LMA 04.00

458 111 160
                                    

Sepanjang guru menjelaskan Sisi malah sibuk menatap Avin yang fokus pada buku di atas meja. Untung saja saat itu bukan bu Farida yang mengajar tapi guru lain.

Avin hendak mengambil pen yang ada di tas, kemudian tanpa sengaja matanya bertatap dengan mata Sisi yang sejak tadi terus menerus tersenyum padanya tanpa lelah.

"Astaga, abaikan, Vin." Sambil menahan kesal karena sikap Sisi yang menurutnya sangat norak.

Sisi mengerucutkan bibirnya dengan kesal. Baru kali ini ada cowok yang mengabaikan dia—Sivana si gadis sekuat baja yang di kenal paling cantik di sekolah.

"Lo udah punya pacar, ya, Vin?" tanya Sisi dengan harapan Avin akan menjawab tidak. Minimal menggelengkan kepala pertanda dia masih ada harapan.

Mendadak Avin kepikiran sesuatu. Dia melirik Sisi sekilas lalu untuk pertama kalinya, Avin tersenyum.

Sisi ikut tersenyum, dia terpesona dengan senyuman Avin yang berhasil mengobrak-abrik hatinya detik itu.

"Lo tanya gue udah punya pacar apa belum?" ulang Avin.

"Hem. Pasti belum, kan?" balas Sisi dengan wajah sumringah berharap memang belum punya.

"Sayangnya gue udah punya pacar, tuh."

Tidak mungkin! Batin Sisi sambil mengerjap kaget.

"Lo udah punya pacar? Siapa? Maksud gue lo beneran udah—" potongnya sambil menutup mulut saking syok mendengar jawaban Avin.

Avin tersenyum miring. "Nama pacar gue yang selalu lo sebut-sebut."

"Hah?" Sisi berpikir keras.

Siapa maksud Avin itu? Siapa nama yang sering dia sebut-sebut.

"Heh lo liat Sisi, nggak? Muka dia tegang amat, dia kayak lagi ngobrol sama si anak baru, tapi muka dia nggak nyantai sama sekali. Kira-kira kenapa, ya?" kata Belva pada Monik yang sedang fokus mencatat.

"Paling juga Sisi nembak Avin terus di tolak." Monik menjawabnya dengan santai.

"Hus! Lo kok, gitu, sih! Kasian amat Sisi kalau gitu!"

"Hm, biarin aja, lah, Bel. Kita tunggu aja jam istirahat pasti juga Sisi curhat."

Sementara Sisi masih tertegun sambil memikirkan perkataan Avin tentang nama kekasihnya yang katanya sering dia sebut-sebut itu.

"Vin, serius gue nggak tahu. Siapa nama yang sering gue sebut?"

"Lo bilang dia idola lo. Masa lupa sama idola sendiri. Nah, nama idola lo itu adalah nama perempuan yang jadi pacar gue sekarang."

Wajah Sisi langsung berubah merah.

"Ya Tuhan! Maksudnya nama pacar lo itu Nana?" ucap Sisi baru ingat bahwa setiap waktu nama Nana yang sering dia sebut-sebut.

Avin hanya diam, dalam hatinya sedang terkekeh. Ternyata menggoda gadis seperti Sisi bisa juga membuat dia tertawa, batin Avin.

Sisi sangat sedih, dia tidak menyangka takdir mempertemukan dia dengan cowok yang salah. Akan tetapi prinsip Sisi adalah pantang menyerah. Toh, baru pacaran, kan?

"Gue akan tetep suka sama lo, Vin. Kecuali kalau lo udah nikah sama yang namanya Nana itu, baru gue nyerah ngejar lo!" tegas Sisi dengan penuh keyakinan.

Baru kali Avin bertemu dengan cewek yang keras kepala selain Lavina.

"Terserah lo," ujar Avin dia menutup bukunya kemudian keluar dari kelas setelah bel istirahat terdengar.

Belva dan Monik langsung menghampiri Sisi dengan tanda tanya dan rasa penasaran kenapa wajah Sisi mendadak muram?

"Si? Are you okay?" tanya Belva.

Love Me Again (REPOST)Where stories live. Discover now