengambil arsitektur ataupun tidak bekerja di perusahaan, bukanlah pilihan yang tepat kalau kamu ingin menghindariku kitty." Ucap Hanbin dengan tenang, sementara Jihan semakin naik pitam mendengar setiap ocehan iblis itu.

"Saya izin ke kamar mandi." Ucap Jihan sambil berdiri.

"Leon akan mengantarmu." Sahut Hanbin.

"Saya bisa sen-"

"Leon akan menemanimu." Tegas Hanbin yang membuat Jihan tak bisa berkutik dan menurut saja. Dia pun membawa tasnya kedalam toilet. Dengan tangan yang gemetar, Jihan mencoba mengeluarkan 2 butir pil yang biasa dia bawa untuk mengurangi rasa khawatirnya.

"Astaga, gue harus apa?!" Monolognya. Jihan benar-benar tidak ingin terjebak dalam situasi canggung itu, terlebih lagi Hanbin bisa saja berbuat nekat dan kembali menculiknya. Kabur pun percuma karena asisten atau bisa dibilang tangan kanan Hanbin, Leon akan mengawasi Jihan sampai perempuan itu kembali duduk dikursinya.

Doux Petits Démons [Choi Hyunsuk]Where stories live. Discover now