Bagian 15

45 3 0
                                    

'dadaku mulai terasa sakit lagi....
Ini ga seberapa dari tindakan ayah, gimana nanti kalau aku ketauan pacaran dengan seorang laki-laki, apakah aku masih bisa bertahan hidup'
Batin Vian dengan perasaan yang ga karuan.
______________________________________

Kini dada Vian semakin sesak hingga membuatnya lemas berusaha bernapas.

Kemudian Vian berjalan tertatih-tatih menuju kamarnya untuk membaringkan badan.

"Ii-ini seh-makih se-sakhh" Vian menghidupkan kipas angin karena tubuhnya mengeluarkan keringat sangat banyak hingga membasahi seluruh bajunya.

Begitulah usaha Vian saat dadanya terasa sesak, dia akan membaringkan tubuhnya lalu melamun hingga terlelap dalam tidur.

Keesokannya Vian tidak berangkat sekolah karena akan pergi ke rumah sakit untuk memastikan kejadian semalam yang ia alami.

Sesampai dirumah sakit perasaan Vian sudah mulai tidak enak, melihat sekeliling orang orang yang sedang merenung menunggu nasib manusia yang mereka tunggu di suatu ruangan.

Saat semakin memasuki rumah sakit, kini Vian melihat sekumpulan orang orang dengan Isak tangis yang luar biasa di depan mayat yang telah di tutup dengan selimut penuh darah.

"Da-darahh??" Vian merinding melihat salah seorang membuka selimut wajah mayat tersebut yang sudah tak berwujud orang.

'aku harus cepatt'
Batin Vian tak tega melihat orang orang sekitar yang sedang adu nasib.

"Pasien atas nama Vinando dipersilahkan masuk" ucap suster di tempat antrian.

Saat memasuki ruangan, Vian disambut senyum manis dari seorang dokter perempuan cantik.

"Haii...nama kamu siapa?" Tanya dokter tadi.

"Vian" Vian membalas senyumannya.

"Bocah maniss"

Vian menceritakan semua keluhannya semalam dan penyakit yang diderita.

Penjelasan Vian membuat dokter tadi yang semulanya menunjukkan wajah hangat dengan senyumannya kini berubah menjadi dingin.

Kembali ke Reno:

"Kenapa hari ini baby gw telpon ga di angkat?!" Ucap Reno dengan moodnya yang berantakan karena Vian ditelpon ga di jawab.

Reno tidak menjemput Vian karena Reno pikir Vian sudah berangkat duluan, jadi dia mampir ke rumah Gibran untuk mengajak berangkat sekolah bareng.

"Dugong!!! Ayooo!!!" Teriak Reno memanggil Gibran di depan gerbang rumah.

"Hmm" Gibran keluar rumah memakai jaket dengan mulutnya yang sedang menggigit roti tawar dan pembantu rumah mengikutinya membawakan tas.

"Makasih bi" ucap Gibran sebelum memakai helm.

Pembantu rumahnya tersenyum menundukkan kepala pertanda mengucapkan sama sama.

"Ayo cug!!" Gibran keluar dari gerbang rumahnya.

Mereka berangkat dengan beriringan sambil mengobrol dan tentunya kecepatan motor mereka ga rendah.

"Hei!! Losvjabnatwibsk?!" Ucap Gibran di atas motor yang masih melaju.

"Ooo!! Aneihdkibeks!" Sambung Reno.

"Wah!! Wibsmibnsk!!"

"Loh!! Akudnskusvkj!!"

"Hehhh!! Osbsuhskab!"

"Halah!!! Aksihskshsb!!"

Anggap aja mereka mengobrol bahasa binatang, karena kita manusia jadi ga perlu tau ༎ຶ‿༎ຶ.


I Stay with y0uWhere stories live. Discover now