0.9

1.1K 158 165
                                    

★ IT'S NOT HOME ★

"Sshhh...pelan-pelan, Han."

Junhui meringis ketika Jeonghan berusaha mengompres pipinya. Sakit sekali ngomong-ngomong, Junhui curiga tadi Heechul pakai tenaga dalam saat menamparnya.

"Ini sudah pelan." Tangannya fokus mengompres pipi Junhui, sementara maniknya melirik Jisoo yang duduk termenung diatas kasur. "Kenapa nekat begitu?"

Jisoo menggeleng lemah, punggungnya bersandar pada headboard kasur Jeonghan. Ia memeluk boneka beruang besar yang sama dengan miliknya di Mansion Kim.

"Bukankah tidak adil jika kita menderita sementara wanita itu hidup tenang karena Ayah dan Bunda akan bercerai?"gumam Jisoo.

Jeonghan mengernyit, "Kau ingin dia merasakannya juga? Merasa bersalah?"

"Tidak ada gunanya,"sahut Junhui. "Mereka sudah tahu itu salah sejak awal. Perkataan bocah seperti kita tidak akan membuat mereka berubah pikiran."

Terkadang, yang mempersulit hidup adalah jalan pikiran manusia itu sendiri. Menerima merupakan hal mudah. Orang tua bercerai, mencari kebahagiaan masing-masing. Mereka bertiga ikhlas dengan lapang dada, masalah selesai.

Namun manusia selalu memiliki ego. Miliknya tidak akan pernah bisa diklaim oleh orang lain.

Bagi mereka bertiga, setidaknya jika Heechul bukan lagi milik Sooyeon, maka pria itu harus tetap menjadi ayah mereka. Seluruhnya, tanpa harus membagi prioritas.

Terutama dengan Irene, tidak ada toleransi dalam berbagi.

"Istirahat saja dulu, nanti lagi dipikirkan,"ucap Jeonghan.

Pikiran dan mental mereka terlalu lelah untuk dipaksa mencari jalan keluar dalam masalah keluarga yang bahkan tak ingin diselesaikan oleh sang ayah. Diam akan menjadi pilihan terbaik untuk sementara waktu.

Ketiganya berbaring diatas kasur king size Jeonghan. Jisoo berada di paling ujung menempel ke headboard, laku Jeonghan di tengah, sementara Junhui berbaring paling pinggir.

Untuk sejenak hening menyapa suasana kamar milik kembar tertua. Memikirkan bagaimana kehidupan nyaman nan bahagia tiba-tiba berubah menuntut penat tanpa ujung pasti bahwa segala yang telah menghilang akan kembali seperti sedia kala.

Tidak akan pernah kembali.

Jeonghan menoleh ke kiri, "Bagaimana rasanya ditampar Ayah?"

"Coba sendiri jika penasaran,"balas Junhui sembari memejamkan mata.

"Mau ide? Ku sarankan tampar selingkuhannya, pasti kau di tampar balik oleh Ayah,"celetuk Jisoo yang masih memeluk boneka milik Jeonghan.

Jeonghan mendelik, ide bagus sih, tetapi terlalu ekstrem. "Tidak, terima kasih. Aku akan jadi anak baik untuk sementara waktu."

Junhui membuka kelopak mata, menoleh kearah Jeonghan disampingnya, "Kemarin kau menginap dimana?"

Mampus.

"Kau tidak tahu? Adikmu satu itu berkali-kali menghubungiku padahal aku sudah mau tidur." Jisoo menumpukan kepala dengan satu lengan, berbaring menyamping menghadap Jeonghan, "Kau pasti ke hotel, kan? Tega sekali tidak mengajakku."

Ke hotel?

Ah, iya. Jeonghan dan Jisoo itu memiliki kebiasaan menginap di hotel jika besoknya libur. Hanya refreshing biasa. Menghilangkan suntuk jika terlalu lelah.

Hanya berdua, Junhui tidak pernah diajak.

"Kemana lagi memangnya? Kalian pikir aku tahan dirumah dengan situasi seperti ini?"tukas Jeonghan cepat, namun sedikit gugup.

It's Not Home | SVT GS Ft Super GenerationWhere stories live. Discover now