LMA 01.00

928 162 292
                                    

"Mampus!"

"Lo kenapa, Si? Kebelet boker?" ucap seorang gadis berambut panjang, lurus, tergerai cantik menatap Sisi dengan tanda tanya. Namanya Monik.

"Bukan! Gue lupa bawa tugas yang harus kita kumpul hari ini! Gimana, dong?" Sisi menggigit ujung kuku, kalau panik selalu begitu.

"Apa! What? Lo lupa bawa tugas kita? lo seriusan, demi apa? Hari ini kita kudu ngumpulin itu tugas!" seru Belva, teman sekelas Sisi juga. Mereka satu kelompok mengerjakan tugas karya tulis tentang manfaat sosial media tiktok dalam membantu kreatifitas remaja.

"Iya gue lupa. Gimana, dong?" Sisi makin panik.

"Lo gila sih, Si! Mana gurunya killer. Habis deh kita!" Monik juga panik, mau menyalahkan Sisi tapi dia sadar itu Sisi! Sivana si ceroboh.

"Ini salah gue sumpah. Kenapa gue malah nyuruh lo yang bawa tuh tugas.
Kenapa nggak gue aja. Goblok ya gue," aku Belva sambil memijat kening. Dia pasti pusing selaku ketua kelompok.

"Sabar sabar, gue akan minta izin buat ambil tugasnya di rumah, gimana?" usul Sisi.

Monik memasang wajah muram. Belva sedikit berpikir sebelum menghela napas panjang. "Lo coba deh izin, sebelom jam masuk. Lima belas menit, cukup?"

Sisi tidak punya pilihan, kan? "Cukup nggak cukup harus dicukupkan! Gue pamit, bye!"

Sisi berlari meninggalkan Belva dan Monik yang sedang cemas takut waktunya tidak cukup dan alhasil mereka akan mendapat hukuman membersihkan toilet nanti.

"Lain kali gue aja Bel yang simpen itu tugas. Lo kalau masuk angin meresahkan!"

"Kenapa masuk angin, sih, Mon?"

"Ya iya masuk angin! Padahal udah gue bilang, please jangan percaya kalau Sisi bilang dia akan inget, suer!"

Meskipun ucapan Monik sering tidak nyambung, tapi kali ini dia memang gegabah memercayakan itu pada Sisi.

"Gue aja heran, apa sih yang nyangkut di otak dia selain tentang Jaemin!" komen Monik dengan nada kesal bercampur lelah.

Belva hanya bisa mengelus dada. "Moga aja dia nggak lupa dia pulang untuk ambil tugas, bukan ngambil PC Jaemin."

"Ameen," balas Monik sambil melakukan gerakan tanda salib.

Sisi celingukan mencari kendaraan yang bisa dia tumpangi sampai ke rumah. Memang sih, rumah Sisi yang paling dekat dengan sekolah. Tapi lima belas menit? Itu terlalu mepet. Sekarang bahkan tersisa tiga belas menit saja.

"Nah! Ada ojek!" Sisi tersenyum lalu berjalan cepat menuju motor ninja berwarna hitam yang berhenti tepat di depan gerbang sekolah.

"Bang! Tolong anter ke blok C nomor enam tujuh ya! Cepet ya, Bang, nggak pakai lama!"

Sisi tanpa menunggu lama langsung naik dan duduk dengan tenang di atas jok motor yang sebenarnya tidak cukup di duduki olehnya.

"Gue yang kegemukan apa ini motor yang tempat duduknya irit, ya?" gumam Sisi. Tapi bukan saatnya memilih tukang ojek, kan?

"TURUN!"

Sisi mengerutkan kening mendengar bentakan lelaki yang dianggap sebagai tukang ojek itu.

"Bang! Saya buru-buru. Entah ya, Abang nunggu penumpang yang kek apa? Tapi jangan remehkan isi dompet saya. Justru saya akan bayar TIGA KALI LIPAT PAKAI CAPSLOK SAMPAI JEBOL. Plis ya, Bang! Saya harus ambil tugas di rumah kalau nggak saya bisa dihukum guru..."

"Lo stres, ya? Lo kira gue-"

"Bang sisa sepuluh menit lagi! Kebanyakan diskusi! Ayok Bang buran!" Sisi menepuk bahu cowok itu tanpa menunggu persetujuan cowok tersebut.

Love Me Again (REPOST)Where stories live. Discover now