Ziyep dan Kanya yang melihat interaksi itu pun mengulum senyum, beda halnya dengan Rayel yang selalu gagal itu yang kini menatap keduanya penuh keirian.

"Mimi sama papih kapan nikah lagi?" Kayera melirik miminya yang terdiam.

"Mungkin nunggu perusahaan stabil." jawabnya tidak yakin.

"Menurut aku, lebih baik cepet." Braza bersuara dengan tenang."siapa tahu kabar rujuk bisa bikin perusahaan stabil."

Rayel mengangguk setuju."Yang bikin kecewa itu karena kabar perceraian, mereka masih berharap mimi sama papih rujuk." terangnya.

"Papih sih ayo aja, mimi kalian yang masih ragu sama papih. Wajar sih, papih emang udah bikin kalian kecewa."

🦋🦋🦋

Braza mengecup pelipis, pipi, rahang lalu bibir Kayera dengan perlahan namun memabukan.

Nafas mereka masih sama memburu, keringat sudah sangat membasahi tubuh polos mereka.

"Apa ada yang sakit?" Braza menyentuh perut Kayera."aku ga ke kencengankan?" lanjutnya khawatir.

Kayera terkekeh lemah dengan sedikit masih terengah."Kamu makin cerewet, ketularan ya?" kekehnya lagi.

Braza menghela nafas, menarik selimut untuk menutupi kedua tubuh yang polos itu.

"Hm, kamu virus. Banyak banget nularin."

"Emang virus apa aja?" Kayera mengusap leher Braza dengan di akhiri lilitan di lehernya.

"Cerewet, cinta, cemburu, banyak." Braza menghentikan ucapannya karena bibir bengkak Kayera lebih menarik.

Kayera menerimanya dengan senang hati, membiarkan Braza menggerayangi apapun yang ada di tubuhnya.

"Sekali lagi masih kuat?" Braza menatap lekat wajah panas itu dengan nafas sedikit terengah.

"Kuat." Kayera pun pasrah saat Braza mengatur posisinya agar nyaman. Posisi yang di sarankan oleh dokter tentunya.

"Engh.." Kayera merintih pelan, penyatuan pun berhasil.

"Bentar." Braza memposisikan lagi tubuhnya agar tidak menyakiti Kayera lalu pinggulnya mulai bergerak lagi.

Padahal jejak keringat saja belum hilang dan kini sudah akan menambahnya lagi.

Luar biasa.

🦋🦋🦋

"Kemana?" Braza menahan Kayera yang hendak turun dari kasur.

"Ngambil minum, habis di nakas." jelasnya seraya hendak kembali beranjak namun Braza tahan.

"Aku aja, kamu susah gitu bangunnya." Braza mengecup gemas perut Kayera lalu berlalu keluar kamar.

Kayera mengulum senyum, kerumitan demi kerumitan mulai berganti dengan kebahagiaan.

Memiliki Braza sungguh membuatnya sangat teramat bahagia. Kayera sudah tidak peduli lagi dengan hujatan orang karena yang membuatnya bahagia bukanlah mereka.

Mereka hanya iklan, yang lewat lalu dia abaikan.

Kesehatan mental dan bayinya lebih penting dari pada omong kosong mereka yang tidak mengerti apa - apa.

Kalian tahu? Sinta minggu kemarin viral. Dia menjadi korban KDRT oleh suami kaya yang di agung - agungkan Siska itu.

Dan kalian tahu? Selama 6 bulan di negara orang ternyata Yeri juga terlibat masalah. Suaminya selingkuh dengan rekan kerja.

Yeri mengaku menyesal menikah karena dorongan orang lain, karena tuntutan keluarga, karena tidak ada lagi teman sebaya yang belum menikah. Yeri menyesal tidak mengikuti kata hatinya, dia menyesal mengikuti hasutan orang lain.

Kayera seketika bersyukur, dia memang terjebak dengan Braza dalam kerumitan. Tapi, Tuhan begitu baik karena memberikan sosok yang begitu luar biasa.

Braza mau bertanggung jawab, hidup dan menikah dengannya walau sekitar banyak menggunjing pernikahan mereka.

Keduanya kuat bersama, menghadapi semuanya bersama bahkan akan ada bayi yang semakin membuat mereka kuat.

🦋🦋🦋

Braza menghentikan langkah Kayera, dia membenarkan topi dan sepatu Kayera. Mereka tengah berjalan di jalan komplek.

Kata dokter, Kayera harus banyak berjalan karena usia kandungannya sudah memasuki bulan ke 9. Biar lahirannya lancar jaya.

Braza membuka air mineral agar Kayera yang kelelahan tidak kehausan.

"Sebentar, kok mules ya?" Kayera membungkuk walau susah karena terhalang perut.

"Udah mulai berasa?" Braza terlihat khawatir."kita pulang aja." putusnya tanpa di debat Kayera.

"Telepon mimi, Kay." Braza masih merangkul Kayera, memapahnya hati - hati.

Kayera mengotak - atik ponselnya lalu mendial nomor sang mimi.

"Mi, kayaknya aku mau lahiran deh sekarang."

🦋🦋🦋

Sembilan bulan dia mengandung di bawah tekanan keadaan, hari inilah saatnya. Saat di mana Kayera akan menyambut bayi yang sama sekali tidak berdosa itu.

Masalah - masalah mulai teratasi selama sebulan ini, keadaan perusahaan yang sempat goyah kini kembali normal dan stabilnsaat kata rujuk berhembus ke media.

Kayera pun sudah beralih ke kartu keluarga kandungnya, semua benar - benar indah di waktu yang tepat.

"Sakit.." lirih Kayera seraya terus menggenggam erat jemari Braza yang setia menemaninya persalinan.

"Tahan, sebentar lagi anak kita lahir." bisik Braza dengan sesekali terus mengecup pipi dan keningnya.

Kayera terus meringis, mulas di perutnya semakin menjadi - jadi. Dia merasa di antara hidup dan mati.

"Sayang, love you." Braza tidak bosan mengucapkannya selama beberapa jam ini.

🦋🦋🦋

Braza meraih bayi lemah nan rapuh itu dengan hati - hati dan gemetar."Selamat datang di dunia, baby." bisiknya penuh haru.

Anak dari rahim Kayera sungguh tidak pernah Braza sangka. Mencintai Kayera saja sudah cukup, dia merasa mustahil untuk bisa hidup bersamanya.

Kini semua yang di rasa tidak mungkin menjadi mungkin, dia bahkan memiliki keturunan dari Kayera.

"Bayi kita, Kay." Braza tidak bisa membendung rasa harunya, matanya berair begitu saja.

Kayera yang masih lemah hanya tersenyum haru.

Braza mengecup pipi yang merah dan masih keriput itu dengan bergetar, sungguh rasa yang luar biasa.

Kerumitan yang di balas dengan kenikmatan dan keindahan.

"Namanya Rezita Apnika Novem."

Sex On The Beach (TAMAT)Место, где живут истории. Откройте их для себя