Kenyataan

37 13 1
                                    

Angi merasa keadaannya lebih baik, ia pulang sore itu ke rumah Shasa. Laskar sendiri, selesai melihat keseluruhan video malah merasa dirinya tak baik-baik saja. Dia hanya bisa mengelus dada sambil pergi dari hadapan Angi.

Malam hari, Mang Demen -satpam rumah Angi- datang ke rumah Shasa. Meminta Angi untuk pulang, pria itu mengaku suruhan mama. Karena kasihan pada Mang Demen, Angi akhirnya pulang. Bertepatan saat Angi hendak naik ke mobil, Laskar datang.

"Ngi, mau ke mana?" tanya Laskar menahan gerakan Angi yang hendak pulang.

Angi terpaku, kenapa Laskar tiba-tiba jadi manis gitu?

"Ngi, mau pulang bukan?" tebak Laskar membuat Angi mengangguk.

"Ya udah, hati-hati ... Istirahat yang cukup, ya!" pesan Laskar sambil mendorong pelan tubuh Angi untuk masuk ke mobil. Lalu, menutup pintu setelah Angi duduk.

"Hati-hati, Pak!" pesan Laskar pada Mang Demen dan diangguki pria itu.

Seperginya Angi, Shasa menepuk bahu Laskar.

"Shasa emang nggak pinter. Tapi, cukup paham apa yang Angi lakuin di masa itu beneran bikin hati mleyot."

"Sha, Angi bakal maafin kekasaran gue selama ini nggak, ya?" keluh Laskar.

"Tergantung usaha Akar, sejauh mana mengambil hati Angi. Kalau Shasa jadi Angi, sih. Shasa males maafin Akar," canda Shasa tak ditimpali Laskar. Dia jadi takut.

Namun, Laskar berpikir bahwa Angi bukanlah Shasa. Malamnya, Laskar mengirimi Angi pesan, tetapi tak ada jawaban.

Sementara itu, di rumahnya Angi sedang patuh saja mendengar ocehan mama. Wanita itu menyalahkan sikap Angi yang menginap tak bilang-bilang. Andai saja Angi belum tahu kalau mendebat orang tua itu dosa, ingin rasanya ia menimpali ucapan mama.

"Mama kurangnya apa sih sebagai orang tua?" Bahkan mama saja tak paham kesalahannya yang terlalu cuek pada Angi.

Di luaran mungkin mama adalah seorang anggota dewan yang aktif dan cinta masyarakat. Pembela suara-suara rakyat kecil. Namun, mama lupa ada buah hati yang diabaikan di rumah. Dibiarkan kesepian dan merasa sendirian.

"Besok-besok jangan berulah lagi, atau mau sekalian sekolah asrama saja? Mau ke Jerman atau Belanda?" ancam mama membuat Angi menggeleng dan menjawab ucapan mama itu.

"Nggak mau, Mam. Angi mau di sini aja!"

Angi baru mengecek ponselnya sekitar pukul 00.31, hatinya langsung mencelos mendapati tiga pesan dari Laskar.

[Angi, tidur yang banyak]pada 19. 45

[Mau makan apa, Angi?] pada 20.45

[Udah tidur, ya?] pada 00.00

Angi keheranan, mengapa sikap Laskar jadi manis begitu? Apa cowok itu sudah sudah kejedot lemari? Atau sedang melakukan prank pada Angi?

Terlebih saat paginya, Laskar kembali mengirim pesan. Bertanya apa Angi bisa sekolah atau tidak? Angi bingung jawab apa,
pasalnya ia terlalu girang dengan perubahan sikap Laskar.

Angi sebenarnya masih merasa tak enak badan, tapi buat apa juga diam di rumah? Dengan diantar supir Angi datang ke sekolah. Tepat saat masuk kelas, Laskar sudah ada. Cowok itu duduk bersama Sahla, tapi matanya langsung berbinar bahagia saat Angi datang. Bahkan, ketika Sahla kedengarannya mau ke toilet, Laskar menghampiri Angi.

"Ngi, udah sehat 'kan?" Laskar berjongkok di samping kursi Angi.

"Udah, Akar. Nggak enak di rumah terus, bosen." Angi dengan suara parau menjawab tanya Laskar.

"Kalau pusing ke UKS lagi aja," saran Laskar.

"Enggak pusing, kok," sanggah Angi.

"Angi mau makan apa? Atau lagi butuh apa?"

Angi merasa diajak terbang oleh Laskar, tapi ia berusaha tetap stay calm. Takut saja tiba-tiba semua ucapan Laskar hanya omong kosong.

"Enggak, Kar. Gue nggak butuh apa-apa," kilah Angi, tepat saat itu Sahla kembali masuk ke kelas.

"Kar, itu pacar kamu udah dateng, balik gih ke kursi kamu," ucap Angi tanpa sadar memanggil aku-kamu.

Laskar senyum, rasanya kembali mengulang masa SMP dulu. Cowok itu beranjak, berharap semua kesalahan masih bisa diperbaiki.

🛵🛵🛵

Latihan drama bersama Angi jadi lebih berwarna, kini Laskar maunya dekat Angi terus. Apalagi ketika teman-teman sepakat kalau pemeran utama drama adalah Angi saja dengan Laskar.

Sahla sampai protes saat melihat Laskar kini jadi begitu dekat dan perhatian pada Angi. Bahkan, Laskar mengabaikan permintaannya untuk menjemput dirinya malam itu di kafe.

Besoknya, Sahla jelas uring-uringan. Cewek itu bahkan pindah tempat duduk. Seharian mendiamkan Laskar. Bukannya minta maaf, Laskar malah asyik latihan drama bersama kelompoknya. Sahla jelas marah, ia bahkan dengan sengaja menumpahkan minuman kemasan ke badan Angi.

Angi tak marah, tapi Laskar yang murka. Cowok itu lekas membawa Angi ke UKS dan meminjam baju olahraga dari pihak anak OSIS untuk Angi.

"Elo jangan kaya gini, Kar. Sahla itu cewek Lo!"

Laskar bergeming, dia membantu Angi memasukan baju ke dalam kresek.

"Gue nggak mau jadi perusak hubungan orang," lanjut Angi.

Laskar tetap diam, bersamaan dengan itu Sahla datang. Dia kembali mencak-mencak dan menyuruh Laskar memilih antara dirinya atau Angi.

Cowok itu jelas bingung, merasa dilema dan berada di persimpangan jalan. Keputusannya akan menyakiti hati kedua cewek itu.

"Laskar nggak perlu milih, dia jelas harus sama elo. Kan elo ceweknya," ucap Angi melerai pertengkaran itu.

Sudut hati Laskar sakit, dia sebenarnya ingin memilih Angi. Namun, Sahla juga tetap pacarnya. Posisi rumit, akhirnya Sahla menarik lengan Laskar untuk menjauh dari Angi.

Sejak saat itu, Angi menjaga jarak dengan Laskar. Namun, saat pentas drama di depan kelas ia tetap bisa kooperatif. Angi sejujurnya sedih dengan keadaan itu, ia rasanya semakin jauh dari Laskar.

Laskar pun sama, ia menyesal kenapa dulu tak menanyakan apa alasan Angi telah menolaknya. Laskar kembali memutar video di hapenya.

"Angi cuma takut Rey nyakitin Laskar. Angi nggak mau liat Laskar babak belur."

"Angi mau Laskar hidup normal, kalau Laskar masih sama Angi dia bakal ngadepin Angi yang banyak masalahnya."

"Angi mau Laskar sukses dengan cita-citanya, pasti keren suatu saat liat Laskar jadi seorang perwira atau jendral."

"Kalau sekarang Laskar deket sama Angi, dia bakal disakitin sama Rey. Rey nggak akan berhenti nayakitin Laskar."

"Rey nggak mau liat Laskar sukses, nggak mau liat Laskar bahagia."

Laskar mengusap wajahnya, padahal dia sangat mengidamkan bisa terus menerus bersama Angi hingga mereka dewasa nanti. Semua kini jadi rumit akibat Laskar yang terlalu menutup mata dan telinga.

"Kalau nanti kamu bertemu dengan wanita yang rela mengorbankan dirinya buat kamu, jangan dilepas. Itu adalah anugrah." Pesan bapak beberapa bulan lalu terngiang di telinga Laskar.

"Seperti bapak yang beruntung mendapatkan wanita seperti ibumu."

LaskarWhere stories live. Discover now