Chapter 30 || I'm Sorry

Start from the beginning
                                    

"Kenapa mereka bisa ikut campur?"

"Masalah senjata ini sudah sampai ke telinga leader. Dan dia sepertinya lebih percaya mereka buat ngatasinnya."

"Kenapa kita bisa kalau start?"

"Maaf, Bos ini kelalaianku," ucap Rendy penuh sesal.

"Kau tahu apa yang harus dilakukan?" tanya Adzriel yang membuat Rendy langsung mengangguk dan segera pergi meninggalkan ruangan.

Adzriel memijat sedikit keningnya dan segera keluar ruangan. Ia berniat untuk pergi ke suatu tempat guna menyegarkan pikirannya.

Beberapa saat kemudian saat ia telah menemukan tempat yang cocok, ia pun memutuskan untuk mampir sebentar di tempat tersebut.

Dan disinilah Adzriel, di sebuah tempat yang di kelilingi bangunan-bangunan arsitektur yang sangat unik.

Tempat ini dinamakan 'Chicago Cultural Center'.
Tempat dimana pusat kebudayaan yang paling populer dan sebuah pameran seni terlengkap yang ada di Amerika serikat.

Alasan kenapa Adzriel memilih tempat ini, karena ia ingin merelaksasi-kan sedikit pikirannya. Baginya sebuah tempat seperti gedung budaya dan seni adalah pilihan yang cocok untuk dikunjungi.

"Hallo, Mr. Adzriel," sapa salah satu karyawan yang ada disana. Ia memang sudah tidak asing dengan Adzriel, dikarenakan pria itu sudah beberapa kali berkunjung ke tempat ini.

Adzriel hanya mengangguk sekilas untuk sapaan tersebut. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya dan masuk semakin dalam ke gedung ini.

"Setidaknya tempat ini cukup tenang," gumam Adzriel.

"Kau yakin?" bisik seseorang dari belakang Adzriel.

Adzriel yang cukup terkejut pun sontak saja langsung membalikkan badannya dan mengeluarkan sebuah pistol yang ada di saku jasnya.

Beruntungnya orang tersebut tidak langsung ditembak oleh Adzriel, apalagi pria itu menodongkan pistol tepat di depan kepala orang itu.

"Wow!" respon orang itu karena tidak menyangka bahwa pria di depannya ini akan menodongkan sebuah pistol.

"Apa yang kau mau?" tanya Adzriel tanpa menurunkan senjatanya.

"Sebaiknya kau singkirkan benda ini dulu, Mr. Adzriel yang terhormat," ucap orang itu sembari tersenyum kecil dan jangan lupakan jari-jari tangannya yang bergerak memegang ujung pistol Adzriel guna mencoba menyingkirkan dari hadapannya.

Adzriel menarik nafasnya sejenak kemudian langsung saja kembali memasukkan pistol tersebut ke dalam saku jasnya.

"Saya kira kau akan memulai keributan dengan senjata itu," ucap orang itu, lagi.

"Kenapa? Kau takut?" tanya Adzriel pada orang itu.

"Takut? Oh ayolah, kau hanya membuat dirimu menjadi bahan tontonan jika mereka melihat perbuatanmu padaku," kekehnya yang membuat Adzriel berdecak kecil.

"Saya tidak mau diganggu, Nona Vallen," tegas Adzriel.

Vallen, gadis itu tidak menghiraukan ucapan Adzriel. Ia malah terkekeh kecil kemudian menatap mata pria itu.

"Kau tahu, saya datang kesini untukmu," ucap Vallen.

"Saya tak membutuhkanmu. Bukankah hari liburmu ini sangat sibuk?" sindir Adzriel.

"Kau masih marah?" tanya Vallen yang tak digubris oleh Adzriel. "Kau marah ya?" tanyanya sekali lagi.

"Saya tidak marah. Untuk apa saya marah?" ucap Adzriel.

SECRET MURDERER Where stories live. Discover now