LMA 08.00

404 119 45
                                    

Sisi berjalan dengan tatapan kosong. Dia tidak memiliki tujuan, hanya terus berjalan sambil sesekali menyeka butiran kristal di pipinya.

Kota Bandung mulai gelap, sekarang sudah senja. Sisi lelah, dia menyusuri jalanan sekitar hotel. Ya, rasanya dia hanya berjalan di sekitaran sana. Tapi, ia mengedarkan pandangan, dan tidak mengenali tempat di mana dia berpijak.

"Sakit." Sisi memegang kepalanya, sekarang semua makin terlihat gelap olehnya.

"Apa Sisi akan mati sebentar lagi, Bun? Bunda, kenapa Bunda belum nyusulin Sisi. Takut, Bunda. Sisi nggak mau sendiri waktu malaikat cabut nyawa Sisi, Bun..."

Memang benar semua makin gelap di mata Sisi. Hanya gelap, dan sekarang dia tidak kuat menopang bobot tubuhnya sendiri.

"Ayah. Sisi harap Ayah bahagia."

Kemudian tidak terlihat apapun. Sisi tidak sadarkan diri.

Di kamar hotel, Hermawan sedang meminum secangkir kopi. Dia sendirian setelah mengantarkan Patricia, gadis yang belum lama ini di kencaninya. Ternyata Hermawan sengaja janjian dengan Patricia di Bandung dan ingin memperkenalkan pada Sisi. Hermawan meringis sambil menyesap sebatang rokok di tangannya. Dengan perasaan gusar, dia mematikan api yang ada di rokok itu, lalu menatap arloji di pergelangan tangannya.

"Dasar anak yang bisanya hanya menyusahkan saja!"

***

Alvino baru saja sampai, dia merasa lebih baik setelah memejamkan mata selama perjalanan ke kota kembang, tempat kelahirannya itu.

Lavina juga lega, dia sempat cemas kalau saudara kembarnya akan mengamuk di jalan, ternyata itu tidak terjadi, justru Avin malah tidur sepanjang perjalanan ke Bandung.

Sebelum ke rumah, Avin meminta supir untuk berhenti di sebuah mini market. Dia merasa lapar dan haus karena belum memakan apapun sejak pagi. Saat dia hendak masuk ke dalam mini market, tiba-tiba saja dia terkejut dengan seorang gadis yang tergeletak di bawah pohon yang ada di sebelah mini market. Avin mendekati gadis itu, di sana juga sudah berkerumun orang-orang yang sepertinya baru menyadari gadis itu pingsan.

Nana melihat Avin dari mobil, dia agak heran, sebenarnya apa yang di lakukan Avin?

Kemudian Nana ikut keluar dari mobil menyusul Avin yang berjalan ke sebuah kerumunan di samping mini market.

"Vin, aya naon?"

"Ada yang pingsan," jawab Avin.

"Pingsan? Siapa?" Nana melongok, dia kemudian mendekat untuk melihat wajah orang tersebut.

Nana terkejut, dia seperti pernah melihat wajah orang itu. "Cewek? Kenapa gue kayak pernah liat?" gumamnya. Lalu dia makin mendekat, dia berusaha mengingat-ingat lagi.

Avin menarik tangan Nana, kenapa dia jadi tertarik melihat hal-hal seperti itu? Batin Avin.

"Na, yok pulang."

"Vin, tunggu. Dia kayak temen lo, deh!"

"Hah?"

Avin terdiam sambil berpikir. "Temen gua?"

"Avin dia temen lo yang nge-chat lo waktu itu! Siapa namanya! Gue lupa ih!"

Nana malah makin heboh.

Love Me Again (REPOST)Where stories live. Discover now