19. Rumah Arumdalu

298 57 17
                                    

Ada yang spesial di Minggu pagi ini. Berawal dari Iris yang menemukan sebuah kue di atas meja makan. Beserta empat buah sketsa bergambar masing-masing anggota Arumdalu yang tampaknya di buat oleh Naresya. Gadis itu juga menuliskan pesan berisi permintaan maaf di belakang gambarnya.

Kejutan manis sepatutnya dirayakan secara langsung. Maka ketika semua anggota rumah—kecuali Naresya—sudah berkumpul di tempat itu, mereka sepakat untuk pergi ke depan pintu kamar sang komikus dan mengetuknya.

Naresya membuka pintu lalu tertegun karena melihat keempat gadis itu berdiri di sana. Segera ia berniat menutup pintu, namun Shelma menahannya. Karena merasa terlalu aneh jika berbicara lama di depan pintu, jadilah Alana bergerak lebih dulu untuk masuk ke dalam kamar Naresya. Membuat ketiga gadis lainnya sedikit kaget. Mungkin mereka pikir Naresya akan marah lagi mengingat tempo lalu ia dan Alana bertengkar perkara hal yang sama.

"Nggak apa-apa, ayo masuk." ajak si empu kamar pula.

Agaknya mereka tidak tahu kalau keduanya sudah berbaikkan, dan mendengar tanggapan Naresya barulah perlahan yang lain ikut memasuki kamar itu.

Mereka duduk melingkar di atas karpet. Sedang si kue di letakkan di tengah-tengah kelimanya. Kemudian masing-masing hanya mengisi jeda yang ada dengan saling tatap dalam hening. 

"Ehm, jadi?" Delyn memulai obrolan. Lebih tepatnya menuntut penjelasan dari kejutan tak biasa itu.

"Jadi ya itu, intinya aku mau minta maaf sama kalian." Naresya mengalihkan pandangan. Sibuk mengelus Yoru di dekatnya, "Soal waktu itu sama semuanya. Pokoknya minta maaf udah ngerepotin, udah bikin kalian gak nyaman."

Suasananya terlalu kaku. Sampai Shelma membalas ucapan Naresya dengan nada galak, "Itu doang?"

Lalu kakak tertua itu memaksa Naresya mendekatinya. Entah untuk alasan apa. Naresya sendiri meski awalnya enggan—berakhir cukup patuh hingga ia kemudian beranjak menghampiri Shelma. Selanjutnya Shelma menyolek krim di atas kue dan berganti mengolesinya ke wajah Naresya sambil tertawa.

"Nah, udah dimaafin."  

Atmosfir yang tercipta jauh lebih cair berkat itu, Delyn lalu mengatakan terimakasih atas gambar Naresya. Ditutup dengan kesepakatan bahwa permintaan maafnya sudah mereka terima.

"Tapi lain kali jangan berantem ya? Kalau ada apa-apa dibicarain baik-baik." kata Shelma.

Delyn ikut andil mengolesi krim lainnya ke hidung Naresya, "Kurang-kurangi juga tuh sifat jutekmu, nggak baik tau, Sya."

Naresya langsung protes tak terima lantaran wajahnya penuh krim. Tak lama ia beranjak balas dendam mengolesi krim itu pula di wajah para kakak. Shelma berhasil kena namun Delyn lebih gesit menghindar. Karena gagal terus, Naresya berujung mengoleskan krim itu pada Iris.

Membuat si termuda mengerjap kaget, "Iris kan nggak ikut-ikutan. Kenapa kena juga?"

Namun pertanyaan Iris justru mengundang kakak-kakak Arumdalu untuk mengoleskan lebih banyak krim lagi ke wajahnya. Iris kian mendumel kesal dalam raut lucu. Para gadis yang lain jadi instan tertawa di tempat. Pun Alana yang sedari tadi memperhatikan.

Itu adalah tawa lepas pertama yang Alana tunjukkan dari semenjak kepulangannya di rumah Arumdalu beberapa waktu yang lalu. Karenanya Shelma, Delyn, Naresya dan Iris sampai saling lirik tanpa koor. Merasa lega sebab kini mereka bisa menemukan sisi ceria Alana kembali.

Sekon berikut, Shelma, Delyn dan Naresya pun dengan kompak sudah bergerak mengoleskan krim kue ke wajah Alana. Tentu saja Alana tidak tinggal diam. Bisa di prediksi, selanjutnya ia pun ikut meraup krim juga demi membalas perbuatan para oknum sebelumnya.

[✔️] Playlist : CamaraderieWhere stories live. Discover now