Bimbang

36 11 4
                                    

Sore dengan rintik hujan dan petir menggelegar itu, Laskar baru membuka isi uang dalam amplop yang dititip bapak ke Cang Robi. Satu juta lima puluh ribu.

Deg.

Hati Laskar jelas sakit, mendapati uang-uang lusuh itu. Pasti bapak banyak mengirit makan agar bisa mengumpulkan uang. Laskar mengambil bingkai foto di atas meja kamar yang kini diisi olehnya. Dalam potret itu, ada bapak dengan Yumna sedang berdiri di depan gerbang ragunan.

"Jadi pria itu harus tanggung jawab, Kar. Apalagi ke perempuan. Kamu udah besar, pasti ada naksir-naksir 'kan ke cewek?"

Ingatan Laskar tertuju pada obrolan dua bulan lalu dengan bapak. Kala itu Laskar tengah memijat punggung bapak yang katanya pegal. Tak sangka itu adalah pijatan terakhir Laskar untuk bapak.

"Kalo naksir sih ada, pak. Boleh 'kan sekedar suka?" Laskar meminta pendapat bapak.

"Ya boleh, 'kan perasaan suka itu naluri pria normal. Justru bahaya kalo Laskar nggak bisa merasakan suka sama lawan jenis. Tapi ingat," ucapan bapak kala itu terpangkas dengan kegiatannya mengigit goreng ubi pemberian Nyak Titin. "jangan mainin anak gadis orang, kalo bisa mah jangan pacaran. Kasian anak orang kalo nggak bisa kamu jajanin acan."

Laskar jadi mengurut dadanya, tadi  Sahla terang-terangan menanyakan tentang perasaan Laskar pada cewek itu.

"Kar, elo suka 'kan ke gue?" Sahla menjegal gerakan tangan Laskar saat hendak memakai helm di parkiran.

"Eh, kok tiba-tiba nanya gitu, La?" Laskar yang saat itu sudah duduk di atas ninjanya bahkan turun kembali.

"Elo nggak ada niat nembak gue, Kar?" Sahla aneh sekali, begitu pikir Laskar.

Laskar memang suka, tapi untuk berpacaran bahkan cowok itu masih ingat kata-kata bapak soal siapa diri Laskar. Pacaran juga butuh modal, anak orang dibawa main masa nggak dibelikan jajan.

"Kalo gue juga suka sama elo gimana?"

Tepat saat itu Angi melintas di hadapan Laskar. Cewek itu berjalan menuju motornya yang terhalang empat motor dari ninja Laskar.

"Ya gue maulah, masa nolak cewek yang selama ini gue suka."

Saat itu Laskar sengaja mengencangkan suaranya, sampai ia bisa dengar helaan napas Angi hingga cewek itu menjatuhkan helmnya.

"Pulangnya di jemput, nggak?" Laskar berharap Angi bisa lihat dan sadar bahwa dirinya juga bisa mendapatkan cewek yang lebih cantik dari Angi.

"Anterin aja dong sama pacar," sahut Sahla seolah sengaja bicara kencang agar Angi mendengar.

Kilatan petir yang menyebabkan cahaya masuk ke kamar, membuat Laskar segera tersadar dari lamunannya. Cowok itu gegas menaruh foto kembali ke tempatnya, kemudian mencari Sutan dan Abian yang ternyata sedang berada di depan pintu kamar Laskar.

"Kalian ngapain?" tanya Laskar saat kedua bocah itu seperti kaget melihat Laskar, dan hendak berbalik badan.

"Ini, Bang. Ada surat dari sekolah," ucap Sutan.

Laskar menerima amplop putih dan membuka isinya. Surat pemberitahuan perkemahan sabtu Minggu. Orang tua boleh mengizinkan juga boleh melarang dengan alasan yang tepat.

"Kalian mau ikut?" tanya Laskar membuat Sutan dan Abian mengangguk.

"Yaudah, nanti aku tanda tangan. Jaga kesehatan biar fit pas hari H."

Abian dan Sutan jelas bahagia, Laskar sang kakak yang sekaligus jadi ibu dan ayah membuat mereka terharu. Mereka tahu, kegiatan perkemahan ini jelas akan membuat Laskar mengeluarkan uang lebih.

LaskarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang