Pelangi

41 13 2
                                    

"Drama adalah suatu kisah atau cerita yang menggambarkan kehidupan serta watak tokoh-tokoh melalui tingkah laku serta dialog dan pembuatannya untuk dipentaskan."

Sang guru bahasa Indonesia kembali menjelaskan pengertian drama. Sebab masih banyak murid yang salah saat disuruh membuat contoh drama yang bisa dipentaskan.

"Jadi, tidak hanya narasi saja. Contohnya seperti yang Pelangi buat. Ada dialog tiap karakternya."

Semua mata tertuju pada Angi. Termasuk Laskar, cowok itu jadi ingat kejadian malam kemarin. Saat Laskar menjemput Yumna, Angi sudah tertidur di sofa rumah Shasa. Wajahnya teduh dengan mata tertutup rapat. Laskar sempat memandanginya sebentar, sebelum Yumna merengek minta segera pulang.

"Nah, buat tugas Minggu depan. Ibu sudah membagi kalian ke dalam beberapa kelompok untuk mementaskan drama yang naskahnya dibuat oleh ... Gempita Pelangi Nayanika."

"Yeeeaaay, Angi hebaaat!" seru Shasa.

"Dan, untu itu ibu sudah bagi kelompoknya"

Bu guru mulai menyebutkan satu persatu nama anggota kelompok.

"Dan, kelompok terakhir ialah. Shalon, Niel, Akbar, Pelangi, Cantika, Rusdi, dan Laskar."

Laskar yang duduk dengan Sahla bersorak senang dalam hati. Ia bisa satu kelompok dengan Angi, punya kesempatan untuk meminta maaf pada cewek itu.

"Awas ya, kamu genit ke Angi!" ancam Sahla seolah tahu isi hati Laskar.

Istirahat pertama, mereka gunakan untuk membahas soal drama. Naskah buatan Angi memang memiliki alur cerita yang jelas.

"Angi, keren ih udah bisa nulis skenario drama. Besok-besok bisa digaet nih sama produser." Akbar memuji Angi.

"Udah deh, mending kalian baca dulu script-nya. Terus tentuin siapa yang mau jadi siapa," saran Angi, dan diangguki teman sekelompok ya termasuk Laskar.

Angi tak mengerti kenapa Laskar tiba-tiba tak menyebalkan seperti biasanya. Dia bahkan mau menatap Angi saat cewek itu menjelaskan peran sekaligus watak para tokoh.

"Jadi ini cerita fantasi gitu ya, Ngi?" Akbar baru mengerti, setelah yang lain dari awal baru paham.

"Putri Namira, yang terkurung di kastil selama puluhan tahun tapi, nggak berubah tua. Malah tetep cantik. Bisa bebas andai ada seorang pria yang merelakan makanannya buat dikasih ke si putri Namira ini," terang Shalon.

"Iya, nggak ribet banget 'kan?" tanya Angi.

"Gue jadi prajurit Alusah penjaga pintu kastil aja, deh." Akbar mengambil peran.

"Gue jadi Anneke, deh. Si peri baik," sambar Shalon.

"Nggak mau jadi Putri aja, Shal?" tanya Angi.

"Udah, yang jadi putrinya Angi. Jadi pemuda miskinnya Laskar. Cocok, tuh!" saran Rusdi.

"Dan gue jadi Pangerannya. Nggak apa jahat, yang penting pangeran," bahak Rusdi dihadiahi pukulan pada lengan dari Shalon.

"Berisik!"

Setelah fix dan deal dengan peran masing-masing, kelompok mereka bubar dengan Laskar yang pergi ke mushola. Seperti biasa, cowok itu hendak salat duha sekaligus membasahi kerongkongan dengan air keran.

Tak lama Laskar di mushola, tadi Sahla meminta ditemui di kantin. Dalam saku baju seragam, Laskar sudah mengantongi uang lima puluh ribu. Benar kata bapak, punya pacar tuh harus siap jajanin anak gadis orang. Kemarin saja hampir dua ratus ribu habis jajan di kafe bersama Sahla.

"Kamu nggak makan?" tanya Sahla saat Laskar tak pesan apa-apa, hanya membayar bakso yang dimakan Sahla.

"Enggak, masih kenyang," bohong Laskar. Dua puluh ribu baginya bisa makan bareng dua adiknya.

LaskarWhere stories live. Discover now