"Cepet!!" tekan Haikal. Lalu dua teman Haikal yang ada di sana tidak dapat menolak perintah itu. Mereka segera melakukan apa yang diperintahkan Haikal.

"Oke, Kal. Kalau gitu kita berdua cabut dulu buat tanya ke Fadhil."

Haikal memukul tembok yang ada di depannya. Dia amat menyesal telah memukul Sisi dengan tangannya, walau itu tidak disengaja. "Kenapa lo goblok banget sih! Sekarang lo pikir Sisi bakalan mau ngomong sama lo lagi?"

Saat dia sedang meluapkan emosinya sendiri. Dia melihat Avin baru saja keluar dari ruang UKS. Haikal dengan segera menghampiri Avin, kali ini dia tidak menggunakan emosinya lagi, dia mendatangi Avin dengan sikap yang jauh lebih tenang.

"Heh!"

Avin menghentikan langkah kakinya, lalu menatap Haikal tanpa ekspresi.

"Gue mau ngomong sama lo!" kata Haikal.

Avin diam sesaat. Tapi kemudian dia duduk di kursi yang ada di depan kelas. Haikal pun ikut duduk agak jauh dari Avin.

"Gue mau ngomong masalah video yang ada di grup."

Avin meremas telapak tangannya, dia enggan membahas itu, dia segera berdiri. Haikal pun ikut berdiri.

"Lo mau ke mana! Gue belum selesai!" ujar Haikal melihat Avin mulai mengabaikannya.

"Gue nggak mau bahas itu," jawab Avin.

"Tapi gue mau bahas! Gue nggak mau Sisi ngira gue yang kirim itu!" tegas Haikal.

Avin mengusap wajahnya, padahal dia mencoba melupakan tentang itu, tapi mau tidak mau dia harus mengingatnya kembali.

"Ya udah, gue nggak mau bahas lebih lagi. Gue nggak nuduh lo yang kirim." Avin lalu pergi meninggalkan Haikal, tapi Haikal berjalan ke depan Avin menghalangi Avin pergi.

"Lo bisa nggak jangan dekat dengan Sisi?" tanya Haikal.

Avin terdiam, dia masih dengan wajah tanpa ekspresinya menatap Haikal dengan mata menyorot tajam ke arahnya.

"Kenapa gue harus lakuin itu?" tanya Avin membuat Haikal meremas telapak tangan.

"Karena gue suka sama dia!" jawab Haikal tegas.

"Terus? Kenapa kalau lo suka? Apa hak lo larang gue?" tanya Avin lagi, dengan sangat santai.

"Lo nantang gue? Hah!"

"Minggir. Gue mau ke kelas." Avin hendak melangkah tapi Haikal menahan bahu Avin.

"Jangan pernah main-main sama Sisi! Gue tahu lo nggak suka sama dia! Jadi, berhenti kasih dia harapan!"

"Jangan sok tahu." Avin menyingkirkan tangan Haikal lalu pergi begitu saja meninggalkan Haikal dengan amarahnya.

"Bangsat!" ucap Haikal dengan suara pelan tapi sangat jelas terlihat dia menahan emosinya terhadap Alvino.

Avin menghentikan langkahnya tepat di depan kelasnya. Dia terngiang kata-kata Haikal tadi.

Jangan pernah main-main sama Sisi! Gue tahu lo nggak suka sama dia! Jadi, berhenti kasih dia harapan!

Love Me Again (REPOST)Where stories live. Discover now