25. Konversasi Dua Hati

256 57 33
                                    

"Lupiii selamat ulang tahun yaa. Ini kado dari aunty An."

Anak laki-laki itu terlihat senang sembari menerima kotak dari Alana. Tak sabar menunggu ia sudah membukanya, rupanya Kalimba.

"Makasih banyak aunty An!"

"Sama-sama!"

"Yeay sekarang Lupi punya dua mainan baru! Lego dari uncle Nan sama Kalimba dari aunty An!" serunya.

Lutfi termasuk yang cepat 'berbicara' karena kini aksennya betulan sudah benar, tidak secadel dulu lagi. Melihat semangat sang anak, Pak Bambang ikut tersenyum seraya mengusap kepala anaknya sayang.

Hari ini adalah ulang tahun Lutfi. Tidak dirayakan secara meriah, memang. Namun karena kebetulan bertepatan di hari minggu, Pak Bambang dan Istri pun sepakat untuk membuat perayaan kecil-kecilan di rumahnya. Mereka juga mengundang teman-teman terdekat Lutfi dan tentunya Hanan serta Alana.

Sebagai orang yang pernah berjasa melancarkan skripsi Alana, sudah jelas gadis itu akan menyanggupi permintaan Pak Bambang terlepas dari fakta meski dirinya sudah lulus. Lagipula Alana juga sedang tidak ada kerjaan sekarang. Setelah menyelesaikan revisi pasca sidang, kini ia hanya tinggal menunggu jadwal wisuda yang akan dilaksanakan bulan depan.

Acara ulang tahun Lutfi diisi dengan selayaknya birthday party normal. Tiup lilin, potong kue, makan bersama lalu dilanjutkan dengan mini game. Semua dikoordinasi oleh Hanan Alana. Sedang Pak Bambang dan Istri turut berpartisipasi sebagai orang dewasa lainnya.

Pukul lima sore acara sudah selesai. Beberapa teman Lutfi dijemput orang tuanya pulang. Tersisa tiga anak laki-laki lain yang masih sibuk menonton youtube di ponsel dengan Lutfi.

"Kalian belum dijemput ya?" tanya Hanan.

Ketiga anak itu kompak mengangguk. Salah satunya menjawab, "Mama Papa Oji agi cibuk kelja."

"Kan hari minggu..?"

"Hali minggu juga kelja. Tiap hali kelja."

Dua anak laki-laki disebelahnya ikut mengangguk kuat, "Papa Mama Eji juga gituu! Ketemunya pas Eji mau bobo doang. Eh, kadang malah ngga ketemu-ketemu tiap hali."

"Iya, Bhumi juga!"

Hanan tertegun. Alana yang mendengarnya pun jadi merasa sedih. Sekilas ia melirik pada Hanan, menyadari jika mungkin Hanan bisa relate dengan yang dialami anak-anak itu.

"Orang tua mereka emang pada sibuk, tadi nitipin kesini trus udah bilang minta tolong anterin pulangnya," sahut Pak Bambang. Membuat Alana dan Hanan menoleh.

Pak Bambang beringsut duduk disamping Lutfi sembari memandang tiga bocil itu, "Bhumi, Fauzi sama Kezie, Bapak anterin pulang aja ya. Ayo siap-siap."

"Oke!"

Melihat teman-temannya berdiri, Lutfi jadi mendongak lalu merengek pada Pak Bambang, "Lupi mau ikut juga, Paa!"

Alhasil semua keluarga Pak Bambang jadi ikut keluar. Tadinya Alana mau langsung pamit pulang juga, biar Hanan saja—yang memang diminta Pak Bambang—menjaga rumah selagi beliau pergi sebentar.

Tetapi Lutfi mengenggam tangan Alana sebelumnya, beserta mata boba polos yang ia tunjukkan, "Aunty An jangan pulang dulu ya. Tungguin Lupi. Kita main lego dulu nanti yaa."

Alana si anak bungsu, yang ternyata lemah dengan serangan anak-anak jika mereka sudah bersikap manis. Bagi Alana, Lutfi adalah sosok anak laki-laki yang pandai membuat orang lain sayang padanya. Nakalnya juga tidak menyebalkan seperti anak-anak kecil pada umumnya.

[✔️] Playlist : CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang