06. Senasib Seperjuangan

389 79 43
                                    

Harusnya Alana tahu bahwa istilah 'bimbingan ke rumah' itu bagi Pak Bambang, bukanlah murni benar-benar bimbingan. Melainkan ada niat lain. Alana dan Hanan yang saat itu tiba di rumah beliau tepat pukul sepuluh pagi justru dihadapkan pada figur Pak Bambang dan seorang anak laki-laki kecil digendongannya.

"Oh kalian udah datang ya," sapa beliau. Lantas menyodorkan si anak kecil ke arah Alana. Membuat gadis itu kikuk dan otomatis menerimanya.

"Pak, ini....?"

"Tolong bantu saya jagain Lutfi ya. Saya mau ke reunian teman dulu." Setelah berkata demikian tak lama istrinya keluar dari kamar, "Udah ma?"

"Udah, hayuk," Wanita itu sempat menoleh pada Hanan dan Alana lalu tersenyum, " Makasih ya udah mau sukarela dititipin Lupi. Kalau butuh apa-apa buka aja lemari biru disana ya, Hanan udah ngerti lah kan hehe."

Hanan mengangguk dalam senyum simpul. Sedang Alana masih mencoba memproses keadaan.

Tadi beliau bilang, sukarela???

"Kalau gitu kami duluan ya. Dadah Lupii, mama sama papa pergi dulu ya jangan bandel-bandel!" pesan sang ibu sebelum beralih pada Hanan dan Alana, "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Begitu yakin mobil yang dikendarai Pak Bambang dan Istrinya telah keluar dari gerbang rumah, Alana langsung melirik Hanan dengan rahang terbuka.

"Ini gajadi bimbingan?" tanyanya sedikit ngeblank.

"Emang kurang jelas buat lo," balas Hanan pula.

Alana mendengus. Tahu begitu dia tidak perlu membawa lengkap berkas laporan penelitiannya yang seberat dosa ini.

Berbeda dengan Hanan yang tampaknya sudah terbiasa, lelaki itu bahkan tidak membawa tas sama sekali.

"Kenapa lo nggak ngasi tau gue sih, Hanandipta Gevariel?"

"Lo kan gak ada nanya, Alana Humeera."

Hanan dan argumentasinya yang menyebalkan. Tetapi jika sudah begini ya mau bagaimana lagi. Alana bukan tipe yang senang mengeluhkan keadaan. Anggap saja ini adalah bagian dari healing time, melepas stress sejenak dari masalah skripsi.

Jadi dia menurunkan pandangan ke balita laki-laki di gendongannya itu lalu tersenyum sambil menyapa,

"Halo Lupiii, nama kakak, Lana—"

"Tante." sela Hanan, "Berasa muda lo dipanggil kakak?"

Mendengar itu Alana lantas menghadiahkan segenap tatapan sengit pada Hanan.

"Yaudah panggil aunti Lana yaa, Upi manggil bapak ini siapa?"

Hanan langsung mengernyit karena Alana memakai istilah 'Bapak' untuk merujuk dirinya.

"Ankel Nan..." gumam si anak kecil. Kemudian ia melirik pada Alana, "Anti An."

Berkat ucapan dalam nada gemasnya itu, Alana sontak menjerit kecil, "Aaa lucuuu!"

"Lupi mau main ke taman?" tanya Hanan.

Yang segera saja dijawab dengan anggukan antusias oleh Lutfi. Alana jadi ikut bersemangat.

"Ayo ayo kita ke tamaan!"

Mungkin karena Lutfi adalah anak laki-laki, ia terlihat sangat akrab dengan Hanan. Hingga Alana hanya kebagian duduk di bangku taman, memperhatikan kedua lelaki yang berjarak usia dua puluh tahun itu, bermain dengan riang.

"Lupii hati-hati yaa jangan lari-lari!" seru Alana sesekali. Walau sebenarnya ia tidak perlu khawatir, karena ada Hanan yang juga menjaga anak itu.

[✔️] Playlist : CamaraderieWhere stories live. Discover now