Amora jadi gelagapan sendiri. "I-iya Kak, ma-maaf ya Kak."
"Ni lo baca ni, nanti lo ajarin gue." Aiger menggeser buku itu dengan kasar ke arah Amora dan langsung diterima tanpa komen oleh Amora.
Ia takut jika ia membalas maka Aiger akan lebih marah padanya. Aiger itu aneh, orang jawab apa yang dia bilang nanti kena marah, gak dijawab juga kena marah.
Tadi waktu Amora ngambil bukunya Aiger aja dia malah marah, dan sekarang langsung dikasih, entah apa yang ada di pikiran Aiger.
Setelah mengamati dan mencerna semua pelajaran bangun ruang yang ada ada di buku itu, sekitar lima setengah lembar, Amora mulai menegakkan kepalanya.
"Gini Kak." Amora mendekatkan bukunya ke depan Aiger.
"Lo geseran sini, gimana lo mau ngajarin gue biar gue faham kalau lo jauh."
Amora terdiam, ia matap Aiger sekilas lalu beralih pada bukunya. Setelah itu ia sedikit mendekatkan badannya ke arah Aiger, takut kalau banyak-banyak akan terlalu dekat dengan cowok itu.
"Ck, dekat lagi lah bego, sama aja tu." Amora lalu bergeser lagi sedikit ke arah Aiger. Jarak mereka sekarang sekitar empat jengkal.
"Harus banget gue yang geser?" Aiger mendekat ke arah Amora hingga tersisa jarak setengah jengkal.
Amora menahan nafasnya takut. Hawa di sekitarnya seakan sangat berbeda. Hawa-hawa Aiger itu berbeda dari hawa saat dia dekat dengan orang lain.
Amora jadi deg-degan, bukan deg-degan karna jatuh cinta, tapi deg-degan karna takut dengan Aiger.
"Woi, lo mau ngajarin gue atau menung." Omelan Aiger membuat Amora tersadar dan kembali menatap bukunya.
"Maaf Kak."
"Maaf mulu, gak capek apa tu mulut," gerutu Aiger mengarahkan kepalanya ke arah lain dengan tangan menyisir rambutnya.
"Jadi ini gini Kak."
Amora menjelaskan apapun yang baru ia baca dan cermati tadi pada Aiger. Ia juga membantu Aiger menyelesaikan tugas Aiger yang pasti bukan semuanya diselesaikan oleh Aiger sendiri.
"Bukan gini Kak, ini salah, caranya gini." Amora mengambil alih pena yang tadinya ada di tangan Aiger.
Bukannya marah atau membentak seperti biasa, Aiger malah terdiam sambil menatap Amora yang sangat serius mengajarkannya.
"Kak." Aiger tersadar dari lamunannya lalu melihat buku yang Amora tulis. Jawabannya tadi salah dan Amora sudah menulis yang benar di bawahnya.
"Caranya salah Kak," ujar Amora menunjuk di mana letak salah Aiger.
"Kalau yang ini gimana?" Aiger menunjuk soal lain yang bukan tugasnya hari ini, entah apa tujuannya tapi Aiger benar-benar berbeda.
"Kalau yang ini pakai rumus awal, kita buat dulu bangun datar yang kayak gini, nah terus dihitung yang miring, gini."
Amora mengajarkan Aiger dengan mulut yang terus berucap, sedangkan Aiger bukan melihat tulisan yang Amora tulis, ia malah melihat muka Amora yang bergitu serius menulis.
"Kakak kenapa lihatin aku?"
🌈AMORAIGER🐯
hai hai haii
gimana kabarnyaaaa
semoga sehat yaaaa
follow ig aku yaaa
@fitriasalmadong
@fitriasasalmafollow ig mereka jugaa yaaa
@resvagos
@alanagabriellaa
@algaraalexander@rajaallaver
@biancakejora@salqueenamelody
@reyvanogalaxyca@stellavalenciaa
@latasyasahrez
@achaauristela@galvinravael
@kiaraanastasyaaaaa@tessakalila
@albarasamudra
@regalcomel
@langitwilliam@airinshanata
@arabellakeanaa
@sahirakinara@gerlanadinata
@rezviankeano
@ininatanganteng@kenziearkanaaa
@aryaaalvaroo
@gladysclaristaini kevin
YOU ARE READING
AMORAIGER [COMPLETED]
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Amora, cewek cupu yang sering menghabiskan waktunya di perpustakaan dengan buku-buku, lembut, kepoan dan pencinta warna pink dan kuning yang sangat ngejreng itu, apalagi yang neon. Bayangkan aja kamarnya seperti apa, sangat tera...
24. AMORAIGER🎨
Start from the beginning