20. Kejut Afeksi

326 58 48
                                    

Bohong jika Alana bilang dia tidak memikirkan perkataan Daniel tempo hari itu. Apalagi semakin kesini, Alana dan Hanan juga kian sering berinteraksi. Mencoba mengenyahkan hal-hal tidak penting menjelang ujian proposalnya, Alana hanya bisa berdoa semoga semua materi dan persiapan bahan yang ia bawa akan berjalan lancar sepanjang sesi seminar.

"Jangan terlalu nervous, anggep aja lagi diskusi bukan ujian," pesan Hanan, selagi mereka duduk di ruang sidang, menunggu satu dosen penguji lagi untuk hadir. 

Seminar proposal sifatnya terbuka. Jadi teman-teman juga bisa datang menyaksikan. Membuat kegugupan Alana bertambah. Walau sudah lebih baik berkat kalimat Hanan.

Pintu ruangan terbuka, dipikir dosen yang datang ternyata Daniel. Di belakangnya ada seorang gadis. Mereka mengambil tempat di barisan pertama, bangku ujung. Saat pandangan Daniel bertemu dengan Alana, kepalan tangannya lantas mengudara. Lalu ia melafadzkan kalimat penyemangat tanpa suara.

"Lana, semangat!"

Melihat itu Hanan merengut kemudian bergumam lirih, "Guenya nggak disemangatin... Cukup tau..."

Alana sontak menahan tawanya sambil memukul pelan lengan Hanan. Kegugupan Alana resmi menguap, bersamaan dengan suara moderator yang memberitahu bahwa seminar akan segera dimulai karena para dosen yang hadir sudah lengkap.

Satu jam kemudian seminar proposal Hanan selesai, dilanjutkan dengan Alana setelahnya. Waktu berlalu cukup lama bagi Alana pribadi, namun syukurlah sejam lebih lima belas menit selanjutnya, ia pun juga menyelesaikan sesi hari itu.

"Terimakasih kepada ketua sidang, dosen pembimbing dan dosen penguji serta mahasiswa juga mahasiswi yang sudah hadir di ruangan ini. Seminar proposal atas nama Hanandipta Gevariel dan Alana Humeera dinyatakan selesai. Untuk revisi dan beberapa perbaikan yang sudah diarahkan tadi, silakan diproses secepatnya. Sampai bertemu lagi di sidang akhir." tutup moderator.

Keduanya menyanggupi lalu mengucapkan terimakasih. Setelah acara di tutup, para dosen dan teman-teman mereka keluar dari ruangan. Menyisakan Alana juga Hanan yang sibuk membereskan berkas serta alat-alat pendukung untuk presentasi tadi.

"Ciye selamat ya brosis one step closer buat dapet gelar ST neehhhh, sarjana tekwan." sahut Daniel yang tiba-tiba menghampiri.

Hanan membalas, "Lo ntar juga ST kan, sarjana tua."

"Sialan."

Sadar jika masih ada satu manusia lain di sebelah Daniel, jadi Alana menyapanya. Kebetulan mereka sudah saling kenal juga.

"Hai, Chel. Thank you banget udah nyempetin dateng. Padahal lagi sibuk kerja kan ya?"

Gadis itu tersenyum memaklumi, "Santai, Lan. Kebetulan lagi day-off kok."

Sayangnya Hanan masih asing dengan lingkaran pertemanan ini. Karena itu dia tidak menimbrung obrolan. Beralih fokus menggulung kabel infocus dalam diam saja. Sampai suara Daniel terdengar. Meminta gadis itu untuk berkenalan secara resmi dengan Hanan.

Mereka pun berjabat tangan. Si lelaki memperkenalkan diri lebih dulu, "Hanan."

"Gue Chelsea hehe. Panggil Chel aja."

"Butet panggilannya tuh, Nan. Jangan mau ditipu."

Chelsea sontak melirik sengit pada Daniel, "Diam kau, tole! Sirik aja!"

"Ha liat kan Nan, si Butet ni kasar kali aslinya dia. Dak ada manis-manisnya kalau bicara. Macam jantan."

"Bah! Kau juga macam betina kutengok. Kurang banyak itu aksesoris kau pakai. Kuaduin Namboru habis kau. Sangkuriang!"

[✔️] Playlist : CamaraderieWhere stories live. Discover now