Bagian 23

32 2 0
                                    

Gibran pikir ibunya yang tegas itu hanya sayang dan perhatian kepada adiknya Aline.
______________________________________

Keesokan harinya Reno mulai berangkat sekolah, begitu juga dengan Gibran.

Mereka berangkat diantar menggunakan supir pribadi ibu Reno.

Saat keduanya telah berada di mobil, mereka tidak berbincang bincang.

Sesampai disekolah, benar saja keduanya telah disambut oleh guru BK yang terkenal sangat galak dan dia guru senior.

"Wahh dapet tato dari mana?" Melihat tangan Reno yang penuh plester luka.

"Dari anak sebelah pak" jawab Reno dengan santai sambil menunjukan seluruh tangannya yang ditempeli plester luka.

"Owh...kalo Gibran tatomu mana?" Tanya pak guru, Gibran malah bingung mau menjawab apa.

Mengode Reno dengan mengangkat salah satu alisnya, secara tidak langsung Gibran bertanya pada Reno kalau di harus jawab apa.

Reno yang paham hanya tersenyum lalu mengangguk.

"Anu..pak di kaki" Gibran rada membungkuk meraba kakinya yang terluka.

"Wahh... Ayo ikut bapak, harus dapat apresiasi ini!" Merangkul pundak Reno dan Gibran mengajak menuju ke ruangannya.

'perasaan gw ga enak' batin Reno yang menebak kalau dia akan dihukum dengan Gibran.

Benar saja, mereka dibawa di tengah lapangan. Berbeda dengan sebelumnya...

Hukuman kali ini, Reno dengan Gibran disuruh memungut daun yang jumlahnya banyak di seluruh lapangan.

"Selamat memungut daun, ga boleh pakai sapu! Ambil pakai tangan! Paham?!!" Jelas pak guru.

"Iya pak" jawab Reno dengan Gibran dengan menyipitkan mata karena silau matahari.

Pak guru meninggalkan keduanya karena akan mengajar di kelas 10.

"Ini ga masuk akal! Daun sebanyak ini suruh mungutin?!!" Keluh Gibran lalu duduk di lantai lapangan menatap semua daun yang berserakan.

"Ayo cepet pungutin!" Reno mengambil sejumlah daun sambil menyeret pengki.

Mereka memungut daun dari pagi pukul 7 sampai pukul 9 menjelang istirahat.

"Langitt, bisakah kau hembuskan angin trus angkut daun ini keluar sekolah?!!" Keluh Gibran duduk ngesot memelas memandangi langit.

"Babi! Kalau ngeluh terus kapan selesai? Mau makan ga lo?" Reno melihat Gibran dari kejauhan.

"Mau lah!" Gibran mengalihkan pandangannya ke Reno.

"Yaudah ayo semangat!! Ntar gw traktir!" Reno tersenyum melihat Gibran yang langsung semangat.

Reno belum menyadari kalau pacarnya masih belum berangkat sekolah.

Begitu juga dengan Gibran, dia juga tidak tau kalau Vian tidak berangkat sekolah.

"Selesaiii!!!" Gibran menutup tempat sampah.

"Yok makann" Reno merangkul pundak Gibran, menuju kantin sekolah.

Saat melewati kelas Vian, Reno baru sadar dia belum bertemu dengan Vian hari ini.

"Vian berangkat ga si dugong?" Reno berdiri di depan pintu kelas Vian.

Ada seseorang yang menghampiri Reno dan Gibran.

"Nyari Vian ren?" Ucap anak itu.

"Hmm, mana Vian?"
"Ga ada, dia ga berangkat hari ini"

"Sakit?"
"Ga tau, dia alfa dari kemarin"

I Stay with y0uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang