17. Paradoks Eksperimental

315 57 16
                                    

Lari dari masalah bukanlah solusi. Seperti kata Abian, mau tak mau Alana harus bertanggung jawab menyelesaikan apa yang sudah ia mulai. Termasuk urusan pendidikan. Maka dari itu di hari Selasa pada minggu yang baru ini, ia berpikir untuk kembali berhadapan dengan skripsi lagi.

Alana sudah memasang target lulus. Yang artinya sekarang ia harus membuka ponsel—setelah dua minggu lebih tak ia sentuh dari dalam tas—menyalakan benda itu usai mengisi penuh dayanya dari semalam. Beberapa notifikasi segera saja berdentingan masuk. Alana mengabaikan itu semua. Atensinya lebih fokus mencari satu nama kontak untuk ia kirimi pesan sekarang.

Alana
Besok revisian ya.
Sekalian bimbingan juga.

Tak di sangka Hanan langsung membaca pesan itu sekian detik setelah Alana mengirimnya. Menunggu Hanan membalas, pasang netra Alana justru melebar karena mendapati Hanan bukannya membalas dengan pesan pula melainkan panggilan video.

Ragu-ragu, Alana tetap mengangkat panggilan itu. Dan kini mereka sudah terhubung. Saling menatap secara virtual. Canggung.

"Al?"

"Hm, kenapa vidcall?"

"Karena dari kemarin lo gak bisa dihubungi, gue cuma mau memastiin keadaan lo. Udah baik-baik aja apa enggak."

Alana mengalihkan tatapan. Enggan bersirobok dengan manik lawannya.

"Baca chat gue kan? Intinya besok kita bimbingan dulu, setelah itu baru lanjut revisian lagi kayak biasa."

Hanan tahu Alana tengah menghindari pertanyaannya. Toh siapapun juga mengerti bahwa sang gadis tidak sedang baik-baik saja. Jadi Hanan tak membalas apa-apa. Lelaki itu hanya diam. Menatap lamat-lamat paras gadis di depannya.

Karena jeda mereka di isi tanpa konversasi, Alana berniat menyudahinya saja.

"Ada yang mau lo bicarain lagi? Kalau enggak gue matiin."

"Maaf ya. Gue gak jago ngehibur orang pake kata-kata." Hanan mengusap tengkuknya lalu mengulas senyum tulus, "Gue harap lo tetep jadi Alana yang ceria."

Alana tak bereaksi banyak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alana tak bereaksi banyak. Gadis itu cenderung menghadap ke lain tempat. Bukan pada Hanan. Hanya helaan napas Alana yang sesekali terdengar menguar pelan. Abai perihal menanggapi kalimat lawan bicaranya.

"Sampai ketemu besok, Al."

"Hm."

Lalu panggilan terputus. Lebih tepatnya Alana tidak menunggu lagi untuk langsung memencet tombol merah di layarnya. Setelah itu ia terpekur sebentar. Sampai notifikasi pesan masuk menyadarkannya kembali.

Daniel
Lann????
Udah centang dua nih akhirnyaaa
I MISS U MA PREND

Alana
Sorry gue baru aktif lg.
Minggu lalu bokap gue meninggal.

[✔️] Playlist : CamaraderieWhere stories live. Discover now