1.6

1K 157 67
                                    

★ IT'S NOT HOME ★

PRANG

Jeonghan bergidik ketakutan kala sebuah vas bunga lewat tepat di samping kanan tubuhnya dan menghantam pintu dibelakang sana hingga hancur lebur tak berbentuk.

"Kau dipaksa atau tidak?!"

Suara Heechul yang sarat akan amarah membuat Jeonghan merinding. Ia bahkan tidak berani mengangkat kepala untuk menatap wajah ayahnya. Jeonghan terus menunduk, tanpa berani mengatakan apapun.

"JAWAB!"

Dan yang bisa Jeonghan lakukan, hanyalah menggelengkan kepala.

"Ya Tuhan, Jeonghan! Kau kenapa sebenarnya, hah?!"

Saat ini mereka berada di dalam ruang kerja Heechul. Ketika ayahnya berjalan pergi meninggalkannya tadi, Jeonghan tahu ia harus mengikutinya. Ia tahu ayahnya akan memarahinya, tetapi bukan di ruang tengah.

"Apa sebegitu bencinya kau pada Ayah hingga melakukan hal seperti ini?!"

Jeonghan mendelik, ia segera mengangkat kepala dan menggeleng cepat. "A-ayah bukan seperti itu...."

"Kalau begitu jelaskan!"

Tidak ada yang bisa dijelaskan. Jeonghan melakukannya dalam kesadaran penuh, tanpa dipaksa karena justru dirinya lah yang memulainya.

Junhui benar, Jeonghan tidak berada pada posisi dimana ia berhak membela seseorang, atau bahkan dirinya sendiri.

Heechul yang sedari tadi berusaha menahan diri dengan berdiri agak jauh, membiarkan meja kerjanya menjadi pembatas dengan Jeonghan. Atau amarahnya akan benar-benar menghancurkan putri sulungnya.

"Kau sadar situasimu, hah?! Kau hamil, Jeonghan! Dan kelulusanmu masih lebih dari sembilan bulan!"

Jeonghan segera berlutut. Tidak, ia tidak bisa menanggung malu seperti ini.

"A-ayah, aku akan mengugurkan anak ini."

Sayangnya, kalimat yang Jeonghan pikir mampu menjadi jalan keluar satu-satunya, menjadi penyulut paling mematikan yang membakar habis kesabaran Heechul.

Heechul memutari meja, ia berjongkok disamping putrinya yang berlutut memohon padanya. Tangannya hampir melayang menampar wajah Jeonghan.

Hampir....

Seandainya Heechul tidak segera menyadari, Jeonghan butuh nasehat untuk mengembalikan akal sehatnya.

"Ayah mati-matian berusaha agar masa depanmu cerah, bukan untuk mendengar keinginanmu membunuh seseorang,"bisik Heechul tajam.

Jeonghan akan bebas dari masalah, tentu saja. Tetapi masa depan yang baik tidak akan pernah tercipta jika mimpi buruk tentang masa lalu terus terngiang. Itu akan membebani Jeonghan, seumur hidupnya.

Heechul masih cukup waras untuk tidak mendorong Jeonghan menuju mimpi buruk tersebut.

"Dia masih segumpal darah..."elak Jeonghan. Setidaknya belum bernyawa. Mungkin, tidak akan merasakan sakit jika digugurkan paksa, kan?

"Dan segumpal darah itu darah dagingmu!" Heechul memegang kedua bahu putrinya. "Kau yang berdosa atas perbuatanmu. Kau yang kotor karenanya. Anakmu tidak."

Dengan mata memerah menahan tangis, Jeonghan menguatkan diri untuk tetap menatap ayahnya.

"Jika ada yang harus menanggung rasa sakit, itu kau sendiri, Jeonghan. Bukan anakmu. Jika ada yang lebih pantas bernapas dan berjalan di dunia ini, itu adalah anakmu."

It's Not Home | SVT GS Ft Super GenerationDonde viven las historias. Descúbrelo ahora