Andai

35 15 4
                                    

Andai dia itu kamu.

🛵🛵🛵

Kini selain jadi kakak, Laskar juga harus bisa jadi ibu dan bapak untuk adiknya. Yumna paling terpuruk, Tante Amara sudah seminggu ini tak mau mengurus Yumna. Bocah kecil itu sampai-sampai mau mandi bila Angi yang menemani.

"Sama Abang aja, jangan sama Kak Angi." Suatu sore Laskar membujuk Yumna agar tak lagi meminta Angi datang ke rumah.

"Nggak mau!" bantah Yumna sambil mengerucutkan bibir. "Kata Bu Fitri, Una udah besar mandinya jangan sama anak cowok gede," lanjut Yumna sambil menjauh dari Laskar.

Laskar tersenyum, adiknya itu makin pintar saja. Makin mengerti apa maksud yang disampaikan oleh gurunya.

"Assalamualaikum," salam Angi yang datang membawa kantong berisi ayam Kentucky yang kemarin diminta Yumna kemarin.

"Kumsalam ...."

"Jawab salam yang betul, Una!" Laskar memperingatkan.

Cowok itu mengikuti langkah Yumna ke depan, menyambut Angi. Angi terlihat pucat.

"Una udah mandi, belum?" Suara Angi bahkan terdengar lemah.

Una menggeleng, "mama kemarin pergi. Tapi, Una nggak mau ikut," lapor Una.

"Una mau mandi dulu atau mamam dulu?" tawar Angi sambil mendekatkan bungkusan ayam Kentucky ke wajah Yumna. "Kak Angi bawa pesanan Una," lanjut Angi.

"Makan dulu!" sorak Una.

"Boleh Una ambil ayamnya?" Kelopak mata Yumna berkedip.

"Boleeh!" jawab Angi dan membuat Yumna segera meraih bungkusan itu. Lalu memanggil Kak Bi dan aka Sutan.

"Lain kali nggak usah bersikap berlebihan kaya gini ke Una." Laskar berlalu ke kamar.

Angi mulai terbiasa dengan sikap Laskar, dia memutuskan merapikan botol kayu putih kosong dan kemasan bedak tabur milik Yumna yang sisa sedikit. Sambil mengais kedua benda itu, Angi menghampiri Yumna dan kedua adik Laskar yang lain di dapur.

"Enak ini mah kentakinya azeli!" seru Sutan, anak itu kini sudah bisa lebih semringah.

"Yang palsu biasanya tepungnya nggak ada rasa, ya, Tan?" Abian juga sudah mulai melupakan kepergian bapak.

"Apa yang Aka dan Kak Bi tau ini ayamnya asli?" Yumna kemarin ke Kak Angi hanya bilang kalau ingin makan fried chicken, mana tahu asli atau tidaknya.

"Dari wadahnya aja udah beda, Una. Ka ef si," eja Sutan.

"Yang palsu bungkusnya kertas putih bekas hasil ulangan biasanya," gelak tawa Abian.

"Jangan kegedean mangapnya, ntar bukan cuma laler yang masuk kerbau juga pengen masuk mulutmu," tegur Sutan.

Ketiga anak itu sedang makan saat Angi menghampiri mereka, Angi meringis memegangi perutnya. Tampangnya yang seolah kesakitan itu, ditangkap oleh mata Laskar yang baru tiba juga di dapur. Laskar juga lihat, wajah Angi pucat dan cewek itu tak riang seperti biasanya.

"Kak Angi mukanya pucat," celetuk Abian dengan ujung bibir berminyak. Kedua tangannya ia gunakan untuk mencubit daging ayam yang sedang disantap.

"Kalau pucat biasanya lagi sakit," sambar Sutan yang mampu menyuap nasi besar-besar.

Ketiga anak itu duduk rapi menghadap meja persegi yang taplaknya berwarna hijau dan sudah lusuh. Ada sisa kursi satu, Angi memutuskan duduk di sana. Di sampingnya Yumna makan dengan lahap.

"Kak Angi sakit?" Yumna jadi penasaran juga, ia pegang dahi Angi dan merasakan panas.

"Panas, Kak Angi sakit ya?" Yumna menghentikan kegiatannya.

LaskarWhere stories live. Discover now