Luka Angi

85 17 3
                                    

Angi cukup banyak kehabisan darah, dia butuh pendonor karena stok di rumah sakit kebetulan habis. Ryu ternyata memiliki golongan darah yang sama dengan Angi. Cowok itu diperiksa kesehatannya agar bisa mendonorkan darah untuk Angi. Setelah memenuhi kriteria, barulah Ryu melakukan transfusi darah untuk Angi.

"Anggap aja ini cara gue sayang ke elo, Ngi." Ryu ikhlas memberikan darahnya untuk Angi.

Setelah mendapat tambahan darah, Angi masih belum sadar. Pun saat mamanya tiba, jelas raut khawatir terpancar dari wanita itu. Sejuta sesal memenuhi relung hati, rasanya menghantam sakit seluruh organ tubuh.

"Kalau sampai Angi kenapa-napa, saya nggak bisa maafin diri sendiri," ratap mama Angi di samping Ryu yang baru saja bisa kembali bangun setelah melakukan transfusi darah.

"Sabar, Tan. Angi pasti sembuh, dia kuat," hibur Ryu.

"Angi, jangan tinggalin Mama, Sayang. Mama nggak punya siapa-siapa lagi."

Melihat kondisi Angi yang menyedihkan, mama takut kehilangan Angi. Teringat dirinya sering mengabaikan Angi. Merawat rasa kecewa ke papa hingga lupa ada Angi yang butuh diperhatikan. Menghabiskan waktu di partai, tanpa peduli pada Angi. Padahal, Angi adalah korban dari retaknya rumah tangga mama dan papa.

"Ya Tuhan, beri saya kesempatan untuk memperbaiki salah pada Angi," lirih mama terdengar menyedihkan.

Laskar sendiri kondisinya semakin membaik, ia belum tahu kabar Angi dan ninjanya. Belum ada yang datang membawa berita itu ke Laskar.

"Angi kok belum ke sini ya, Tan?" tanya Laskar karena hingga sore cewek itu belum juga datang ke rumah sakit.

"Kamu hapal nggak no hapenya, kita telepon," usul Tante Amara.

Laskar menggeleng, jangankan nomor Angi, nomor dia sendiri saja tak hapal.

"Telepon mama Shasa aja, ya. Mungkin saja tahu kabar Angi," saran Tante Amara diangguki Laskar.

Setelah menelepon mama Shasa dan tahu kabar Angi, lidah Tante Amara kelu. Wanita itu terdiam cukup lama dengan tatapan kosong. Bagaimana cara terbaik menyampaikan kabar duka itu pada Laskar?

"Tan, Angi kenapa?" tanya Laskar.

Tante Amara tetap diam. Otaknya merangkai kata untuk menyampaikan kondisi Angi, namun lidahnya susah digerakan.

"Tante, Angi kenapa?" desak Laskar seraya bangkit dari posisi berbaring. Laskar berusaha duduk.

"Angi kecelakaan, Kar. Dia sekarang dirawat di rumah sakit. Angi, belum sadar."

Gelegar!

Kalimat Tante Amara bak petir di siang bolong, sakit tertangkap oleh indra pendengaran Laskar. Ingin rasanya Laskar berlari saat itu juga menemui Angi. Namun, Tante Amara melarang. Kondisi Laskar belum sepenuhnya baik. Masih belum boleh pergi meski memang luka tidak separah yang diderita Angi.

Angi sendiri baru sadar keesokan harinya, cewek itu menangis histeris manakala merasakan kakinya tak bisa digerakkan.

"Ry, kaki gue, Ry ...."

Saat itu hanya ada Ryu di ruangan, mama sedang pergi salat.

"Angi, tenang ... Semua bakal baik-baik aja, ya!" hibur Ryu.

"Kaki gue nggak bisa gerak!" pekik Angi kemudian menangis.

Bersamaan dengan itu, mama masuk ke ruangan. Dirinya langsung histeris melihat Angi yang sedang meraung-raung dipeluk Ryu.

"Sayang, Nak ... Sabar, Nak."

Mendengar suara mama Angi, Ryu melepaskan cewek yang masih saja menangis itu.

LaskarWhere stories live. Discover now