Kegalauan Wita

19 5 4
                                    

Hay,
Silahkan follow dulu sebelum baca
caseyathaya

"Keputusan yang terbaik bisa diambil jika hati sudah membaik, jika masih emosi lebih baik diam.'

☆☆☆

Sesampai rumah aku langsung masuk kamar, merasa sangat kesal dengan sikap Nika yang menyudutkanku.
Kudengar suara perempuan bertanya kepada nenekku mencariku, seperti tak asing aku kira Wulan tetanggaku yang mencariku, dan aku berteriak dari dalam, "Masuk aja, Lan."

Ternyata bukan Wulan yang datang, tetapi Nika. Dengan rasa kaget masih bercampur sebal aku beranikan diri bertanya, "Ngapain?"

Nika pun menjawab, "Aku minta maaf,". Aku hanya terdiam, setidaknya dia mengakui kesalahannya, daripada Yana yang sampai sekarang sama sekali belum meminta maaf padaku.

"Nika, perlu kamu tau, aku sudah ilfil denganYusuf sejak malam pulang dari rumah kamu, aku nggak ada niatan juga dekati dia. Kamu ngerti kan?" Ujarku, sesaat setelah suasana mencair.

"Kalau kamu suka silahkan, tapi ingat jika kamu juga dekat dengan Yogi, apa pantas mendekati dua orang yang menjadi tetangga," kataku kembali. Ia hanya mengangguk dan mungkin menyadari kesalahannya. Obrolan kami kembali hangat, ketika nenek ku meminta kami makan siang karena pulang sekolah dipastikan Nika juga lapar.

Sejak saat itu, memang aku tak pernah lagi bertemu dengan Yusuf, bagiku dia adalah salah satu manusia yang tak perlu diingat dan di hempas dalam kehidupanku.

Aku mengantar Nika sampai ke depan tempat mencari bis yang akan mengantarnya pulang, perjuangannya menyelamatkan persahabatan kami memang perlu di beri apresiasi, dia berani mengejarku hanya untuk minta maaf.


**

Pagi di kelas terlihat Wita sudah berada di bangkunya. Terlihat sedang tidak baik, aku pun mendekat dan memberanikan diri bertanya. "Ada apa, Wit?"

Wita hanya menjawab, "Tau nggak, Ment, Yana bilang ke aku kalau Adit selingkuh, saat kalian naik gunung ke Merbabu itu, mereka udah sekongkol nggak boleh ngasih tau ke aku, tapi kamu tau sendiri kan Yana gimana mulutnya, ember, barusan dia bilang. Dan lebih sakitnya lagi anak geng sebelah tau,"

Masih dengan heran dan bingung, aku kembali mengingat saat aku jalan dengan Dani jika saat itu aku melihat Adit bersama gadis lain, tetapi aku juga tidak tau siapa.

"Eh, tunggu. Itu si Yana tau dari siapa?" tanyaku.

"Entah, tapi yang jelas dari anak STM atau malah dari Adit sendiri, padahal saat kalian naik gunung itu selepas mengantar kalian ke Terminal dia kerumahku masih biasa-biasa saja loh," ujar Wita dengan raut wajah yang sudah tak biasa.

"Hm, kamu udah coba tanya ke dia?"

"Belum,"

"Wit, sebenarnya aku dulu pernah lihat Adit jalan sama cewek, tapi aku nggak tau siapa? Waktu aku jalan sama Dani ke Kaliurang, aku kira aku salah orang, yang hanya mirip saja dengan Adit, tapi gimanapun juga harus di selesaikan dengan baik ya," ucapku lalu kembali ke bangku ku karena bel sudah berbunyi.

Aku sudah kembali duduk bersama Yana, meski kami masih belum kembali seperti dulu, aku yang lebih banyak terdiam. Meski seharusnya tidak boleh seperti itu, bukankah status Rizki saat itu public siapa saja bisa mendekatinya. Hanya aku saja yang terlalu baper di beri perhatian saja sudah merasa memiliki. Ah.. Mentari kamu tuh bodoh!

Kisah Putih Abu-Abu [Mentari] ✅Where stories live. Discover now