04. Dialog Senja

439 74 39
                                    

Alana, Iris dan Daniel baru saja mendudukkan bokong di salah satu bangku umum. Setelah satu jam berkeliling melihat aneka ragam binatang di taman safari, ketiganya memutuskan untuk beristirahat.

Ya, berkat ide Shelma. Hari itu satu kontrakan Arumdalu setuju untuk pergi ke taman safari. Bukan hanya kelima perempuan itu, tapi juga ada Danu—pacarnya Naresha, Kendra—teman masa kecil Delyn, dan Daniel.

Sebagai teman akrab satu-satunya, Alana memang kerap melibatkan Daniel—jika memungkinkan—dalam segala kegiatannya. Bisa dikatakan mereka itu sudah seperti lem dan kertas. Dimana ada Daniel maka disitu ada Alana.

"Kak Lana sama Kak Daniel nggak capek apa ngomong mulu dari tadi?"

Iris akhirnya bertanya setelah cukup lama mengamati Alana dan Daniel yang masih bisa berisik sepanjang hari. Terus terang mendengarnya saja Iris sudah lelah.

"Kayak nggak tau aja, Ris. Modelan Lana mah justru lebih capek kalau nahan diri buat gak ngomong." balas Daniel.

Yang jelas saja membuat Alana memincing sangsi padanya, "Lo juga kali. Ngaca."

"Yoi. That's why we are soulmate."

Lalu Daniel mengepalkan tangannya ke arah Alana. Mengajak gadis itu untuk tos-tosan. Sementara Iris yang melihatnya hanya mengulum bibir.

"Emang cocok kakak berdua. Kenapa nggak jadian aja?" Sadar celetukannya langsung direspon pelototan tidak santai dari Alana, Iris lantas melanjutkan, "Bercanda. Iris mau ke Kak Delyn sama Kak Shelma deh."

"Ke kak Eca enggak?"

"Enggak mau nanti jadi obat nyamuk." elak Iris, "Kak Lana sama Kak Daniel nggak ikut?"

"Duluan aja. Ntar nyusul," jawab Alana.

Iris mengangguk. Lalu betulan berjalan menuju gerombolan kakak-kakak Arumdalu di seberang jalan.

"Nggak usah baper lo. Omongan Iris tadi cuma bercanda," sahut Alana lagi.

Tidak siap mendengar celetukannya, Daniel yang sedang menenggak air jadi tersedak kecil.

"Uhuk... Buset timing lo, amsyong bener dah. Basah kan baju gua."

Alana ikut menoleh dan melihat Daniel yang sekarang sibuk mengusap-usap tumpahan air mineral di kaus putihnya. Iseng, Alana justru menepuk-nepuk bekas tumpahan itu agar tercetak ke badan sahabatnya.

"Ayo kita liat abs seorang Daniel Refta!"

"Lan! Anjir apaan sih?! Sana heh!"

Dan Alana baru berhenti saat Daniel mengulurkan lengannya untuk memiting kuat leher gadis itu.

"Oke oke, nyerah! Udah lepasin!" pinta Alana.

"Mohonnya sambil ngomong Danny ganteng, dong."

"Dih, ogah—Aw aw iya! Danny ganteng lepasin Lana dong, sakit ini lehernyaaa"

"Pinter."

Setelah Daniel melepas kunciannya di leher Alana, sepasang manusia itu malah saling tertawa. Entah menertawakan apa.

"Jadi, Lan, mau pacaran nggak?" tanya Daniel sambil menaik turunkan alisnya. Jelas, dia sedang meledek. 

Alana hanya balas menatap dalam diam sebelum melempar botol mineralnya ke pangkuan Daniel, "Nih, pacaran sana sama botol akua."

Lalu beranjak lebih dulu meninggalkan si lelaki. Sekon berikutnya Daniel juga ikut berjalan disebelah Alana. Menyampirkan lengannya di pundak gadis itu dan kemudian mereka sama-sama tersenyum simpul.



[✔️] Playlist : CamaraderieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang