27

337 63 12
                                    

Perlahan mata cantik itu mulai terbuka seraya menetralkan cahaya yang masuk ke dalam retinanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Perlahan mata cantik itu mulai terbuka seraya menetralkan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.

Wajahnya kebingungan melihat area sekitarnya yang sangat asing baginya.

Saat pertama kali membuka mata, gadis itu langsung disuguhi pemandangan alam yang begitu asri. Ada padang rumput yang luas disekitarnya. Danau yang berada didepannya pun begitu bersih dipenuhi oleh angsa angsa putih. Pohon rindang tempat ia bersandar juga sangat lebat penuh dengan daun yang hijau.

Ia tak pernah berada ditempat ini sebelumnya. Tapi ia menyukai tempat ini dari pertama kali melihatnya.

"Yuri."

Gadis itu yuri, menolehkan kepalanya dan menemukan sosok yang ia rindukan selama ini.

"Papah!"

Yuri berlari menghampiri sang ayah yang berdiri dengan gagah didepannya.

Tangannya memeluk erat sang ayah seakan tak ingin melepaskannya. Air matanya pun mengalir begitu saja merasakan kehangatan yang ia rindukan dari lama.

"Putri papah makin cantik aja ya," -ucap sang ayah menangkup wajah yuri.

"Papah, yuri kangen..." -rengek yuri membuat tangan ayahnya mencubit gemas hidungnya.

"Papah juga kangen kamu sayang..." -Ayah yuri kembali memeluk putrinya erat.

Yuri meremat kuat baju ayahnya melampiaskan semua emosinya. Akhirnya dirinya bisa bertemu dengan sang ayah setelah beberapa bulan tak bertemu.

Tapi jujur yuri masih tak paham mengapa dirinya bisa aja ditempat seindah ini. Apakah ia sudah mati?

"Udah dong sayang nangisnya, nanti muka kamu jelek loh," -ucap ayah mengusap pelan air mata yuri yang menggenang dipipinya.

"Biarin, kan gara gara papah yuri nangis gini," -ucap yuri disela isakannya.

Ayah tertawa renyah melihat wajah yuri yang berubah merah karna menangis. Putrinya benar benar tak berubah dari dulu.

Gadis kecil itu selalu menangis seperti ini jika ditinggalkan lama oleh ayahnya. Bibirnya tak akan berhenti menangis kalau sang ayah tak ada dihadapannya dan menenangkannya.

"Hei~ada yang mau ketemu kamu itu," -Ayah menepuk pelan pipi yuri.

"Yuri, aku gak dikangenin nih?"

Yuri seketika membalikkan badannya mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Matanya membulat melihat jeongin yang berdiri didepannya dengan wajah yang sangat cerah dan tubuh yang sehat.

"Jeongin!" -pekik yuri senang. Ia pun langsung menyerang jeongin dengan pelukannya.

Merasakan tangan yuri yang memeluk erat pinggangnya, jeongin pun tersenyum hangat. Ia menatap ayah yuri yang juga ikut tersenyum melihat putrinya senang.

BE WITH ME✔️Where stories live. Discover now