Lupakan

64 18 15
                                    

Perasaan itu bukan PR dari guru, jadi nggak bisa maksa buat ngerjainnya.

Buntut dari keributan yang Ryu ciptakan di lapangan adalah dipanggilnya Angi ke ruang BK. Di hadapan Bu Dea Angi tertunduk lemas. Disidang akibat kabur dari jam pelajaran, Angi orangnya. Diciduk akibat memakai baju ukuran anak SD, Angi biangnya. Belum hal-hal ringan lainnya seperti tertidur di dalam kelas, asal-asalan mengerjakan tugas -pengecualian untuk pelajaran bahasa indonesia- dan mangkir dari upacara bendera tiap Senin dengan alasan sakit.

"Gempita Pelangi Nayanika." Bu Dea menyebutkan nama lengkap Angi.

Angi bergeming, tetap menunduk. Bukan merasa bersalah, hanya malas bertemu pandang dengan Ryu yang duduk di hadapannya.

"Azema Ryugha Masashi." Bu Dea juga menyebut nama lengkap Ryu, kemudian berdiri sambil melipat kedua tangan di dada.

Wanita lajang itu berjalan mondar-mandir dengan gerakan pelan. Hawa ruang BK menjadi panas, padahal AC di tempat itu menyala. Apa karena keadaan Ryu dan Angi yang sedang memanas. Ryu panas karens Angi menolaknya. Angi panas karena tadi dia dengar Laskar habis membonceng Sahla.

"Kalian berdua nggak bosan jadi langganan saya?" tuding Bu Dea sambil memandang Angi dan Ryu bergantian.

Bisa-bisanya Angi malah menggeleng, yang artinya tak pernah bosan. Ryu, lelaki jangkung itu sampai menahan tawa. Bagaimana Ryu tak jatuh hati pada sosok Angi yang tak pernah melakukan pencitraan.

"Angi, kamu nggak bosan?" Bu Dea mengurut dada, tensi darahnya pasti naik setelah ini.

Pintu diketuk, menyusul salam yang diucapkan keroyokan. Pasti itu orang tua kedua murid yang sedang jadi terdakwa ini, pikir Bu Dea. Wanita penyuka Keanu Reeves itu berjalan menuju pintu dan membukanya.

Wajah-wajah panik dari dua pasang orang tua langsung didapati Bu Dea. Guru BK yang terkenal danger -tetapi lebih banyak tak teganya- menyilakan ke empat orang itu masuk. Mereka duduk di samping anak masing-masing.

"Ryu, bikin salah apa sih, Nak?" Wanita tambun dengan rupa seperti toko emas berjalan itu memegangi wajah Ryu.

"Angi lagi pengen beli apa sih sampe caper gini?" Beda lagi pertanyaan wanita dengan stelan blazer hijau army, merapikan rambut putrinya yang lepek.

"Jadi bapak-bapak dan ibu-ibu, asli orang tua dari murid saya yang sedang bermasalah ini?" Bu Dea kembali duduk di kursinya.

"Lah, emang ibu kira kita siapa?" Mami Ryu jadi tersinggung.

"Kemarin saya abis kena tipu." Bu Dea mengembuskan napas, mengingat muridnya yang menyewa seorang tukang ojeg untuk dihadapkan padanya.

"Tipu pinjaman online ya, Bu. Duh, makanya jangan berurusan sama hal-hal begitu. Kalau mau pinjam uang sini ke saya saja," tutur mami Ryu panjang lebar.

"Bukan Ibu, bukan," tangkas Bu Dea meringis. "Murid saya bawa tukang ojeg buat nemuin saya dan pura-pura jadi orang tuanya," lanjut Bu Dea membuat mami Ryu menggaruk kepala tak gatal.

"Jadi anak saya bikin kesalahan apa, Bu?" Mama Angi sudah tak sabar ingin dengar inti permasalahannya.

"Angi dan Ryu, membuat heboh satu sekolah dengan sebuah drama kisah kasih tak sampai." Bu Dea malah membuat orang tua kedua anak itu tak mengerti.

"Bisa diperjelas, Bu maksudnya gimana?" tanya  Mama Angi.

"Ryu mensetting lapangan sekolah dengan dekorasi alay ala-ala katakan cinta. Dia jelas membuat keributan, bahkan merusak ring basket saat Angi menolak mentah-mentah pernyataan cintanya. Cukup jelas masalahnya 'kan?" terang Bu Dea membuat Mama Angi mengembuskan napas.

LaskarWhere stories live. Discover now