BAGIAN EMPAT PULUH (2)

Start from the beginning
                                    

Siang tadi Papa Aluna sempet nelpon Biru buat ngasih kabar kalo dia belum bisa ke Jakarta hari ini karena ada beberapa kerjaan yang nggak bisa ditinggal dan Biru diminta tolong buat jagain Aluna sama Om Dewa.

Yang jelas langsung Biru sanggupi.

Selagi Biru mandi Aluna nonton sambil makanin permen kapasnya. 

HP Biru yang ada di atas meja samping tempat tidurnya berdering. Aluna langsung manggil Biru.

"Biiiii!"

"Ya sayang?"

"Ada yang nelpon."

"Angkat aja."

"Cuma nomor doang."

"Nggak usah diangkat."

"Kenapa? Siapa tau penting. Dia nelponin terus."

"Nggak penting sayang. Udah biarin aja."

"Oke."

HP Biru beneran nggak berhenti berdering. Si nomor doang itu nelponin terus dan Aluna yang lagi nonton jelas ngerasa terganggu jadi dia milih buat nge-silent HP Biru.

"Beneran nggak berhenti nelponin kamu," kata Aluna ke Biru yang udah selesai mandi, "berisik jadi aku silent."

Biru ngecek HP-nya. "My bad. Lupa aku block."

Aluna ngerutin kening. "Kamu tau itu siapa?"

"Orang nggak penting."

"Siapa?"

"Mama Jevan."

"Mama kam—"

"Aku nggak punya Mama Aluna. Aku cuma punya Bunda."

Suasana mendadak hening karena Biru cuma diem mainin HP-nya dan Aluna yang nggak tau mau ngomong apa waktu ngeliat ekspresi Biru yang juga mendadak keliatan marah.

"Maaf," cicit Aluna pelan.

Biru menghela napas sebelum naro lagi HP-nya ke atas meja nakas.

Ditatapnya Aluna lekat. "Ngapain minta maaf? Kamu nggak ada salah sama aku." Biru senyum tipis. Dijawilnya lembut hidung Aluna. "Mana tadi permen kapasnya? Aku minta dong."

Aluna langsung ambil permen kapasnya yang dia taro di bawah bantal.

"Tinggal satu ini?"

"Iya. Orang isinya cuma dikit. Beliin lagi nanti."

"Mau berapa?"

"Semampu kamu aja."

"Yakin?"

Aluna nganggukin kepalanya. Diliatinnya Biru yang udah mulai makan permen kapasnya.

"Enak sih," komentar Biru.

"Jangan banyak-banyak mintanya. Siniin."

"Ini kan punya aku."

"Punya aku! Kamu kan minta doang. Sini Biiii... Jangan diabisiiiin..."

"Tanggung. Tinggal dikit ini."

"Biruuuuu... Kamu nyebelin banget!"

Aluna cemberut karena permen kapas terakhirnya dimakan Biru semua dan Biru malah tergelak puas.

"Nanti aku beliin lagi. Sepuluh. Buat kamu tiga buat aku tujuh."

"Kamu nggak boleh minta lagi. Buat aku semuanya."

"Lah orang aku yang beli."

"Kan buat aku."

"Ya kan aku minta."

"Minta tapi tujuh. Minta tuh satu doang."

"Masa satu. Nyangkut doang di tenggorokan permennya nggak sampe perut. Nih kayak sekarang."

"Rasain."

"Rasain." Biru ngikutin omongan Aluna sambil narik gemes bibir Aluna yang mengerucut maju. Setelahnya Biru neken tombol bel buat manggil suster.

Aluna dibantu suster ke kamar mandi buat wudhu karena udah masuk waktunya sholat Maghrib. Sementara Biru pergi ke Mesjid yang ada di area Rumah Sakit.

Selesai sholat Biru langsung balik ke ruang rawat inap Aluna.

Aluna lagi video call-an sama Mamanya waktu Biru masuk. Biru yang nggak mau ganggu milih duduk di sofa sampe nggak lama Aluna manggil. Bilang Mamanya mau ngomong bentar sama dia.

"Iya Tante siap. Biru pasti jagain. Biru omelin kalo Aluna nggak mau makan. Siap Tante. Tante sama Om juga sehat-sehat ya. Besok kalo udah sampe Bandara telpon Biru ya Tan. Biar Biru yang jemput. Oke. See you Tante."

Suster nggak lama masuk bawa makan malem buat Aluna. Nggak lama juga Bunda sama Jingga dateng.

"Bunda buatin bubur ayam nih tadi. Makan ini aja ya Nak," kata Bunda, "Bunda tau banget makanan rumah sakit itu rasanya kurang," bisik Bunda ke Aluna.

Aluna langsung senyum. "Makasih Bunda."

"Sama-sama. Yuk dimakan. Mau Bunda suapin?"

Aluna menggeleng. Jadi Bunda langsung narik meja untuk makan Aluna.

Biru juga makan ditemenin Jingga yang duduk di sebelahnya main IPad.

Selesai Aluna makan Jingga langsung ngedeket ke Aluna.

"Kakak Aluna cepet sembuh ya," kata Jingga dengan senyum kecilnya.

Aluna balik senyum. "Kakak udah sembuh kok. Cuma belum boleh pulang aja. Sini, duduk sini." Aluna nepuk sisi kosong ranjangnya. Jingga langsung naik. Duduk di ranjang Aluna.

"Jingga main apa sih daritadi?"

"Main game ini."

"Dinner Dash? Kak Aluna main juga."

"Iya? Udah level berapa Kak?"

"Berapa ya? Lupa Kakak tapi kayaknya masih di bawah Jingga deh."

"Jingga dibantu Abang. Abang jago banget main game-nya. Game apa pun Abang pasti bisa. Kakak Aluna minta bantuin Abang aja."

"Minta bantuin Jingga aja deh. Mau nggak?"

"Mau tapi Jingga nggak sejago Abang."

"It's okay." Aluna ngusap sayang kepala Jingga. "Yuk main."

"Main ludo ya Kak?"

Aluna nganggukin kepala.

Aluna dan Jingga asik main game berdua  meanwhile Biru sama Bunda-nya duduk berdua di sofa. Ngobrol dengan suara yang lebih pelan.

"Masih nelpon terus?"

"Udah Abang block Bun."

"Kenapa nggak coba temuin aja Nak?"

"Nggak Bun. Abang udah nggak punya urusan lagi sama dia. Abang udah cukup punya Bunda."

Bunda genggam erat tangan Biru.

"Makasih Bun. Makasih karena Bunda udah dateng ke hidup Papa dan Abang. Abang sayang banget sama Bunda. Jangan pernah tinggalin Abang ya Bun."

----

😊😊😊

nggak tau mau buat author note apa
selain bilang terimakasih buat kalian yang masih stay di cerita ini dan terus lanjut baca walaupun cerita ini lama banget update-nya 🙏🙂

see you on the next chapter!!!

XOXO

BIRU'S GIRLFRIEND Where stories live. Discover now