1.2

1K 161 131
                                    

★ IT'S NOT HOME ★

Tok..Tok..Tok..

Kepala Jeonghan muncul dari celah pintu, mengintip ke dalam ruangan guru sejarahnya yang tampak sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.

"Han?"

Seungcheol langsung menghentikan kegiatannya. Ia terkejut Jeonghan masih berani mendatanginya setelah kepergok oleh Jisoo kemarin.

"Ku pikir Jisoo yang akan datang,"ucap Seungcheol.

Jeonghan masuk, menutup pintu ruangan. Ia mengerutkan kening mendengar kalimat Seungcheol sebelumnya.

"Untuk apa Jisoo kemari?"tanya Jeonghan bingung.

"Entahlah." Seungcheol menyandarkan punggungnya pada bantalan kursi sembari menghela napas, "Menampar atau menjambakku lalu mengancam agar tidak mendekati kembarannya lagi?"

Jeonghan tertawa kecil, "Jangan khawatir, aku sudah mengatasinya. Dia akan diam."

Seungcheol mengangguk paham. Ia tidak perlu tahu bagaimana Jeonghan membangun kesepakatan dengan Jisoo kemarin jelas-jelas murka. Hubungan antar saudari itu, terutama kembar, terkadang sulit dijelaskan.

Tidak akan bisa di mengerti oleh siapapun.

Pria Choi itu mengarahkan dagunya menunjuk pintu, "Sudah kau kunci?"

Jeonghan menoleh melihat lubang kunci, lalu berbalik dan mengangguk pelan.

Tingkah polos bak anak kecil yang membuat Seungcheol tertawa. Betapa pandainya Jeonghan memanipulasi orang dengan sikapnya itu.

Seungcheol menepuk paha kanannya, "Kemari."

Tentu saja tanpa menunggu lama Jeonghan langsung menuruti perintah gurunya. Ia mendudukkan diri di pangkuan Seungcheol, melingkarkan lengan pada leher yang lebih tua.

"Apa itu?" Jeonghan menunjuk berkas yang baru selesai Seungcheol ketik.

"Surat pengunduran diri."

Proses pengunduran diri membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk diselesaikan. Seungcheol harus segera menyerahkan agar dapat pindah ke Busan sesuai tenggat yang direncanakan.

Jeonghan menyandarkan kepala di bahu sang pria. Ia hanya diam sembari menunggu Seungcheol mencetak surat tersebut lalu dimasukkan ke dalam amplop putih dengan rapi.

"Satu bulan itu tidak terasa." Seungcheol menutup laptopnya. Melingarkan lengan di pinggang Jeonghan, menautkan jemari mereka. "Mungkin kita harus lebih banyak menghabiskan waktu bersama?"

Jeonghan menggeleng. Ia menelusupkan wajah ke ceruk leher sang pria, menghirup aroma maskulin menenangkan disana.

"Aku sedang ada tamu bulanan."

"Tanpa seks,"lanjut Seungcheol.

"Aku ragu kau tahan."

"Aku tahan jika kau tidak mulai duluan."

Hubungan mereka sebutan yang tepat untuk Friend With Benefit. Terkadang tujuan bertemu sekadar berbincang, selalu berakhir di ranjang, tanpa direncanakan.

Mungkin benar, terkadang Jeonghan yang memulai. Karena sekali dirinya mencoba untuk tunduk dibawah kuasa lelaki itu, Jeonghan tak bisa berhenti.

Jeonghan menyukainya, sampai tidak bisa melewatkan satu kesempatan pun tanpa berhubungan dengannya.

Harus diakui, Jeonghan rusak. Dan itu karena Seungcheol.

"Kau akan kemari jika ada waktu?"tanya Jeonghan seraya bangkit dan duduk diatas meja Seungcheol. Ia membuka tiga kancing teratas kemeja gurunya.

It's Not Home | SVT GS Ft Super GenerationWhere stories live. Discover now