Laskar dan gengnya

57 20 10
                                    

Selain akrab dengan semua teman sekelasnya, Laskar juga punya teman dekat. Mereka berjumlah 4 orang, dengan Laskar sebagai ketua. Genk mereka namanya Rebana, remaja banyak nanya. Genk paling dicibir seantero kelas, bahkan satu angkatan mereka. Siang itu saat istirahat pertama, Rebana sepakat buat terima tantangan Genk bleeding underwear untuk main basket. Laskar sih bisa ya, tapi tiga temannya yang lain diragukan.

Ihsan jagonya kan nye-peak, tapi yang dispeak-in jarang ada yang nyantol. Akbar jagonya mengarang cerita, penulis favoritnya ayah Tere Liye. Tiap hari kerjaannya spam story' pakai quote novel penulis kegemarannya itu. Lalu, Darul kemampuannya cuma main game, sampai sering pulang malam dari sekolah cuma buat konek ke WiFi saat ingin push rank. Alih-alih nemenin bapak penjaga sekolah, padahal main game sampai lupa segalanya.

"Kalian bertiga dulu yang maju," ujar Ihsan.

Darul dan Akbar saling pandang. Laskar sudah siap, niat sekali sampai betulan pakai baju basketnya. Bila sedang berpenampilan seperti itu keren juga, dengan ear pods terpasang di kuping juga bola basket di tangan.

"Kar, si banyak omong nggak mau maju duluan," adu Akbar.

"Ya elo lah yang maju," jawab Laskar enteng.

Mereka masih berada di koridor, habis dari mushola salat dhuha.

"Gue nggak bisa, Kar," elak Akbar.

"Bukan nggak bisa, tapi belum dicoba." Laskar melemparkan bola ke Akbar. "Yok, belajar dulu sambil nunggu Ryu sama genknya siap."

Laskar berjalan lebih dulu, bolanya kini ada di tangan Akbar.

"Bayangin aja kalau bola itu si Stela," ucap Darul. Stela adalah adik kelas incaran Akbar, bukan pengharum ruangan.

"Lah makin nggak tega gue lempar kalo bayangin ini Stela." Akbar malah makin nervous.

"Gue bantu doa sama teriakin nama kalian aja, ya." Ihsan benar-benar tak mau ikut dalam permainan three on three yang akan mereka lakukan.

Tiba di lapangan, Laskar memberi contoh men-drible serta menembakan bola ke dalam keranjang.

"Gampang, 'kan?" ujar Laskar membuat Akbar dan Darul mengangguk.

"Iyalah, yang bikin susah tuh pemikiran kalian. Belum dicoba, udah ngejudge susah duluan. Ilangin tuh penyakit kek gitu," cecar Laskar sambil mengelap keringat di dahi.

Laskar tuh sebenarnya manis, hanya saja motornya nggak keren. Hanya saja, bukan termasuk ke jajaran anak pinter juga. Namun, dia juga sebenarnya jago main gitar. Suaranya juga diakui bagus sama guru kesenian.

Dari kejauhan, Genk bleeding underwear sudah terlihat menuju lapangan. Semangat Akbar dan Darul yang sempat on fire, jadi menciut lagi. Lihat saja, bagaimana kerennya Ryu, Ical, dan Ighi. Pesona tiga cowok itu membuat para siswi langsung memenuhi pinggir lapangan.

"Tuh liat cewek-cewek, Ryu and the genk datang aja baru mau ngumpul di pinggir lapangan," cibir Akbar.

Sementara itu, Ihsan dengan karton bertuliskan Laskar, Akbar, dan Darul heboh sendiri di pinggir lapangan. Tak lupa anak itu juga meneriakkan nama ketiga temannya itu.

"Semangat genk's, semangat!"

Percuma, San. Suara kamu akan kalah sama suara cewek-cewek yang meneriakkan nama Ryu dan kawannya.

Di samping Ihsan, berdiri Angi dengan cup es di tangan. Jelas sudah siapa yang akan Angi dukung. Cewek itu senyum tipis sambil mengarahkan pandangan ke Laskar, ia berusaha membuat Laskar membalas pandangannya.

"Buat seru-seruan aja ya, Kar," ucap Ryu begitu tiba di lapangan.

Keenam remaja itu saling bersalaman, kemudian saling bertanya apa sudah siap? Team Laskar mengangguk, meski hati Akbar dan Darul sudah tidak tenang.

LaskarWhere stories live. Discover now